Sabtu, 18 April 2015

Krisis Guru SD


“TerItori KULAWI RAYA, krisis Guru {sd]”
Kita (Akan) berbuat apa ?

NAINGGOLAN Nurdin Kristian ***

PENDAHULUAN.
               Suatu Sore di bulan September 2013 yang lalu, kami menyempatkan diri mengunjungi Bapak Deus Nao BA {Om dari Isteri }. Di rumah kediaman yang asri dan teduh  di Jalan Dr. Sutomo No 13 Kota Palu. Awalnya sebagai bagian dari keluarga, pembicaraan kami sekitar dinamika kehidupan kami saja. Kemudian berkembang kearah lain. Soal klasik dan kronis dalam Dunia Pendidikan, Khususnya di Desa Kantewu Negeri kelahiran Om dan Ibu dari anak-anak kami itu. Bagian dari kenangan masa lalu dan cerita minat serta Dunia Kehidupan Om Deus. Ternyata hingga kini Desa Kantewu, masih tetap Desa Tertinggal dan Terpencil, Rahadi Ramelan,2008]. Kampung yang memiliki catatan sejarah panjang, tentang perkembangan Kristen (Bala Keselamatan) di Gunung dan Lembah Pipikoro. Dikemudian hari berkembang ke arah Palu dan  sekitarnya.  Republik ini sudah hampir 70 tahun Negeri ini Merdeka, kata Om diawal pembicaraan. Tetapi persoalan Tenaga Guru di Dataran Pipikoro dan sekitarnya tidak pernah berubah. Dahulu dan kini kondisinya relatif sama. Tetap saja Satu Dua Guru, disetiap SD. Maksud Om Deus Pengadaan dan Ketersediaan Tenaga Guru, ternyata belum ikut Merdeka. Sekali lagi kawasan Pipikoro belum ikut Merdeka, dan di Merdekakan dari kebutuhan Tenaga Guru. Pahlawan Tanpa Jasa dengan gelar tambahan Umar Bakri itu.
               Demikian ungkapan jujur dan apa adanya, dari  Pendidik yang dikenal sebagai Guru,  yang tulus dan penuh dedikasi itu. Dalam keseharian Guru panutan yang menjalani hidup ini, seperti Air Mengalir. Pak Deus merupakan Guru Teladan Tingkat Nasional Angkatan Pertama, Utusan Propinsi Sulawesi Tengah. Penerima Penghargaan Satyalencana 30 Tahun. Dan Sebagai Pembina Pramuka di Kabupaten Donggala dari Presiden Soeharto itu. Serta sejumlah Penghargaan di Bidang Pendidikan dan  Kemasyarakatan. Yudi Latif, 2009}.  Guru Deus tercatat sebagai lulusan SR 6 Tahun Kantewu Tahun 1950. Tamatan SGB  Negeri Donggala Tahun 1955. Jebolan    SGA Negeri Manado Tahun 1958. dan Alumni IKIP Manado Tahun 1963. Mantan Direktur SPG Negeri Palu. Sekaligus mantan   Direktur Pendidikan Sekolah Guru  terlama di Bumi Tadulako. Guru Deus pernah merangkap sejumlah jabatan lain. Direktur  KPG, SMOA Negeri Palu dan SPG Bala Keselamatan Kulawi. Serta sejumlah SPG dan KPG Swasta di Palu dan Sekitarnya.Soemarno Soedarsono, 2009}.  Ditutup menjadi Pengawas Bidang Keguruan, Kantor Wilayah Departemen P dan K Sulawesi Tengah. Pensiun dengan Pangkat terakhir sebagai Pembina Utama Muda (Gol IV/c).

Keterpaksaan  versus PANGGILAN (jiwa).  
                Ketika di era anak-anak [Kelas 1 SD], Ompung atau Opa  bercerita mengapa Tulang {Adik Ibu} menjadi Guru. Ringkas cerita: ketika paman di kelas VI SR, dia bermimpi berdiri didepan kelas jadi Guru. Mengajar seperti layaknya seorang Guru benaran. Didasarkan assumsi  mimpi itu, setahun kemudian Ompung mendaftarkan Paman, melanjutkan ke Sekolah Guru {SGB} di Ibukota Kabupaten di Negeri kami. Kini Paman dan isterinya sesama mantan Pendidik, menghabiskan masa purnanya di Kampung kami.  Satu kebanggaan keluarga di usia tua ini orang sekampung, dan yang mengenal paman, masih tetap memanggil beliau, dengan sebutan GURU ALDEN  PANDJAITAN. Andrias Harefa, 2000].  Pengakuan  atas profesi yang dilakoni, dikaitkan dengan nama Babtis, adik almarhum ibu kami itu.
              Kedua, ketika kami di Kelas 3 SD di Tahun Enam Puluhan, kami terkesan kepada seorang Ibu Guru. Namanya Ibu Siburian. Ibu Guru yang galak yang memaksakan kami bukan hanya sekadar tahu, Perkalian Satu sampai dengan Perkalian Sepuluh. Tetapi kami didorong lebih dari itu. Secara bergiliran diharuskan tampil didepan kelas, untuk melafalkan Perkalian 3 ½ dan Perkalian 4 ½. Siapa yang tidak lancar  (Luar Kepala), maka Kaki atau Kepala, akan di pukul pakai Penggaris. Atau Bu Guru Isteri CPM itu, akan  Cubit Perut kami, seraya ditarik ke Atas. Dengan cara begitu terpaksa,kami  menjadi mahir dan hafal  Perkalian yang rada aneh itu. St.Kartono, 2009].
               Ketiga  di era duduk di kelas Satu SMP, tidak terlupakan  cara Guru kami Pak P.S. Sianturi, mengajarkan Ilmu Ukur. Dengan metoda ajar yang khas, membuat kami muda memahami, bagian dari Ilmu Matematika itu. Serta yang menarik lagi, Guru yang satu ini, selalu necis dalam berbusana. Keempat, Ketika lulus SMP tahun 1970, almarhum Ibu meminta  kami melanjut saja  ke SPG. Biar jadi Guru seperti Paman- adik laki-laki Ibu kami. Anjuran yang disepelekan. Kami lebih memilih masuk SMA, mengikuti trends rekan sebaya. Kini kami menyesali diri. Mengapa tidak sejak dari awal, mengikuti anjuran  almarhumah Ibu. Daoed  Joesoeff,  2006].  Kelima  dikala duduk di kelas Satu SMA, seorang Guru yang kami sulit dilupakan. Oleh karena “antik” cara mengajar dan panjang akalnya. Namanya Pak Munir Pulungan. Sesungguhnya Bidang Studi Guru yang Satu ini  Bahasa Inggris {Pernah mengikuti Program Colombo Plan, ke Negeri Kiwi yang kita kenal dengan sebutan New Zealand itu}. Sejalan  Bidang studinya Dia mengajar Bahasa Inggris  di Kelas Tiga. Tetapi khusus untuk Kelas Satu, beliau dipercaya Kepala Sekolah: “Mengajar Ilmu Menggambar”.   Karena bukan bidang studi keahliannya. Dia menyuruh kami menggambar Bungkus Rokok,  Kotak Korek Api. Songkok {Kopiah} dan atau Tas Kulit, miliknya,, yang sengaja diletakkan diatas Meja Guru, untuk kami gambar. Hingga selesai Jam Mata Pelajaran kewajiban tambahan itu. Sementara Guru Munir duduk santai dan tenang sambil membaca, sejumlah buku berbahasa Inggris. Buku yang selalu ada dalam Tas Hitamnya.
              Keenam Ketika masa remaja kami mengenal Kakak Kelas {Wanita}. Pelajar maha pintar menurut ukuran kami. Namanya Mutiara, kami panggil sebagai Kak Tiara.  Mutiara selalu juara di SMA kami. Dengan kemampuan diatas rata-rata, Kak Tiara bercita-cita jadi Dokter. Tetapi Tuhan mengatur lain, ketika  Naik kelas Dua, Ayahandanya Naik Kekemulian Tuhan. Akhirnya impian Kak Tiara, kandas di tengah jalan. Pendek cerita begitu lulus SMA, dia mengambil jalan pintas. Dia daftar Ikatan Dinas melalui Program PGSLP {ketika itu}. Kak Tiara Lambat tapi realistis,serta  tekun menjalami professi Guru. Dia berupaya mencintai Profesi itu. Pekerjaan yang semula, bukan merupakan  cita-citanya. Muhamad Nurdin, 2008]. Setelah sekian lama mengabdi, terpilih menjadi Guru Teladan. Dia berkata ke kami: “Aku boleh tidak pernah jadi Dokter. Tetapi murid-murid ku, harus banyak menjadi Dokter”. Demikian pengakuan Guru Mutiara,  dalam acara reuni Alumni SMA kami di Jakarta itu.
               Ketujuh ketika kami kuliah di Program Strata Satu Administrasi Negara. Kami mengenal seorang Dosen, Alumni S2 dari AMRIK. Waktu test persiapan ke LN, dia tidak Lulus Bahasa Inggiris. Kurang Nilai TOEFL. Tetapi dengan jitu dia merespons kegagalan itu. Seraya berkata ke Orang Bule yang ikut menguji: “ Tujuan utama saya ke Negeri Anda, Mau Belajar Administrasi Negara. Bukan Belajar Bahasa Inggris”. Protesnya dalam Bahasa Inggris yang kurang perfeck. Dikemudian hari beliau menjadi, salah Satu Dosen Favorit di Kampus Sekolah Tinggi Kedinasan itu Kedelapan dimasa mengikuti Program Strata Dua, kami terkenang dengan seorang Dosen di STT Jakarta. Namanya Doktor  Theo Kobong perawakan  Kecil dan Pendek. Theolog Alumni Universitas Leiden Negeri Belanda {Seingat kami almarhum pernah menjadi Ketua Sinode Gereja Toraja}. Atas saran Dosen Senior itu kami mengikuti Ulangan Perbaikan Nilai {Remedial}. Tetapi Dosen killer itu  tetap saja, tidak merubah Nilai yang kami peroleh. Sekadar Upah Tulis saja  tidak beliau diberikan. Sangat mungkin ketika memberi nilai itu Dia (Lupa Diri) sebagai Hamba Tuhan. Ketut Timonuli, 1990]. Bukankah Rumus Umum “Hamba Tuhan” itu mengajarkan dan mempraktekkan Cinta Kasih kepada Ummatnya?.
              Pasti anda bertanya-tanya, apa yang tersirat dengan “Sejumlah Testimoni” di atas. Sejujurnya Kami  tidak pernah belajar, di Sekolah Pendidikan Guru formal. Baik di Tingkat Menengah, dan atau Perguruan Tinggi. Kami hanya belajar kepada alam luas dilapangan. Dan atau  diajari oleh Pengalaman Hidup, Situasi, Kondisi Stress, dan Keterpaksaan semata. Tetapi didalam menapak karier, {birokrat} kurun waktu 35 tahun dan 2 bulan. Ternyata lebih dari Dua Pertiga masa pengabdian itu, kami habiskan untuk menekuni Dunia Pembelajaran, Anies Baswedan-Indonesia Mengajar 2011}.   Khususnya di Kantor kami bekerja. Baik di Kantor Pusat, maupun dijajaran Pemerintah Daerah.  Semua Ibukota Propinsi dan lebih dari Setengah Kabupaten dan Kota di Nusantara ini, kami sudah kunjungi. Oleh karena dan untuk mengajar dan mengajar. {Termasuk 14 Kali} ke Timor Timur. Negeri  yang kini kita kenal, dengan sebutan Timur Leste itu. Tiga Kali ke Wamena dan Dua kali masing-masing, ke Merauke dan Faktak di Bumi Papua itu. Untungnya lagi jika teman-teman dengan segala cara, mendekati dan meyakinkan Boss. Agar ditugaskan ke Satu Daerah {Bukan dalam konteks Mengajar}. Kami justru terlalu sering ditugaskan Pimpinan, untuk atas nama Institusi ke Daerah {Tanpa perlu meminta}.  Mengajar dan Melatih Aparatur Pemerintah Negara { Di Pusat, Propinsi, Kabupaten dan Kota}. Lebih dari itu hingga saat ini kami masih dipercaya KPT Bandung, untuk ikut Mendidik dan Mengajar Para Kadet {Calon Pendeta,} di Pusdiklat Bala Keselamatan Jakarta. Ahmad Rizali, Indra Djati Sidi, Satria Dharma, 2009].

KRISIS TENAGA GURU {SD}, DI KULAWI RAYA.
               Bapak Jore Pamey meminta kami  menyiapkan sejenis Makalah dan atau Kertas Kerja. Dan di undang sekalian dalam bermusyawarah Sore hari ini. Tetapi karena sesuatu hal, kami  tidak bisa secara face to face bertemu Bapak dan Ibu siang ini. Untuk itulah Kertas Kerja seadanya  ini dikirimkan. Sebagai wujud kepedulian, partisipasi dan concern kami. Dengan apa yang Bapak dan Ibu Gumuli akhir-akhir ini. Pak Guru Tua Pamey  minta kami memberi pandangan. Bagaimana cara menyelesaikan dan  mencari solusi terbaik. Terhadap persoalan yang kronis  dan tidak  pernah kunjung selesai di kawasan Kulawi Raya ini. Dimana sejak zaman awal Kemerdekaan, di rezim Orde Lama, di Pemerintahan Orde Baru, hingga di era Reformasi ini. Tentu penyelesaian yang bersifat permanen dan lugas. Secara spesifik di Empat Wilayah Kecamatan (Kulawi Induk, Lindu, Kulawi Selatan dan Pipikoro), Jansen Sinamo-Ethos, 2005]. Bagian Negeri   dimana Bapak dan ibu, berdomisili dan berasal. Niat dan Hasrat  yang Bapak dan Ibu bicarakan hari ini, seperti gayung bersambut.. Ternyata secara Nasional Negeri kita, saat ini kekurangan Tenaga Guru. Ketua PGRI beberapa Minggu lalu dalam Konfrensi Pers menyatakan: “INDONESIA DARURAT GURU SEKOLAH  DASAR”  Pernyataan Ketua  Umum   PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), Ketika Pengurus Pusat, menghadap Bapak Wakil Presiden {Detikcom 20 Maret 2015}.  Kalau krisis Guru di Seantero Negeri ini terjadi, biarlah Pengurus Besar PGRI, yang mencari jalan Keluar (Way out) untuk Tenaga Profesional berskala Nasional. Termasuk Kekurangan Tenaga Guru di berbagai “Tingkatan Sekolah” di Nusantara Raya ini. Bapak dan Ibu cukup berkonsentrasi, untu berbuat dan bertindak bagi kawasan Kulawi Raya saja.
                Untuk menyemangati Niat Mulia ini, Kami pinjam dan kutifkan untuk kita renungkan  Semboyan Pemda DKI Jakarta, dalam mengajak warga Ibukota ikut berpartisipasi membangun kota Metropolitan itu : Kalau Bukan kite, yang membangun kampung kite siapa lagi. Kalau bukan sekarang, kapan lagi. Semboyan, Himbauan, Ajakan dan Panggilan itu, terkesan ringkas dan sederhana. Tetapi syarat dan penuh makna. Hemat kami tidak salah dan tidak keliru, jika Pak Guru Jore Pamey “Menginisiasi Pertemuan Dalam Bingkai Kekeluargaan Siang hari ini. Untuk kita meluangkan waktu, bermusyawarah dan bertukar pikiran, sesama yang Peduli Pendidikan di kawasan ini. Kebetulan hari ini  tanggal 1 Mei, Besok tanggal 2 Mei. Hari yang kita kenal dan fahami sebagai Hari Pendidikan Nasional.  Pertanyaan Pamungkasnya   Hari ini dan Besok hari , Apa yang akan Bapak dan Ibu perbuat ?. Untuk mengatasi dan mencari solusi Krisis Tenaga Guru {SD) di Dataran ini?.
                   Perkenankan kami menyampaikan  Pemikiran sbb: A}. Guru adalah Aktor Utama, dalam Dunia Pendidikan {Khususnya di Sekolah Dasar), dibanding Aktor dan Elemen pendukung lainnya. Karena di level inilah Anak-anak, akan di Ubah dan Berubah dari Kehidupan Sebelumnya. Dari Anak Tidak Tahu menjadi Tahu. Dari berprilaku Biasanya, menjadi Tidak Biasa. Dari tidak harus, menjadi harus dan lain-lain. B}. Bapak dan Ibu harus berpikir dan bersepakat peluang Guru {Baru} yang kita butuhkan, seyogyanya berasal dari formasi CPNS. C}. Sebaiknya  calon yang akan direkruit, ialah anak-anak kita sendiri. Sekurangnya punya hubungan emosional dengan kawasan ini. Persis seperti semboyan Orang Betawi diatas. Kalau Orang lain yang kita rekrut, sangat pasti tidak dan belum tentu menjadi solusi permanen. {Bukan dan tidak bermaksud bicara Rasis atau SARA}, tetapi realita dan kenyataan dilapangan. “Serupa tetapi tidak sama” dengan Kebijakan Pemerintah, dalam  Penempatan Tenaga Medis (Dokter Umum dan Dokter Gigi serta Tenaga Medis Lainnya). Pengamatan kami selama ini, dari berbagai kasus Penempatan {Guru Baru}, di berbagai Daerah di Nusantara ini. Cendrung dan identik hanya numpang Formasi Pengangkatan saja. Andrea Hirata-Laskar Pelangi, 2005]. Dua, Tiga dan Empat Tahun kemudian, Guru-guru itu akan berupaya untuk mutasi. Dan atau pindah kembali  ke Daerah Asal atau Kota. Setidak-tidaknya dekat dengan Ibukota: Propinsi,  Kabupaten dan Kota. Tentu saja dengan Seratus Satu Alasan, dan Seribu Satu Upaya, serta Sejuta Argumentasi.

BERPOLITIK DEMI MENDAPATKAN CPNS (GURU SD).
                 Kebetulan akhir tahun 2015 Pasangan Bupati, di Teritori ini akan berakhir priode Kepemimpinannya. Kiranya moment kali  ini Bapak dan Ibu, tangkap sebagai Kesempatan Emas. Untuk dan berbuat sesuatu, demi Dunia Pendidikan di dataran ini. Peluang yang baik dan tepat, untuk  mendapat Guru Muda (SD) yang Frest.  Kali ini kami anjurkan Bapak dan Ibu Berpolitiklah. Demi dan masa depan anak-anak kita. Lakukan negoisasi, dan deal-deal dengan Calon Pasangan Bupati yang akan maju 5 Tahun ke depan.  Untuk bersedia dan siap mendukung apa yang Bapak dan Ibu, bicarakan sepanjang hari ini. Dan rencana yang akan di ikrarkan besok hari. Dalam rangka menyambut hari Pendidikan Nasional diatas. Tolong dinegoisasi dengan tepat, dengan Pasangan Calon yang ingin mendapatkan suara dan dukungan Warga Kita. Berpolitik juga bagian dari satu cara untuk mendapatkan, dan memperoleh yang diinginkan dalam konteks berbangsa dan bernegara. Termasuk didalmnya Pengaruh, Pemusatan Pemikiran dan Kehidupan luas dalam konteks Lokal, Regional dan Nasional Miriam Budiardjo, 1998]. Bukan rahasia umum lagi Pesta Demokrasi di era reformasi ini, terjadi dan dijadikan Ajang Jual dan Beli. Alias Dagang Sapi, (Dalam Bahasa Politis disebut sebagai “Bargaining Position”). Mari Bapak dan Ibu manfaatkan Barter  Kekuatan Pengaruh Kali ini. Dengan apa yang diinginkan Calon Pasangan Bupati  yang akan berkompetisi. Untuk dan demi kemaslahatan dan atas nama masa depan, anak-anak dan generasi muda kawasan ini. Tuntaskan  Tawar Menawar dengan Calon Pasangan Bupati yang Bapak dan Ibu Negoi. Lalu lanjutkan pertemuan dengan ke 4 (Empat) Camat di Teritori ini. Kemudian diteruskankan lagi Pertemuan Politis, dengan para  Anggota Dewan dari “Daerah Pemilihan” Kawasan Kulawi Raya di DPRD Kabupaten Sigi. Kemudian Dilanjutkan lagi pembicaraan ke sejumlah  Tokoh Masyarakat dan Kalangan Intektual {Kalangan yang Peduli Masalah Pendidikan},  yang berpengaruh dan berasal dari teritori ini  berdomisili  di Kota Palu.Gede Prama, 2002}. Terakhir   semua tahapan dan langkah konkrit Rencana Mulia ini, “disosialisasikan” kepada Stateholder dilapangan. (Kepada Kepala Desa, Kepala Dusun dan Tua-tua di Desa). Untuk seia sekata mendukung Pasangan Calon Bupati, yang concern, Komit dan Peduli, Pada Hari H yang ditetapkan, berdasarkan peraturan perundang-undangan. Untuk “Memilih dan Menusuk” Tanda Gambar dari Pasangan Bupati, yang Bapak dan Ibu Kondisikan dalam kurun waktu berjuang, untuk mendapafkan apa yang hingga  Besok, Bapak dan Ibu Ikrarkan.
                 Jangan sampai terlupa untuk jaminan akan komitmen itu, seyogyanya Bapak dan Ibu. menyodorkan “Janji dan Kontrak Politik Tertulis” kepada Calon Pasangan Bupati yang akan disepakati. Sebagai dasar Bapak dan Ibu berjuang dan memperjuangkan, untuk dan atas Nama Rakyat Kulawi Raya ini. Sekaligus tanda dan wujud keseriusan, Pasangan Bupati yang akan Bapak dan Ibu dukung.  Untuk siap melaksanakan kebijakan Strategis, dan Mendasar. Untuk kurun waktu 5 (Lima) Tahun ke depan. Sangat benar Gereja tidak secara pakam mengatakan, ummat Boleh dan Tidak Boleh berpolitik. Bagi dan dalam kehidupan orang Kristen, dalam bernegara dan berbangsa. Richard Daulay, 2013]. Tetapi sejumlah ayat Alkitab bisa ditafsirkan, sebagai bagian dari cara berpolitik Santun warga Nasrani. Sangat kontras dan berbeda dengan saudara kita, Kaum Muslimin dan Muslihat,  berpolitik bagi saudara dan tetangga kita itu, diberi peluang yang lebih terbuka dan transfaran  Taufik Al Mubarok, 2009]. Pemikiran pada Subs Judul Kertas Kerja diatas, masih sejalan dan seirama, dengan Kebijakan Nasional Pemerintah Pusat. Dalam membuka dan mengisi Formasi CPNS. Bagi Tenaga Pendidik (Termasuk) Guru SD dan Tenaga Kesehatan. Sementara untuk formasi CPNS Bidang lain, Pemerintah mungkin saja  melakukan Kebijakan Zero Grouth, dan atau Moratorium).

P  E  N  U T  U P.
             Mengakhiri Kertas Kerja sederhana ini, kami bermimpi dan  berandai-andai secara sederhana: Kalau Setiap Kecamatan di Kawasan Kulawi Raya ini, mendapat Formasi CPNS [Tenaga Guru] antara 5 s/d 10 orang saja. Berarti untuk kurun waktu Satu Priode {Lima Tahun}. Kecamatan di Kulawi Raya, akan mendapat formasi Tenaga Pendidik [Guru Baru] sbb: 4 (Kecamatan) x 5 (Lima orang Formasi CPNS Guru SD)  x 5 (Lima Tahun)  = 100 Orang  dan boleh jadi : 4 x 10 x 5 = 200 Orang.  Tentu secara benar Rasio hitung-hitungannya, Bapak dan Ibu lebih Paham dari Kami. Dengan memperbandingkan Rasio Jumlah Murid, Jumlah Kelas, Jumlah Gedung Sekolah dan Jumlah Desa. Dikaitkan dengan Kebutuhan Guru Kelas. Lalu diassumsikan dengan Formasi CPNS (Guru SD) yang   direncanakan Pemda Sigi. Dengan Total Formasi yang dialokasikan Kementerian PAN dan RB 5 (Lima)  Tahun Terakhir. Kemudian dipersandingkan dengan Rencana Formasi CPNS Tenaga Pendidik (Guru SD), 5 (Lima) Tahun ke depan. Mari kita catat Musyawarah hari ini, sebagai Sejarah dan Upaya Panjang dan Terukur dalam mendapatkan Tenaga Guru (SD)  di Kawasan ini. Selamat Bermusyawarah,  di Hari Pendidikan Nasional ini. Horas.
***Kertas Kerja disajikan dalam Musyawarah: “PEMBENTUKAN FORUM PEDULI PENDIDIKAN  KULAWI RAYA”, hari Jum’at tanggal 1 Mei 2015   Di BOLAPAPU Kulawi, Kabupaten Sigi.
**Pemakalah  Mantan Birokrat, Pengajar, Penulis Lepas,  Pengamat Sosial Kemasyarakatan dan Pendidikan,  Alumni Strata 1 STIA LAN, dan Pascasarjana STT Jakarta. Dapat dihubungi di Email: monas_ku@yahoo.co.id. Dan Blog:: Horasgolan.bologspot.com. HP: 0812 9844 460  Acc 06.04.2015 

Mutung


“ M U T U N G “

               Pernahkah anda melihat sesorang anak lagi mutung?. Tentu dapat dibayangkan dalam benak anda,  bagaimana mimik anak yang lagi Mutung.  Atau Jangan-jangan anda pernah, melakukan perilaku mutung itu?. Tentulah terbayangkan juga betapa cantik dan tampan, wajah kita saat lagi mutung bukan ?. Mutung adalah  bagian dari kebiasaan kehidupan orang normal. sikap mutung, adalah hal yang wajar dalam kehidupan ini. Perilaku mutung umumnya dilakukan oleh anak-anak. Kebiasaan mutung bagi kalangan orang dewasa, semakin berkurang frekwensi Nya. Walaupun dalam dunia nyata kita tidak bisa berkata, orang dewasa tidak melakukan perilaku atau kebiasaan mutung.             
               Perilaku dan sikap mutung juga tidak terlalu salah, jika sekali-kali dilakukan oleh orang dewasa. Namun menjadi persoalan besar, jikalau perilaku mutung Itu terlalu sering dilakoni orang dewasa. Apalagi seseorang itu terpandang dan terhormat. Mapan dari sisi kehidupan, wawasan, pengalaman hidup, Budaya, Pendidikan dan status ekonomi. Itulah sebabnya orang dewasa yang sering mutung, digelari  sebagai bersikap kekanak-kanakan. Paling tidak seperti sikap orang muda, yang kurang wawasan dan pengalaman hidup.
              Kebiasaan mutung terpancar  dari wajah dan mimik   seseorang. Didalam memandang sesuatu persoalan. Dengan ekpresi wajah yang lagi mutung, kita dapat menyimpulkan sikap seseorang, berhadapan dengan masalah.  Akan menjadi kurang terpuji, jika kebiasaan mutung itu, yang tidak jelas sebab-musebabnya. Tidak jelas arah angin,  yang menjadi sumber penyebabnya. Apakah dari Barat ke Timur, atau dari Utara ke Selatan dan atau sebaliknya.
             Sebelum terlalu jauh mendiskusikan tabiat yang satu ini. Adalah tepat jika kita lihat pengertian dan hal yang terdapat, dalam sikap mengapa seseorang itu mutung. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Mutung dapat diartikan sebagai: Adalah patah hati, Putus asa, sehingga nggak mau melanjutkan hubungan dsb..Ya menjadi ... dan meninggalkan..yang penuh harapan dan peluang. Mutung dapat juga diartikan sebagai musnah dan terbakar...
               Perlu kita simak tentang kebiasaan mutung itu, dalam kehidupan sekeliling kita. Kebiasaan mutung menjadi hal yang menarik, untuk dikaji dan diamati. Kebiasaan mutung adalah fenomena  yang menarik sepanjang masa. Ternyata kebiasaan yang satu ini, terdapat  dalam kehidupan hampir semua suku bangsa di Nusantara. Mari kita lihat sinonim dari kata Mutung, dalam berbagai bahasa Lokal atau Daerah.
               Orang Minang menyebutkan persamaan Mutung sebagai Ngambek; Orang Tapanuli menyebutnya sebagai Mandele;  Dalam keseharian Orang Kawanua mengatakan Mutung itu, sebagai Ma mutung. Begitu juga dalam bahasa Dayak Ngaju disebut Mulut, Orang Banjar mensinonimkan sebagai  Muntong. Masyarakat Nias di Teluk Dalam, menyebutnya sebagai Akhozi;  Sementara orang Bali menyebutnya Ngambul atau ngamul ?. Warga Bugis menyebutnya sebagai Mangu. Nyong  Ambon menyebutkan sebagai Tingkai. Sementara orang Aceh menyebutnya sebagai Paleh. Saudara kita keturunanTionghoa, menyebutnya dengan sebutan Fak Pi Chih, atau Sheng Qi.
             Tentu bagi bahasa lokal yang belum disebutkan dalam artikel ini, pada kesempatan lain boleh kita catat. Sebagai upaya melengkapi perbendaharaan, dalam bahasa lokal di negeri kita ini. Dengan terdapat di berbagai bahasa lokal, dapat diassumsikan berperilaku mutung itu, terjadi hampir di semua suku bangsa anak negeri ini.  Muda2an assumsi ini tidak terlalu benar.
               Dengan gambaran diatas, sementara dapat dikatakan bahwa kebiasaan mutung adalah prilaku Manusia. Jadi dengan kata lain prilaku Mutung itu, sudah Go Publik, dalam kehidupan se hari-hari. 
              Dengan demikian tidak terlalu salah, jika  ada yang mengatakan kebiasaan mutung itu, lintas batas. Mutung tidak mengenal Suku, Agama, Ras dan aliran. Mutung tidak berjenis kelamin, sehingga tidak berpihak kepada jender tertentu. Juga tidak berindentitas, sehingga ia tidak wajib hukumnya, memiliki E-KTP, yang lagi digalakan pemerintah di seantero negeri ini.    Mutung tidak ber faham, dan beraliran tertentu, dan tidak juga ber Partai. Seperti warga terhormat di Senayan Jakarta.
              Itulah sebabnya kebiasaan Mutung itu, terjadi juga di Gedung Parlemen. Sejumlah Pimpinan dan Anggota Panitia Anggaran DPR RI, putus asa, Jengkel dan kecewa. Beliau-beliau merasa di obok-obok dengan di periksa oleh Tim KPK. Sebagai saksi dalam kaitan dengan sejumlah dana APBN, diduga mengalir ke pundi-pundi oknum warga terhormat  itu.
                           Selanjutnya untuk melengkapi artikel ini, coba kita lihat bagaimana Kitab Suci memandang kebiasaan Mutung itu. Atau pertanyaannya kita putar sedikit. Apakah Alkitab mengoreskan dan menawarkan, kisah-kisah tentang mutung?. Penulis juga tidak berkata bahwa Kitab Suci, mengajarkan kita untuk menjadi orang mutung. Tetapi gambaran dan kisah kebiasaan Mutung itu, sangat mungkin dituliskan untuk diklarifikasi dan disesuaikan dengan kehidupan masa kini. Lebih jauh dari itu bagaimana kita diajak, merenungkan dan menyikapinya, dalam kehidupan di dunia yang fana itu.
                Bagaimana perilaku mutung Raja Saul, saat diberitahu Samuel  Hamba Tuhan itu, bahwa Kedudukan Nya sebagai Raja, akan ditarik dan di beri kepada orang Lain {1 Sam !5}; Nabi Yunus dicobai Tuhan, dengan hembusan Angin Timur dan Sinar Matahari. Dimana Yunus tidak tahan dan membuat Sakit Kepala yang alang kepalang. Sehingga ia hampir putus asa, dan berharap mati saja. Dalam menghadapi Cobaan Hidup itu [Kitab Yunus.4 ]. Dalam Perjanjian Baru, dikisahkan perumpamaan Anak yang Hilang.  Anak yang gagal merantau ke negeri seberang. Sang anak  mempoya-poyakan, bagian warisan Nya. Pada akhirnya Ia kembali, kepangkuan Sang Ayah. Karena si Anak tidak tahan dan putus asa, menghadapi tantangan hidup di zaman Nya  [Lukas 15.11 - 32].

                  Diakhir artikel ini diharapkan, bagi yang merasa dewasa, hendaklah matang dalam bersikap.  Arief dalam memandang sesuatu yang terjadi dan yang kita hadapi. Harus mampu menunjukkan kelas kita, yang tahan uji dan mumpuni.  Agar anak-anak tidak mencap, bahwa kita  sesungguhnya masih berperilaku kekanak-kanakan. Dimana kita tidak berbeda  dengan mereka. Jikalau kebiasaan kita sama saja. Selisihnya hanya beda-beda tipis. Kita sudah berjanggut, berkumis dan beruban serta ber otot besar. Sementara mereka masih imut-imut. Bagaimana pandangan Saudara ?. Sukses untuk anda.{NAINGGOLAN Nurdin}. Acc 09 11 2011        

Menunggu


“menunggu”
                         
               Kami suka dan senang  mengikuti dan mendengarkan acara “Orang Muda dan atau yang Merasa Muda, dari sebuah Stasiun Radio di Ibukota. Tentu kegemaran yang satu ini dapat menimbulkan, berbagai pertanyaan anda bukan?. Mengapa orang yang berusia hampir Enam Puluhan, masih suka mengikuti cara berpikir dan berprilaku Orang Muda. Mungkin juga rekan berprasangka, penulis kurang bahagia di masa muda. Atau boleh jadi anda mengatakan, penulis menyesal, terlalu cepat menjadi tua. Serta Seribu Satu image maupun  alasan. Sepenuhnya kesimpulan dan penilaian itu kami serahkan, kepada peminat dan pencinta Majalah Berita Keselamatan ini.
              Siang itu “ pernyataan dan pertanyaan “ Sang Host, justru menarik perhatian kami. Sesungguhnya sesuatu yang tidak luar biasa dan ringan-ringan saja. Tidak terlalu mahal dan juga tidak terlalu murah, kata pedagang Kaki Lima suatu ketika. Bagian dari dinamika yang ada dalam keseharian. Bahkan mungkin tidak terlalu kita perhatikan, karena sepele masalahnya. Namun tidak disadari substansi itu,  mampir dalam kehidupan setiap insan di dunia ini. Terlepas apapun status sosial, pendidikan, jenis kelamin, dan berapa usianya. Lebih menarik lagi persoalan yang diangkat itu, melintasi batas atau sekat: Suku, Agama, Ras dan Aliran. Persoalan yang tidak mengenal,  Partai, Bendera,  Simbol Ormas tertentu. Pekerjaan atau job baru yang begitu menarik, bagi berbagai kalangan di Negeri kita, dekade  belakangan ini. Apa dan bagaimana kalangan ini tidak sabar lagi menunggu, sampai  ber akhir kepemimpinan yang lagi bercokol dewasa ini.
             Muda-mudahan anda boleh menyisihkan, sedikit waktu untuk mendiskusikan topik diatas .  Begini ringkas cerita nya. Siang ini topik bahasan kita mengenai, Satu kata pendek dan ringkas saja. Hanya Delapan Huruf. Yaitu kata  MENUNGGU. Sampaikan dan layangkan kepada kami “ Apa yang lo Pikirkan, lo Rasakan, Lo Alami dan lo Interprestasikan ” dengan kata menunggu  itu. Apakah menyenangkan ?. Atau mungkin menyebalkan?. Silahkan rekan Kaula Muda sampaikan pengalaman itu, langsung ke Studio  kami. Di Nomor sekian dan sekian. Atau silahkan SMS kan di Nomor 0812 sekian sekian. Kata si Wanita yang berjiwa muda, pembawa acara siang itu.  Dengan alunan suara yang ringan dan rileks, dalam bahasa gaul orang muda itu. Respon audience begitu banyak dan beragam. Puluhan dan mungkin ratusan. Pandangan anak muda dan atau para pendengar yang merasa muda  itu.
           Bukankah orang bijak mengatakan: ” Ada 2 (dua) Perkara besar, yang paling tidak mengenakan dalam hidup ini ”. Jika mungkin seyogyanya perkara itu dihindarkan saja. Tentu anda sudah tahu dan sering mendengarkannya bukan ?. Yakni Pertama persoalan yang berhubungan dengan Hutang. Kedua berkaitan dengan proses Menunggu. Apalagi menunggu sesuatu, yang hal tidak pasti atau tidak jelas. Sedangkan bagaimana dinamika Punya Hutang”, saran penulis pada kesempatan berikut, giliran anda yang mensharingkan  di Majalah rohani ini, kepada kita ya ?.  
               Menunggu, seperti judul topik diatas, berasal dari suku kata me dan tunggu. Tunggu  menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara harafiah dapat diartikan sebagai: 1. Tinggal beberapa saat; 2. Dapat juga diartikan tinggal sementara; 3. Menunggu juga dapat berarti menantikan sesuatu yang akan datang atau akan terjadi; 4. Menunggu dapat juga dimaknai sebagai mengharap sesuatu. 5. Menunggu dapat juga  dimaksudkan mendiami.  
              Selanjutnya penulis mengelompokkan, pandangan berbagai pihak terhadap  persoalan  menunggu itu. Pandangan Pertama mereka yang melihat,  Menunggu sebagai Pekerjaan Negatif.  Bagi komunitas ini memandang menunggu, adalah suatu pekerjaan yang membosankan. Pekerjaan yang sia-sia. Perilaku yang membuat orang, menjadi bodoh atau stagnan. Pekerjaan buang-buang waktu dan atau kesempatan. Itulah sebabnya di negeri ini, ada kalangan politisi, kurang sabar dan tidak sabar lagi, menunggu hingga tahun 2014. Kelompok ini ingin Tahun 2014, dipotong dan atau didiscount saja. Intinya mereka menyimpulkan menunggu persoalan yang satu itu, membuat kalangan itu gregetan, kecewa frustrasi, bernafsu  dan tidak sabaran lagi.
              Pandangan kedua, justru sikap kebalikannya. Menunggu adalah sesuatu proses. Sesuatu bentuk latihan yang membuat kita, menjadi menjadi penyabar. Menunggu adalah bentuk lain dari kemampuan seseorang, untuk mampu menahan diri dan perasaan. Menunggu adalah ujian rutin dalam hidup ini. Menurut pandangan mereka, menunggu, adalah sesuatu keharusan dalam hidup. Menunggu dapat dimaknai sebagai, gambaran utuh keaslian pribadi seseorang. Bahkan Orang Muda yang bercinta mengatakan: “Menunggu adalah bagian dari proses penyesuaian diri dan karakter, dari kedua insan yang berbeda jenis kelamin. Sebelum keduanya  dipersatukan dalam pernikahan resmi dan kudus”.  
                Pandangan ketiga, adalah kelompok yang melihat menunggu, adalah sesuatu keniscayaan. Hal yang tidak mungkin dihindarkan, atau disisihkan begitu saja   dalam kehidupan ini. Mereka sebagai warga yang berpandangan moderat, atau sekurang-kurangnya kelompok netral. Bagi kelompok terakhir ini, Mennggu dan ditunggu adalah mainan hidup. Mereka menyikapi proses menunggu, dengan cara yang lebih elegant. Menunggu  harus disikapi dengan berbagai cara. Misalnya memanfaatkan waktu menunggu itu, dengan Merokok, Menghayal dan atau Ber angan-angan. Sambil merokok seseorang, dapat berhayal,  tentang banyak hal. Walaupun tanpa disadari akan menghabiskan, sebungkus atau berbatang-batang  Sigaret itu. Serta dapat  merusak dan menodai tubuh jasmani seseorang, dengan ribuan racun yang dapat bercampur dengan darah dalam tubuh Nya.  
              Didalam kelompok pandangan terakhir ini, ada yang memanfaatkan menunggu itu dengan ber HP Ria, Ber Ipad Ria. Ber Black Berry Ria dan Ria-ria lainnya dalam Dunia Maya itu.  Juga dapat dimanfaatkan untuk berintraksi, dengan rekan bisnis dan atau bawahannya. Tidak kurang dari mereka secara sadar melakukan sesuatu. Misalnya dalam menunggu itu, diguna  untuk tidur, dan atau istirahat. Sambil mendengarkan, menikmati  Musik di Radio Mobil. Kalangan Supir biasa dengan sesama, bermain Kartu Gaple dan atau main Catur.                  
              Tetapi yang paling elegant misalnya, dengan “Membaca Buku. Sepanjang yang penulis amati dan coba mengikuti aliran yang terakhir ini.  Sangat bermanfaat dan membuat diri kita, tidak merasa tersiksa. Bahkan proses menunggu itu menjadi mengasikkan. Itulah sebabnya kalangan ini sangat menganjurkan, jika bepergian biasakan membawa Satu, Dua buku bacaan. Karena bila kita ketemu dengan situasi yang memaksa kita harus menunggu, sudah dapat di antisipasi dengan membaca.
             Kalangan yang (merasa) Profesional, Akademisi dan Intelektual, Cerdik Pandai dan sebutan lainnya, paling sering melakukan kebiasaan yang satu ini. Mereka terbiasa berdiri dan atau duduk duduk berjam-jam. Assik membaca sambil menunggu, sesuatu rencana perjalanan mereka. Hal ini dapat kita temukan di berbagai Bandara, Pelabuhan, di Terminal Bus Antar Kota, Stasiun Kereta Api dan Fasilitas Umum lain. Mereka dengan spontan mengisi waktu dengan membaca. Apabila rencana perjalanan dan atau pertemuan  mereka, di tunda atau didelay untuk jangka waktu tertentu. Sudah barang tentu  anda, punya banyak cara dan atau tips lain, untuk mengatasi persoalan menunggu itu  bukan ?.
           Untuk melengkapi diskusi kita kali ini, coba kita amati bagaimana Kitab Suci  memandang proses menunggu itu. Sekurang-kurangnya tertulis sebanyak 10 (Sepuluh) kali, kata menunggu di goreskan dalam Alkitab. Kata menunggu dapat kita temui dan baca, dalam PL maupun dalam PB.  Benar Kata menunggu tidak sebanyak kata: Janji, Kasih, Anugerah, Dosa, Sukacita, Roh, dan kata kata lain yang bernuansa Teologis. Tetapi sesungguhnya dengan substansi dinamika dan proses menunggu, sangat ditekankan dalam Kitab Pegangan Hidup umat Nasrani itu.
             Dalam Alkitab banyak hal dikisahkan, terkait dengan persoalan menunggu. Kita boleh simak bagaimana Abraham dan Sara, menunggu janji Tuhan. Untuk mendapatkan Ishak, sebagai Anak Perjanjian itu. Anak yang lahir setelah usia mereka berdua senja, alias setelah menjadi Opa dan Oma. Lalu bagaimana Jacob menunggu Tujuh tahun lagi, untuk mendapatkan “Rahel” Puteri Laban Pamannya itu.   Kemudian bagaimana Orang Israel berada di Tanah Perbudakan di Mesir. Bani Tuhan itu  berputar-putar di Padang Pasir dan baru sampai ke Tanah Perjanjian. Setelah Empat Puluh tahun kemudian. Kita juga bisa membaca bagaimana suka duka bangsa pilihan Tuhan itu Terbuang di Tanah Babilonia. Bagaimana Hana isteri Elkana menunggu, janji Tuhan baru diberi anak. Dalam proses menunggu itu, ternyata Tuhan tidak saja memberi Samuel kepada pasangan ini. Tetapi Allah melengkapi lagi pasangan itu, tiga orang anak Lelaki  dan 2 orang anak Perempuan. [I.Sam 2 ayat 21}. Gambaran Kisah-kisah   diatas, adalah bagian dari proses dan dinamika menunggu itu sendiri. 
             Bukan hanya itu kita bisa membaca dan mengamati, bagaimana Tuhan menekankan proses menunggu, dalam kehidupan umat kristiani masa kini. Justru klimak proses menunggu di tekankan, dalam semua Kitab Injil, Surat-Surat Para Rasul dan Kitab Wahyu. Kesemua yang   terdapat dan tercantum  dalam Kitab Perjanjian Baru. Adalah juga bagian dari proses dan dinamika menunggu. Menanti  kedatangan Tuhan Yesus, kali kedua. Untuk menyemput “Orang yang percaya”. Paralel dengan waktu yang sama, akan   menghakimi, “Orang yang tidak percaya”.
             Pertanyaan Pamungkas dari topik diatas, apakah kita (Anda dan saya) akan tetap setia dan taat menunggu kedatangan Tuhan Yesus untuk kedua kalinya, Sang Juru Selamat sebagaimana yang sama-sama kita yakini dan nantikan itu?. Di dalam menjalani dinamika kehidupan, di dunia yang fana ini. Bagaimana pandangan Saudara ?. Sukses untuk anda. {NAINGGOLAN Nurdin Kristian}.


Krisis Tanah Kuburan


“ KRISIS [TANAH] ? KUBURAN  ”

             Berbagai krisis telah, sedang dan akan terus melanda jagat raya ini.  Mulai dari krisis Pangan, krisis Energie, krisis Air Bersih, krisis Penyakit AIDS, krisis Kerusakan Lingkungan, antara lain bentuk krisis yang bersifat dan berskala Global.  Sementara Krisis Lapangan Pekerjaan, Krisis Kepemimpinan, Krisis Keteladanan,  Krisis Moral dan Etika, bentuk krisis yang bersifat dan berskala Nasional. Sementara Krisis Semen, krisis BBM, krisis Solar, krisis Pembantu,  adalah krisis dalam bersifat dan skala regional. Untuk Krisis Lokal anda boleh  memberi contohnya. Krisis yang  sementara terjadi secara lokal di Daerah saudara. Dikatakan lokal karena di tempat lain, belum tentu terjadi sesuatu krisis itu.
              Di Kota Balikpapan Tahun Sembilan Puluhan, info seorang rekan pernah terjadi suatu krisis. Situasi yang bersifat (agak) Lokal. Dalam bahasa Theologie disebut krisis Sekretarian. Khususnya Krisis  di Rumah Makan Manado dan Tapanuli, di kota perdagangan dan jasa itu.  Sulit ditemukan makanan khas ke Dua Suku itu. Panganan   kegemaran dan favorit, anak negeri yang berasal dari 2 {Dua} Pulau yang berbeda itu. Dalam teori ekonomi disebut, terjadi ketidak seimbangan antara suply dan demand.  Tentu anda bertanya-tanya, krisis apakah itu gerangan ?. Jawabnya Krisis Daging RW. Anda tahu nama makanan, yang berkata sandi  RW ?.  Makanan atau kuliner yang bahan baku utama bersumber, dari daging binatang peliharaan berkali Empat itu. {Krisis ini hanya Intermezo saja Red].
              Untuk topik diskusi kita kali ini, bukanlah  salah satu dari contoh berbagai krisis diatas. Tetapi krisis dalam versi lain. Krisis dalam siklus kehidupan : Lahir, Hidup dan Meninggal  di dalam dunia yang fana ini. Sesuatu dinamika kehidupan yang telah, sedang dan akan berproses terus dalam kehidupan ini. Yakni bagian yang tidak terpisahkan, dari persoalan kehidupan itu sendiri. Dalam Bahasa Warga Bala keselamatan, disebut Naik Kekemulian Tuhan. 
              Substansi yang yang telah, sedang dan akan terjadi kepada setiap kehidupan hampir setiap orang. Persoalan yang menarik dan sekaligus tidak menarik, untuk di bicarakan atau didiskusikan. Persoalan yang seolah-olah agak tabu, jika  dibicarakan secara terbuka. Sesuatu persoalan yang terkesan perlu dihindarkan, oleh setiap makluk hidup. Walaupun pada akhirnya, semua makluk hidup akan sampai juga kesana. Hanya saja kapan, dimana dan bagaimana cara datangnya, itu yang menjadi persoalannya. Rahasia dan hak proregatif Tuhan, dalam bahasa teologi nya. Dalam bahasa duniawi disebut misteri suatu  kehidupan.
                  Sebagai bagian dari masyarakat sosial, kita senantiasa diperhadapkan dengan persoalan yang namanya Kematian. Apakah itu kematian bagi mereka yang berusia Kanak-kanak. Kematian bagi warga yang sudah tua atau uzur. Baik itu terjadi  di Daerah Perkotaan, dan atau Pedesaan. Pastilah secara umum Jenazah mereka, akan di kuburkan. Kecuali bagi saudara kita penganut Agama Hindu. Dimana bentuk dan cara penyelesaian, terhadap orang mati dituntaskan dengan bentuk lain. Sesuai dengan ajaran dan keyakinan rekan kita itu. Seperti dikramasi atau diaben kata saudara kita dari Pulau Bali sana.
               Materi yang kita bicarakan kali ini, persis seperti judul artikel diatas, yakni: Krisis {Tanah}? Kuburan.  Untuk substansi krisis {Tanah} Kuburan inilah, penulis ingin minta pandangan dan sedikit waktu saudara. Ternyata amatan kami, dalam kurun dasa belakangan ini, permasalahan  Tanah Kuburan, menjadi tidak menarik dan sekaligus menarik untuk diamati dan dikaji. Mengangkat dan mempersoalankan kebutuhan {Tanah} Kuburan, terkesan kurang penting. Dibandingkan dengan kebutuhan Papan, Sandang dan Pangan. Dianggap kurang penting karena Kebutuhan akan Tanah Kuburan, memang bukan termasuk dalam kelompok kebutuhan 9 (Sembilan) Bahan Pokok.
               Menurut amatan penulis persoalan {Tanah} Kuburan, tetap menjadi urgent. Walau menurut rancangan bangun Rezim Orde Baru dan rezim Reformasi saat ini, bukan merupakan kebutuhan pokok. Tetapi  sudah saatnya, Negeri ini menjadikan skala prioritas Negara.  Kebutuhan yang seyogyanya menjadi pemikiran bersama anak Bangsa. Baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dengan Komunitas berbagai Agama. Permasalahan yang terkait dengan tanah Kuburan, selayaknya dibicarakan secara lugas. Diprogramkan secara terbuka serius, elegant, dan berkesinambungan. Tidak perlu disembunyikan dan atau dipolitisir. Mirip seperti membicarakan persoalan dana Bansos, dana PMPN Mandiri dan dana BOS atau dana Studi Banding DPR ke Luar Negeri itu. Penulis mengamati Krisis {Tanah} kuburan, sudah menjadi fenomena menarik. Untuk penduduk yang mati saja banyak warga kesulitan, untuk mencari {Tanah} perkuburan. Kesukaran  itu terkait dengan persoalan pilihan, bagi tempat peristirahatan sementara bagi orang yang dikasihi. Berdasarkan keyakinanan Agama dan kepercayaan yang dianut seseorang.
                Bahkan di Jakarta 4 (Empat) dekade yang lalu, Gubernur Ali Sadikin sudah berpikir ke arah itu. Gubernur DKI Ibukota ketika itu sudah memprediksi, Krisis {Tanah} Kuburan, menjadi salah satu persolan yang serius di Ibukota. Gubernur di era tahun Tujuh puluhan itu, pernah menawarkan berapa alternatif pilihan. Satu diantaranya bagaimana, kalau Jenazah atau Mayat orang meninggal itu di bakar saja. Biar tidak memakan dan menggunakan Tanah Perkuburan. Tentu anda mungkin masih ingat respons, dan pandangan berbagai kalangan ketika itu. Sejumlah Tokoh Lintas  Agama, Cerdik Pandai, Kalangan Ulama, menolak keras gagasan dan pemikiran Gubernur yang dipanggilan Bang Ali itu.
              Walau kalangan tersebut diatas menolak, Kenyataan hingga saat ini persoalan Tanah Kuburan di Jakarta, masih sangat relevan untuk dicarikan jalan keluarnya. Bukan hanya sekadar sulit, tetap menjadi lebih pelik lagi.dari waktu ke waktu. Persoalan Tanah untuk lahan perkuburan semakin terabaikan. Pada sisi lain manusia  semakin bertambah banyak, yang mencari peruntungan ke Jakarta. Ternyata bukan hanya di kawasan perkotaan krisis {Tanah} Kuburan ini terjadi. Di pedesaan juga sangat jamak terjadi. Bagaimana di Kota dan Desa anda ?.
              Penulis amati di suatu Desa di Sulawesi Tengah, terjadi juga hal yang sama atau mirip sama. Tanah perkuburan yang sudah ber usia hampir seabab itu, sudah penuh sesak. Mau diteruskan ke sebelah Barat, sudah kebentur dengan pinggiran Kali. Diarahkan ke Timur berbenturan dengan Sawah dan Ladang warga. Ditarik ke Selatan, kebentur  dengan Tanah berbukit Terjal. Diperluas ke Utara, sudah mepet ke pingkir Jalan Raya.  Begitu juga suatu ketika penulis mengikuti acara, pemakaman seorang krabat dekat, di daerah paling Ujung Utara Pulau Andalas. Di Satu Kota Kabupaten Kesan lokasi perkuburan itu, gersang dan kurang terurus. Daerah perkuburan itu menjadi kawasan, yang mirip daerah tidak bertuan. Di satu Kabupaten di Jawa Tengah, ada lokasi Pemakaman Umum, menjadi langganan dan bulan-bulanan Banjir. Di daerah lain ada lokasi Perkuburan terkesan basa, berair, berada  dipinggiran Pantai, yang senantiasa terancan akan pengikisan dan abrasi Laut.  
               Peluang Itulah mungkin dari pendekatan Bisnis dan Tanah Ruang Pemukiman dan Perkotaan, terjadi perubahan sikap, pandangan kalangan tertentu terhadap Tanah Perkuburan. Pertama-tama adanya trends berbagai Tanah Perkuburan, karena perkembangan Kota dan Tata Ruang, berubah dari Daerah pinggiran menjadi daerah yang strategis. Menjadi daerah Bisnis dan atau Perdagangan. Meningkat Nilai Jual Objek Pajak, Tanah dan peruntukannya. Dari hanya tempat peristirahan sementara orang meninggal. Menjadi lebih menarik jika dimodifikasi menjadi ajang bisnis dan perdagangan. Kedua Karena kebutuhan kehidupan, ada kalangan Pebisnis dan Konglomerat, yang melihat peluang ini. Kebutuhan {Tanah} Kuburan ini, sebagai hal yang menarik, jika dikelola secara Bisnis. Khususnya di kota Metropolitan Jakarta Raya, Surabaya, Bandung, Medan dan Makassar. Ke depan tentu di Kota-kota ini, semakin sulit dan mahal Tanah Perkuburan.
                Ketiga manusia semakin rasional, dalam melihat persoalan kuburan itu sendiri. Kalau era lalu perkuburan suatu yang dianggap seram dan mengerihkan. Kini manusia mencoba merancang bangun, Daerah Perkuburan menjadi daerah terbuka. Lokasi Perkuburan dipadukan, menjadi bagian dari paru-paru Kota. Sehingga konsep Perkuburan disulap, menjadi sejenis Taman Kota. Kedepan secara psikologis orang berkunjung ke kuburan, bukan hanya sekadar ziarah rutin. Tetapi sudah dan sementara dirancang Daerah Pemakanan itu, menjadi sejenis Daerah rekreasi  dan kawasan untuk mengirup udara sehat dan segar.
              Berdasarkan kalkulasi dan perhitungan rasional dan trends itulah Tanah Perkururan, menjadi suatu peluang bisnis yang menjanjikan dan mengiurkan. Sehingga segmen pasar yang satu ini,sudah mulai dilirik sejumlah pebisnis. Sejumlah Konglomerat tertarik menanamkan modal secara besar-besaran, untuk tanah Perkuburan Umum itu. Sesuatu peluang, sekaligus jadi tantangan  dan tawaran yang menjanjikan. Mirip seperti mengelola Bisnis Property, Bisnis Rumah Sakit dan Sekolah atau  Perguruan Tinggi.
               Anda pernah dengar dan tahu Perkuburan SANDIAGO HILL di Daerah Karawang  di Propinsi Jawa Barat itu ?. Suatu kawasan yang bertetangga dengan Ibukota. Daerah satelit Metropolitan Jakarta Raya. Di kawasan dan atau Wilayah Perbukitan itu, dirancang bangun Perkuburan Modern. Kawasan yang dikelola secara bisnis dan profesional. Untuk mengakomodasi Tanah Perkuburan, bagi kalangan kelas dan segmen atas. Untuk kalangan yang berselera tinggi.  Dimana untuk sebuah Kapling atau lokasi Perkuburan, di hargai dengan nilai Jutaan, Puluhan Juta dan mungkin Ratusan Juta Rupiah. Tergantung wilayah dan Lokasi, sesuai dengan selera dan atau pesanan si Calon, sebelum dia menghadap Tuhannya. Dan atau nilai tawar menawar antara keluarga yang berduka, dengan pihak Manajemen Pengelola Pemakaman kelas atas itu.  
             Hebatnya lagi kawasan Perkuburan ini, ditawarkan ke semua aliran agama. Serta berbagai kalangan ini, justru merespons secara positif. Di sisi lain semakin banyak kalangan konglomerat dan atau warga yang kaya raya serta Tokoh Masyarakat, yang diistiratkan disana. Mungkin anda tertarik..?. Cepat-cepat pesan dan wariskan keluarga anda. Jika suatu saat   anda mangkat, agar dibaringkan di perkuburan, yang dirancang bangun mirip Taman yang indah itu.  Anda tentu bisa berkumpul  bersama dengan sesama rekan Bisnis anda. Sahabat sehaluan, sealiran dan separtai, saat menikmati kehidupan di dunia ini.  Bersama dengan warga yang kelas kemampuan, dan status sosial dan ekonomi Nya   selevel dengan anda.  Konon rumornya di Bukit Sandigo Hill, yang indah dan menawan hati itu. Kalangan tertentu sudah banyak memesan dan membeli, dan membayar di muka Tanah Kapling, Rumah Masa Depan itu.
              Akhirnya seperti biasa sebelum mengakhiri diskusi kita kali ini, coba kita lihat bagaimana pandangan Alkitab tentang Perkuburan itu. Ternyata Kitab Suci Orang Nasrani itu, ada mencatat substansi yang terkait dengan persoalan Kuburan, sebanyak 62 (Enam Puluh Dua ) Kali. Baik itu dicatat di PL maupun di PB. Satu dari sejumlah ayat diatas bertuliskan: Ditempat dimana Yesus disalibkan, ada suatu Taman dan dalam Taman itu ada suatu Kubur baru, yang didalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. (Yoh 19.41).  
                Penulis tidak tahu persis bagaimana pandangan, pikiran dan hayalan saudara terhadap diskusi kita kali ini. Mungkin khayalan dan lamunan anda sangat jauh. Serta berupaya menghindarkan dari  bayangan dan pikiran yang terkait, dengan persoalan kuburan. Satu rangkaian persoalan dalam kehidupan yang di kaitkan dengan undangan kematian dan  misteri dalam kehidupan ini. Bagaimana pandangan Saudara?. Sukses untuk anda. {NAINGGOLAN Nurdin}. Acc.03.01.2012.