“TerItori
KULAWI RAYA, krisis Guru {sd]”
Kita (Akan)
berbuat apa ?
NAINGGOLAN Nurdin Kristian ***
PENDAHULUAN.
Suatu Sore di bulan September
2013 yang lalu, kami menyempatkan diri mengunjungi Bapak Deus Nao BA {Om dari
Isteri }. Di rumah kediaman yang asri dan teduh di Jalan Dr. Sutomo No 13 Kota Palu. Awalnya sebagai
bagian dari keluarga, pembicaraan kami sekitar dinamika kehidupan kami saja.
Kemudian berkembang kearah lain. Soal klasik dan kronis dalam Dunia Pendidikan,
Khususnya di Desa Kantewu Negeri kelahiran Om dan Ibu dari anak-anak kami itu. Bagian
dari kenangan masa lalu dan cerita minat serta Dunia Kehidupan Om Deus.
Ternyata hingga kini Desa Kantewu, masih tetap Desa Tertinggal dan Terpencil, Rahadi Ramelan,2008]. Kampung yang
memiliki catatan sejarah panjang, tentang perkembangan Kristen (Bala
Keselamatan) di Gunung dan Lembah Pipikoro. Dikemudian hari berkembang ke arah
Palu dan sekitarnya. Republik ini sudah hampir 70 tahun Negeri ini
Merdeka, kata Om diawal pembicaraan. Tetapi persoalan Tenaga Guru di Dataran
Pipikoro dan sekitarnya tidak pernah berubah. Dahulu dan kini kondisinya
relatif sama. Tetap saja Satu Dua Guru, disetiap SD. Maksud Om Deus Pengadaan dan Ketersediaan Tenaga Guru, ternyata belum
ikut Merdeka. Sekali lagi kawasan Pipikoro
belum ikut Merdeka, dan di Merdekakan dari kebutuhan Tenaga Guru. Pahlawan
Tanpa Jasa dengan gelar tambahan Umar Bakri itu.
Demikian
ungkapan jujur dan apa adanya, dari Pendidik
yang dikenal sebagai Guru, yang tulus
dan penuh dedikasi itu. Dalam keseharian Guru panutan yang menjalani hidup ini,
seperti Air Mengalir. Pak Deus merupakan Guru Teladan Tingkat Nasional
Angkatan Pertama, Utusan Propinsi Sulawesi Tengah. Penerima Penghargaan Satyalencana
30 Tahun. Dan Sebagai Pembina Pramuka di Kabupaten Donggala dari
Presiden Soeharto itu. Serta sejumlah Penghargaan di Bidang Pendidikan dan Kemasyarakatan. Yudi Latif, 2009}. Guru Deus
tercatat sebagai lulusan SR 6 Tahun Kantewu Tahun 1950. Tamatan SGB Negeri
Donggala Tahun 1955.
Jebolan SGA Negeri Manado Tahun 1958. dan Alumni
IKIP Manado Tahun 1963. Mantan Direktur SPG Negeri Palu. Sekaligus
mantan Direktur Pendidikan Sekolah Guru
terlama di Bumi Tadulako. Guru Deus pernah
merangkap sejumlah jabatan lain. Direktur KPG, SMOA Negeri Palu dan SPG Bala Keselamatan
Kulawi. Serta sejumlah SPG dan KPG Swasta di Palu dan Sekitarnya.Soemarno Soedarsono, 2009}. Ditutup menjadi Pengawas Bidang Keguruan, Kantor
Wilayah Departemen P dan K Sulawesi Tengah. Pensiun dengan Pangkat terakhir sebagai
Pembina Utama Muda (Gol IV/c).
Keterpaksaan versus PANGGILAN
(jiwa).
Ketika di era anak-anak [Kelas 1 SD], Ompung atau
Opa bercerita mengapa Tulang {Adik Ibu}
menjadi Guru. Ringkas cerita: ketika paman di kelas VI SR, dia bermimpi berdiri
didepan kelas jadi Guru. Mengajar seperti layaknya seorang Guru benaran. Didasarkan assumsi mimpi itu, setahun kemudian Ompung mendaftarkan
Paman, melanjutkan ke Sekolah Guru {SGB} di Ibukota Kabupaten di Negeri kami.
Kini Paman dan isterinya sesama mantan Pendidik, menghabiskan masa purnanya di
Kampung kami. Satu kebanggaan keluarga di
usia tua ini orang sekampung, dan yang mengenal paman, masih tetap memanggil beliau,
dengan sebutan GURU ALDEN PANDJAITAN. Andrias Harefa, 2000]. Pengakuan
atas profesi yang dilakoni, dikaitkan dengan nama Babtis, adik almarhum
ibu kami itu.
Kedua, ketika kami di Kelas 3 SD di Tahun
Enam Puluhan, kami terkesan kepada seorang Ibu Guru. Namanya Ibu Siburian. Ibu Guru
yang galak yang memaksakan kami bukan hanya sekadar tahu, Perkalian Satu sampai
dengan Perkalian Sepuluh. Tetapi kami didorong lebih dari itu. Secara
bergiliran diharuskan tampil didepan kelas, untuk melafalkan Perkalian 3 ½ dan Perkalian 4 ½. Siapa yang tidak lancar (Luar Kepala), maka Kaki atau Kepala, akan di
pukul pakai Penggaris. Atau Bu Guru Isteri CPM itu, akan Cubit Perut kami, seraya ditarik ke Atas.
Dengan cara begitu terpaksa,kami menjadi
mahir dan hafal Perkalian yang rada aneh
itu. St.Kartono, 2009].
Ketiga di era duduk di kelas Satu SMP, tidak terlupakan
cara Guru kami Pak P.S. Sianturi, mengajarkan
Ilmu Ukur. Dengan metoda ajar yang khas, membuat kami muda memahami, bagian dari
Ilmu Matematika itu. Serta yang menarik lagi, Guru yang satu ini, selalu necis
dalam berbusana. Keempat, Ketika
lulus SMP tahun 1970, almarhum Ibu meminta kami melanjut saja ke SPG. Biar jadi Guru seperti Paman- adik
laki-laki Ibu kami. Anjuran yang disepelekan. Kami lebih memilih masuk SMA,
mengikuti trends rekan sebaya. Kini kami menyesali diri. Mengapa tidak sejak
dari awal, mengikuti anjuran almarhumah Ibu.
Daoed Joesoeff, 2006]. Kelima dikala duduk di kelas Satu SMA, seorang Guru
yang kami sulit dilupakan. Oleh karena “antik” cara mengajar dan panjang
akalnya. Namanya Pak Munir Pulungan. Sesungguhnya Bidang Studi Guru yang Satu
ini Bahasa Inggris {Pernah mengikuti
Program Colombo Plan, ke Negeri Kiwi yang kita kenal dengan sebutan New Zealand
itu}. Sejalan Bidang studinya Dia mengajar
Bahasa Inggris di Kelas Tiga. Tetapi khusus
untuk Kelas Satu, beliau dipercaya Kepala Sekolah: “Mengajar Ilmu Menggambar”.
Karena bukan bidang studi
keahliannya. Dia menyuruh kami menggambar Bungkus Rokok, Kotak Korek Api. Songkok {Kopiah} dan atau Tas
Kulit, miliknya,, yang sengaja diletakkan diatas Meja Guru, untuk kami gambar.
Hingga selesai Jam Mata Pelajaran kewajiban tambahan itu. Sementara Guru Munir duduk
santai dan tenang sambil membaca, sejumlah buku berbahasa Inggris. Buku yang
selalu ada dalam Tas Hitamnya.
Keenam Ketika masa remaja kami mengenal Kakak Kelas {Wanita}. Pelajar maha pintar
menurut ukuran kami. Namanya Mutiara, kami panggil sebagai Kak Tiara. Mutiara selalu juara di SMA kami. Dengan kemampuan
diatas rata-rata, Kak Tiara bercita-cita jadi Dokter. Tetapi Tuhan mengatur
lain, ketika Naik kelas Dua, Ayahandanya
Naik Kekemulian Tuhan. Akhirnya impian Kak Tiara, kandas di tengah jalan.
Pendek cerita begitu lulus SMA, dia mengambil jalan pintas. Dia daftar Ikatan Dinas
melalui Program PGSLP {ketika itu}. Kak Tiara Lambat tapi realistis,serta tekun menjalami professi Guru. Dia berupaya
mencintai Profesi itu. Pekerjaan yang semula, bukan merupakan cita-citanya. Muhamad Nurdin, 2008]. Setelah sekian lama mengabdi, terpilih
menjadi Guru Teladan. Dia berkata ke
kami: “Aku boleh tidak pernah jadi Dokter. Tetapi murid-murid ku, harus banyak
menjadi Dokter”. Demikian pengakuan Guru Mutiara, dalam acara reuni Alumni SMA kami di Jakarta
itu.
Ketujuh ketika kami kuliah di Program
Strata Satu Administrasi Negara. Kami mengenal seorang Dosen, Alumni S2 dari AMRIK.
Waktu test persiapan ke LN, dia tidak Lulus Bahasa Inggiris. Kurang Nilai TOEFL.
Tetapi dengan jitu dia merespons kegagalan itu. Seraya berkata ke Orang Bule yang
ikut menguji: “ Tujuan utama saya ke Negeri Anda, Mau Belajar Administrasi
Negara. Bukan Belajar Bahasa Inggris”. Protesnya dalam Bahasa Inggris yang
kurang perfeck. Dikemudian hari beliau menjadi, salah Satu Dosen Favorit di Kampus
Sekolah Tinggi Kedinasan itu Kedelapan dimasa
mengikuti Program Strata Dua, kami terkenang dengan seorang Dosen di STT Jakarta.
Namanya Doktor Theo Kobong
perawakan Kecil dan Pendek. Theolog Alumni
Universitas Leiden Negeri Belanda {Seingat kami almarhum pernah menjadi Ketua
Sinode Gereja Toraja}. Atas saran Dosen Senior itu kami mengikuti Ulangan Perbaikan
Nilai {Remedial}. Tetapi Dosen killer itu
tetap saja, tidak merubah Nilai yang kami peroleh. Sekadar Upah Tulis
saja tidak beliau diberikan. Sangat
mungkin ketika memberi nilai itu Dia (Lupa Diri) sebagai Hamba Tuhan. Ketut
Timonuli, 1990]. Bukankah Rumus Umum “Hamba Tuhan” itu mengajarkan dan
mempraktekkan Cinta Kasih kepada Ummatnya?.
Pasti anda bertanya-tanya, apa yang tersirat dengan
“Sejumlah Testimoni” di atas. Sejujurnya Kami tidak pernah belajar, di Sekolah Pendidikan Guru
formal. Baik di Tingkat Menengah, dan atau Perguruan Tinggi. Kami hanya belajar
kepada alam luas dilapangan. Dan atau diajari oleh Pengalaman Hidup, Situasi, Kondisi
Stress, dan Keterpaksaan semata. Tetapi didalam menapak karier, {birokrat}
kurun waktu 35 tahun dan 2 bulan. Ternyata lebih dari Dua Pertiga masa
pengabdian itu, kami habiskan untuk menekuni Dunia Pembelajaran, Anies Baswedan-Indonesia Mengajar 2011}. Khususnya di Kantor kami bekerja. Baik di
Kantor Pusat, maupun dijajaran Pemerintah Daerah. Semua Ibukota Propinsi dan lebih dari Setengah
Kabupaten dan Kota di Nusantara ini, kami sudah kunjungi. Oleh karena dan untuk
mengajar dan mengajar. {Termasuk 14 Kali} ke Timor Timur. Negeri yang kini kita kenal, dengan sebutan Timur
Leste itu. Tiga Kali ke Wamena dan Dua kali masing-masing, ke Merauke dan
Faktak di Bumi Papua itu. Untungnya lagi jika teman-teman dengan segala cara, mendekati
dan meyakinkan Boss. Agar ditugaskan ke Satu Daerah {Bukan dalam konteks Mengajar}.
Kami justru terlalu sering ditugaskan Pimpinan, untuk atas nama Institusi ke
Daerah {Tanpa perlu meminta}. Mengajar
dan Melatih Aparatur Pemerintah Negara { Di Pusat, Propinsi, Kabupaten dan
Kota}. Lebih dari itu hingga saat ini kami masih dipercaya KPT Bandung, untuk
ikut Mendidik dan Mengajar Para Kadet {Calon Pendeta,} di Pusdiklat Bala
Keselamatan Jakarta. Ahmad Rizali, Indra
Djati Sidi, Satria Dharma, 2009].
KRISIS TENAGA GURU {SD}, DI KULAWI RAYA.
Bapak Jore Pamey meminta
kami menyiapkan sejenis Makalah dan atau
Kertas Kerja. Dan di undang sekalian dalam bermusyawarah Sore hari ini. Tetapi
karena sesuatu hal, kami tidak bisa secara
face to face bertemu Bapak dan Ibu siang
ini. Untuk itulah Kertas Kerja seadanya ini dikirimkan. Sebagai wujud kepedulian, partisipasi
dan concern kami. Dengan apa yang Bapak dan Ibu Gumuli akhir-akhir ini. Pak
Guru Tua Pamey minta kami memberi pandangan.
Bagaimana cara menyelesaikan dan mencari
solusi terbaik. Terhadap persoalan yang kronis dan tidak
pernah kunjung selesai di kawasan Kulawi Raya ini. Dimana sejak zaman
awal Kemerdekaan, di rezim Orde Lama, di Pemerintahan Orde Baru, hingga di era
Reformasi ini. Tentu penyelesaian yang bersifat permanen dan lugas. Secara
spesifik di Empat Wilayah Kecamatan (Kulawi Induk, Lindu, Kulawi Selatan dan
Pipikoro), Jansen Sinamo-Ethos, 2005]. Bagian
Negeri dimana
Bapak dan ibu, berdomisili dan berasal. Niat dan Hasrat yang Bapak dan Ibu bicarakan hari ini, seperti
gayung bersambut.. Ternyata secara Nasional Negeri kita, saat ini kekurangan Tenaga
Guru. Ketua PGRI beberapa Minggu lalu dalam Konfrensi Pers menyatakan: “INDONESIA
DARURAT GURU SEKOLAH DASAR” Pernyataan Ketua Umum PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), Ketika
Pengurus Pusat, menghadap Bapak Wakil Presiden {Detikcom 20 Maret 2015}. Kalau krisis Guru di Seantero Negeri ini
terjadi, biarlah Pengurus Besar PGRI, yang mencari jalan Keluar (Way out) untuk
Tenaga Profesional berskala Nasional. Termasuk Kekurangan Tenaga Guru di
berbagai “Tingkatan Sekolah” di Nusantara Raya ini. Bapak dan Ibu cukup berkonsentrasi,
untu berbuat dan bertindak bagi kawasan Kulawi Raya saja.
Untuk menyemangati Niat Mulia ini, Kami pinjam
dan kutifkan untuk kita renungkan Semboyan
Pemda DKI Jakarta, dalam mengajak warga Ibukota ikut berpartisipasi membangun
kota Metropolitan itu : Kalau Bukan
kite, yang membangun kampung kite siapa lagi. Kalau bukan sekarang, kapan lagi.
Semboyan, Himbauan, Ajakan dan Panggilan itu, terkesan ringkas dan sederhana.
Tetapi syarat dan penuh makna. Hemat kami tidak salah dan tidak keliru, jika
Pak Guru Jore Pamey “Menginisiasi
Pertemuan Dalam Bingkai Kekeluargaan” Siang hari ini. Untuk kita meluangkan
waktu, bermusyawarah dan bertukar pikiran, sesama yang Peduli Pendidikan di
kawasan ini. Kebetulan hari ini tanggal 1
Mei, Besok tanggal 2 Mei. Hari yang
kita kenal dan fahami sebagai Hari
Pendidikan Nasional. Pertanyaan Pamungkasnya
Hari ini dan Besok hari , Apa yang akan
Bapak dan Ibu perbuat ?. Untuk mengatasi dan mencari solusi Krisis Tenaga Guru {SD)
di Dataran ini?.
Perkenankan kami
menyampaikan Pemikiran sbb: A}. Guru adalah Aktor Utama, dalam Dunia
Pendidikan {Khususnya di Sekolah Dasar), dibanding Aktor dan Elemen pendukung lainnya.
Karena di level inilah Anak-anak, akan di Ubah dan Berubah dari Kehidupan Sebelumnya.
Dari Anak Tidak Tahu menjadi Tahu. Dari berprilaku Biasanya, menjadi Tidak Biasa.
Dari tidak harus, menjadi harus dan lain-lain. B}. Bapak dan Ibu harus berpikir dan bersepakat peluang Guru {Baru}
yang kita butuhkan, seyogyanya berasal dari formasi CPNS. C}. Sebaiknya calon yang akan
direkruit, ialah anak-anak kita sendiri. Sekurangnya punya hubungan emosional
dengan kawasan ini. Persis seperti semboyan Orang Betawi diatas. Kalau Orang
lain yang kita rekrut, sangat pasti tidak dan belum tentu menjadi solusi
permanen. {Bukan dan tidak bermaksud bicara Rasis atau SARA}, tetapi realita
dan kenyataan dilapangan. “Serupa tetapi tidak sama” dengan Kebijakan
Pemerintah, dalam Penempatan Tenaga
Medis (Dokter Umum dan Dokter Gigi serta Tenaga Medis Lainnya). Pengamatan kami selama ini, dari
berbagai kasus Penempatan {Guru Baru}, di berbagai Daerah di Nusantara ini. Cendrung
dan identik hanya numpang Formasi Pengangkatan saja. Andrea Hirata-Laskar Pelangi, 2005]. Dua, Tiga dan Empat Tahun kemudian,
Guru-guru itu akan berupaya untuk mutasi. Dan atau pindah kembali
ke Daerah Asal atau Kota. Setidak-tidaknya
dekat dengan Ibukota: Propinsi, Kabupaten
dan Kota. Tentu saja dengan Seratus Satu Alasan, dan Seribu Satu Upaya, serta Sejuta
Argumentasi.
BERPOLITIK DEMI MENDAPATKAN CPNS (GURU SD).
Kebetulan akhir tahun 2015
Pasangan Bupati, di Teritori ini akan berakhir priode Kepemimpinannya. Kiranya moment
kali ini Bapak dan Ibu, tangkap sebagai Kesempatan
Emas. Untuk dan berbuat sesuatu, demi Dunia Pendidikan di dataran ini. Peluang yang
baik dan tepat, untuk mendapat Guru Muda
(SD) yang Frest. Kali ini kami
anjurkan Bapak dan Ibu Berpolitiklah. Demi dan masa depan anak-anak kita.
Lakukan negoisasi, dan deal-deal dengan Calon Pasangan Bupati yang akan maju 5
Tahun ke depan. Untuk bersedia dan siap mendukung apa yang
Bapak dan Ibu, bicarakan sepanjang hari ini. Dan rencana yang akan di ikrarkan
besok hari. Dalam rangka menyambut hari Pendidikan Nasional diatas. Tolong dinegoisasi dengan tepat, dengan
Pasangan Calon yang ingin mendapatkan suara dan dukungan Warga Kita. Berpolitik
juga bagian dari satu cara untuk mendapatkan, dan memperoleh yang diinginkan
dalam konteks berbangsa dan bernegara. Termasuk didalmnya Pengaruh, Pemusatan
Pemikiran dan Kehidupan luas dalam konteks Lokal, Regional dan Nasional Miriam Budiardjo, 1998]. Bukan rahasia
umum lagi Pesta Demokrasi di era reformasi ini, terjadi dan dijadikan Ajang Jual
dan Beli. Alias Dagang Sapi, (Dalam Bahasa Politis disebut sebagai “Bargaining
Position”). Mari Bapak dan Ibu manfaatkan Barter Kekuatan Pengaruh Kali ini. Dengan apa yang
diinginkan Calon Pasangan Bupati yang
akan berkompetisi. Untuk dan demi kemaslahatan dan atas nama masa depan,
anak-anak dan generasi muda kawasan ini. Tuntaskan Tawar Menawar dengan Calon Pasangan Bupati
yang Bapak dan Ibu Negoi. Lalu lanjutkan pertemuan dengan ke 4 (Empat) Camat di
Teritori ini. Kemudian diteruskankan lagi Pertemuan Politis, dengan para Anggota Dewan dari “Daerah Pemilihan” Kawasan
Kulawi Raya di DPRD Kabupaten Sigi. Kemudian Dilanjutkan lagi pembicaraan ke sejumlah Tokoh Masyarakat dan Kalangan Intektual
{Kalangan yang Peduli Masalah Pendidikan}, yang berpengaruh dan berasal dari teritori ini
berdomisili di Kota Palu.Gede Prama, 2002}. Terakhir semua
tahapan dan langkah konkrit Rencana Mulia ini, “disosialisasikan” kepada
Stateholder dilapangan. (Kepada Kepala Desa, Kepala Dusun dan Tua-tua di Desa).
Untuk seia sekata mendukung Pasangan Calon Bupati, yang concern, Komit
dan Peduli, Pada Hari H yang ditetapkan, berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Untuk “Memilih dan Menusuk” Tanda Gambar dari Pasangan Bupati, yang Bapak dan
Ibu Kondisikan dalam kurun waktu berjuang, untuk mendapafkan apa yang
hingga Besok, Bapak dan Ibu Ikrarkan.
Jangan sampai terlupa untuk jaminan akan
komitmen itu, seyogyanya Bapak dan Ibu. menyodorkan “Janji dan Kontrak Politik Tertulis” kepada Calon Pasangan Bupati yang
akan disepakati. Sebagai dasar Bapak dan Ibu berjuang dan memperjuangkan, untuk
dan atas Nama Rakyat Kulawi Raya ini. Sekaligus tanda dan wujud keseriusan, Pasangan
Bupati yang akan Bapak dan Ibu dukung. Untuk
siap melaksanakan kebijakan Strategis, dan Mendasar. Untuk kurun waktu 5 (Lima)
Tahun ke depan. Sangat benar Gereja tidak secara pakam mengatakan, ummat Boleh
dan Tidak Boleh berpolitik. Bagi dan dalam kehidupan orang Kristen, dalam
bernegara dan berbangsa. Richard Daulay,
2013]. Tetapi sejumlah ayat Alkitab bisa ditafsirkan, sebagai bagian dari
cara berpolitik Santun warga Nasrani. Sangat kontras dan berbeda dengan saudara
kita, Kaum Muslimin dan Muslihat, berpolitik bagi saudara dan tetangga kita itu,
diberi peluang yang lebih terbuka dan transfaran Taufik
Al Mubarok, 2009]. Pemikiran pada Subs Judul Kertas Kerja diatas, masih sejalan
dan seirama, dengan Kebijakan Nasional Pemerintah Pusat. Dalam membuka dan
mengisi Formasi CPNS. Bagi Tenaga Pendidik (Termasuk) Guru SD dan Tenaga
Kesehatan. Sementara untuk formasi CPNS Bidang lain, Pemerintah mungkin
saja melakukan Kebijakan Zero Grouth, dan
atau Moratorium).
P E N U
T U P.
Mengakhiri Kertas Kerja sederhana ini, kami bermimpi dan berandai-andai secara sederhana: Kalau Setiap
Kecamatan di Kawasan Kulawi Raya ini, mendapat Formasi CPNS [Tenaga Guru] antara 5 s/d 10 orang saja. Berarti untuk
kurun waktu Satu Priode {Lima Tahun}. Kecamatan di Kulawi Raya, akan mendapat formasi
Tenaga Pendidik [Guru Baru] sbb: 4 (Kecamatan) x 5 (Lima orang Formasi CPNS
Guru SD) x 5 (Lima Tahun) = 100
Orang dan boleh jadi : 4 x 10 x 5 = 200 Orang. Tentu secara benar Rasio hitung-hitungannya,
Bapak dan Ibu lebih Paham dari Kami. Dengan memperbandingkan Rasio Jumlah
Murid, Jumlah Kelas, Jumlah Gedung Sekolah dan Jumlah Desa. Dikaitkan dengan
Kebutuhan Guru Kelas. Lalu diassumsikan dengan Formasi CPNS (Guru SD) yang direncanakan
Pemda Sigi. Dengan Total Formasi yang dialokasikan Kementerian PAN dan
RB 5 (Lima) Tahun Terakhir. Kemudian dipersandingkan
dengan Rencana Formasi CPNS Tenaga Pendidik (Guru SD), 5 (Lima) Tahun ke depan.
Mari kita catat Musyawarah hari ini, sebagai Sejarah dan Upaya Panjang dan Terukur
dalam mendapatkan Tenaga Guru (SD) di Kawasan
ini. Selamat Bermusyawarah, di Hari
Pendidikan Nasional ini. Horas.
***Kertas Kerja disajikan dalam Musyawarah: “PEMBENTUKAN FORUM PEDULI PENDIDIKAN KULAWI RAYA”, hari Jum’at tanggal 1 Mei
2015 Di BOLAPAPU Kulawi, Kabupaten Sigi.
**Pemakalah Mantan Birokrat, Pengajar,
Penulis Lepas, Pengamat Sosial
Kemasyarakatan dan Pendidikan, Alumni
Strata 1 STIA LAN, dan Pascasarjana STT Jakarta. Dapat dihubungi di Email: monas_ku@yahoo.co.id. Dan Blog:: Horasgolan.bologspot.com. HP: 0812 9844 460 Acc 06.04.2015