Sejumlah SMS dari Palu pagi itu masuk ke Ponsel kami, yang
isinya mengabarkan pada Hari Sabtu Pagi tanggal
26 Oktober 2013, Bapak Julius Landu
telah Naik kekemulian Tuhan di Rumah Sakit Stella Maris Makasar. Tentu saja berita
dukacita itu sangat mengejutkan kita semua. Khususnya yang pernah mengenal dan
punya hubungan kekerabatan dan emosional dengan almarhum dimasa hidupnya.
Sebagai Isteri dan Ibu Rumah Tangga, tentu
Ibu Julius mempunyai kenangan yang indah dan menyenangkan, serta termasuk
masa-masa sulit bersama Bapak Julius
Landu. Begitu juga ke Tiga Puteri dan Mantu serta Cucu, punya kenangan yang
indah dengan Orang Tua, Opa idola mereka.
Kami pikir begitu pun kita yang hadir, pada acara “ Peringatan untuk mengenang 40
hari ” Beliau Naik Kekemulian Tuhan Sore ini. Kita
juga rasa-rasanya akan sependapat, dan juga
memiliki seuntai kenangan yang indah dan atau yang mengesankan, bersama
Om Julius selama berintraksi dengan
beliau dimasa lalu.
Sebagai bagian dari Keluarga kami juga punya hubungan persahabatan,
yang relatif lama dengan Om Julius.
Untuk itu perkenankan kami pribadi, menggoreskan pandangan dan
mengutarakan sepintas, dengan apa yang
terpendam dan tersimpan di dalam benak kami, tentang Siapa dan bagaimana Bapak Julius
Landu. Khususnya selama kami pribadi kenal dan berintraksi dengan Om Julius. Pertama-tama
di awal Delapan Puluhan beberapa
tahun, setelah kami Menikah dengan Zuster
Sofia Gana. (Dikemudian hari dilingkungan
keluarga, Ibu Sofia, dikenal dengan panggilan Tina Tara). Suatu hari Orang Rumah
kami itu, menerima sepucuk surat lewat Pos. Ternyata surat itu dikirim oleh Om
Julius. Menarik dan unik karena surat itu ditulis tidak dalam bahasa
Indonesia, sebagaimana biasa yang kita lakukan. Tetapi dalam “Prancis” atau
asing bagi kami ketika itu, yakni Bahasa Daerah. Bahasa Uma bahasa Ibu dan pergaulan
di daerah asal Tina Tara dan Om Julius.
Pertanyaan
kami tentu sama dengan klarifikasi saudara sekalian, yang hadir di acara Sore
hari ini. Surat itu memang sengaja ditulis dalam bahasa Uma dan ditujukan
kepada Tina Tara. Karena Om Julius belum dan tidak mengenal kami sebelumnya.
Begitu juga kami tidak tahu, kalau Om
Julius itu saudara dekat Tina Tara. Surat itu isinya relatif panjang, yang
intinya meminta kami untuk mengikuti dan membantu Proses Pengangkatan CPNS Om
Julius. Berkas Om Julius termasuk dalam
usul rombongan, yang ketika itu dikenal,
dengan sebutan Pegawai HONDA (Honor Daerah). Dokumen itu dibawa oleh Pejabat Biro
Kepegawaian Kantor Gubernur. Ke Biro Kepegawaian Departemen Dalam Negeri, institusi
dimana kami bekerja. Berkas Om Julius termasuk dalam dokumen usul Pengangkatan Pegawai Honor Dinas
Pekerjaan Umum. (Menurut pengakuan Om Julius hampir Delapan Tahun, dia menjadi Honorer di Dinas PU Propinsi).
Pendek cerita dengan bantuan rekan di Biro Kepegawaian DDN,
berkas pengusulan Om Julius termasuk yang terangkat di Putaran Pertama. Sahabat
yang menangani di DDN itu, memberi kami “ Foto Copy Persetujuan Kepala BAKN lengkap
dengan NIP ”. Sebagai bukti
bahwa Om Julius sudah sah dan resmi menjadi, CPNS Pemda Tingkat I Sulawesi Tengah.
Dengan demikian hanya tinggal penetapan formalnya saja, yakni dengan Surat Keputusan Gubernur. Ternyata sebulan
kemudian baru teman-teman Om Julius seusulan, mendapafkan informasi kalau berkas mereka juga, sudah
disetujui Oleh BAKN, yang kini sebutannya
Badan Kepegawaian Negara.
Kedua, kebetulan
beberapa bulan kemudian, kami Dinas ke Palu. Karena perasaan Sukacita yang
besar, Pak Julius mengajak dan meneraktir kami, “ Makan Ikan Bakar ”. (Seingat kami di sebuah lapangan terbuka,
dekat Kantor CPM lama). Dua hari kemudian sebelum kami kembali ke Jakarta,
rupanya Pak Julius dan masih “merasa penasaran dan kurang puas”,
untuk sekadar mentraktir makan malam itu. Perasaan Sukacitanya masih tetap bergelora
terus. Dia menitipkan lagi Sebuah “ Bingkisan Terbungkus Rapi ”, untuk Tina
Tara, teman masa kecilnya itu. Dengan pesan “ jangan dibuka dan disampaikan saja
ke Tina Tara ”. Katanya dengan wajah yang sumringah. Benar hingga kini kami tidak pernah tahu
persis, apa sesungguhnya yang dikirimkan oleh Om Julius ke saudaranya itu.
Karena mereka berdua sudah tidak lagi bersama dengan kita. Biar “ teka-teki
” itu menjadi bagian kecil dari kenangan, yang kita boleh ingat dari
kedua bersaudara itu.
Sejak pertemuan pertama itu hubungan kami dengan Om
Julius semakin intens. Jikalau ada kesempatan dinas dan atau kunjungan ke Palu.
Begitu juga jikalau Om Julius yang ke Jakarta, dia berupaya menemui kami. Seingat
kami beberapa kali Om Julius singgah, dan datang ke Pondok kami di pinggiran Jakarta itu. KETIGA, dalam pertemuan berikutnya, baik waktu kami dinas
atau ada urusan keluarga di Palu, maupun waktu Om Julius datang dan Dinas ke
Jakarta, kami tidak lupa untuk membicarakan hal-hal yang terkait dengan
Pelayanan di Gereja. Kebetulan Om Julius dan kami sama:sama Prajurit Bala. Juga aktifis di
Gereja kami masing-masing. Banyak dan bahkan ber seri dan berbabak topik pembicaraan kami berdua. Terkait dengan
Dinamika Pelayanan Rohani di Bala Kita, yang kita cintai itu kami bahas dan
diskusikan. Kadang kami berdua sampai lupa waktu, kalau sudah ketemu dan
berdiskusi soal dan dinamika pelayanan Bala Kita itu.
KEEMPAT diakhir tahun Sembilan Puluhan, kami bertemu lagi. Om
Julius bercerita kalau dia sambil bekerja, Kuliah dan selesai kuliah (?). Atas
keberhasilan itu kami sarankan, agar Om Julius pindah dan mutasi saja, ke
Kabupaten Donggala. Dengan pertimbangan agar lebih dekat dan dapat berbuat banyak,
untuk Daerah Tumpah Darah, mereka dengan Tina Tara di kawasan Kecamatan kulawi.
Tetapi dengan halus dia menolak tawaran kami itu. Sepintas dia katakan kalau dia masih di percaya, oleh Pimpinan di Dinas PU Propinsi, untuk tetap menjadi Pemimpin Proyek dan atau Bendahara Proyek dana APBN ?. Sejalan dengan perjalanan waktu dikemudian hari, seirama
dengan era otonomi Daerah, kami dengar
dan tahu belakangan Om Julius, sudah menjadi Camat di Kulawi Selatan. “ Kecamatan Anyar ” dari 3
(Tiga) Kecamatan baru, yang dimekarkan
dari Kecamatan Kulawi Induk.
KELIMA. waktu
selesai menjadi Camat dengan status Pensiun,
dia bercerita lagi ke kami, Kalau Pak SEKDA mantan atasannya mendukung Om
Julius, untuk maju sebagai Calon Anggota KPU Daerah Kabupaten Sigi. Mewakili
unsur Birokrat dan sekaligus menjadi representasi, unsur Nasrani, dari Lima
Orang Calon Anggota KPU itu, Begitu saran dan pendapat Pak Sekda katanya. Namun
di dalam proses perjalanan, Pak Julius
di ” Salib
dan Tersalib “ oleh
kandidat lain. Dia merasa kecewa. Sebagai bagian dari keluarga kami hibur Om
Julius, dengan ungkapan yang sering kita dengarkan “ Dunia adalah Panggung Permainan
”. Kita yang memainkan atau
dimainkan, disitu saja bedanya
kata kami menghibur Om Julius. KEENAM, salah satu bentuk kompensasi dari pengalaman pahit diatas,
Om Julius memutuskan untuk berpolitik saja. Sehingga dia masuk ke salah Satu
Partai, dari sekian Partai yang memang lagi tumbuh dan berkembang di negeri
kita ini. Seingat kami Om Julius menjadi
salah Satu Kepercayaan Pak Longki Djanggola, selaku Pengurus Daerah Partai Gerindra
di Propinsi. Untuk itu Om Julius dikondisikan Pak Longkie, menjadi salah Satu
Pengurus Inti, Partai Gerindra di Kabupaten Sigi.
KETUJUH, pada
Tahun 2010 yang lalu, kami ketemu lagi dengan Om Julius di OO Parese. Pak
Julius dan Mama Grace hadir di dalam acara
“ Peringatan 40 Hari Bapak Mertua Kami ”.
Papa Sofi demikian panggilan Keluarga Besar, kami untuk orang Tua itu. Kegiatan
yang sama persis, dengan kehadiran Kita Sore hari ini. Didalam pembicaraan kami
dari Pagi hingga Makan Siang, kami berdiskusi tentang banyak hal. Khususnya
untuk mengisi masa tua kami. Ada 2 (Dua) hal pokok yang kami bicarakan. Begini Papa
Tara katanya: “ Pasangan Longky Djanggola-Soedarto
”, kalah di Kecamatan bekas wilayah Kerja Saya ini. Katanya sambil
memperbaiki posisi duduknya. Saya malu melihat Pak Longki, Boss besar Partai
kami sambungnya lagi. Pasangan ini “ Sukses Besar ”. Di Pipikoro, Lindu
dan Kulawi Induk. Pokoknya semua kecamatan di Kabupaten Sigi, Pasangan ini menang
telak. Kecuali di kawasan Kulawi Selatan. Katanya sambil menahan nafas, dengan mimik wajah yang kurang
puas.
Lalu kami tanyakan, kepada Saudara kita itu: “Tentu ada yang bermain ?”.
Klarifikasi kami dengan nada bertanya. Siapa yang bermain itu Tanya kami lagi.
Si Anu dan Si Anu katanya dengan suara agak pelan. Kan beliau-beliau itu saudara kita
juga kata kami. Lalu Om Julius menjawab :Itulah sebabnya saya begitu kecewa,
justru karena Saudara kita sambungnya, dengan mimik serius. Lalu kami merespons
kegelisahan Om kita itu. Kami katakan sangat mungkin, mereka berdua tidak mengerti
dan tidak faham peta perpolitikan, dan sinyal-sinyal arah suara serta tidak membaca
Tanda-tanda Zaman. Kata kami seperti berkotbah. Untuk membela dan mengobati
rasa kecewa Om Julius itu. Apakah beliau-be;iau
tidak
jauh-jauh hari, mempelajari dan mengamati trens dinamika dan pergeseran
pilihan Rakyat Sulawesi Tengah. Sambung kami lagi. Hal itu yang saya tidak
faham, Kata Om Julius dengan menahan nafas.
Kemudian
topik pembicaraan kami bergeser, ke hal yang kedua. Yaitu rencana Om Julius, ingin
mencalonkan diri menjadi Anggota DPRD. Sambungnya
membuka pembicaraan kami episode berikutnya. Dia melanjutkan keinginannya untuk
maju menjadi Wakil Rakyat Priode 2014 - 2019 yad. Bagaimana pandangan dan
pertimbangan, Papa Tara, klarifikasi Saudara kita itu, dengan mimik wajah yang
serius. Tentang bagaimana sikap dan jalan pikiran kami. Lalu kami bertanya lagi. Bagaimana kira-kira peluang menurut
hitung-hitungan Pak Julius. Terutama rival dan atau kandidat dari Partai Lain.
Kan ada rumus matematisnya kata kami lagi, mengikuti keinginan Om Julius. Misalnya
saja “Satu
Dapil hanya berkuota 5 orang Calon Jadi.”
Jikalau setiap Partai, rata-rata 5 Orang saja Kandidatnya. Itu kan berarti
lawan dan Kompetitor kita, sudah menjadi
50 Orang. Dari sejumlah itu, mungkin sekali ada rekan, kenalan,
dan Saudara kita kata kami lagi. Itulah
sebabnya saya ingin tahu dan yang meminta, bagaimana pandangan Papa Tara.
Katanya sambil memperbaiki posisi duduknya. Seraya meminum Kopi yang ada dalam gelasnya . Sebagai orang yang mengerti
soal-soal Politik Praktis, Papa Tara tentu punya pandangan katanya dengan suara yang
mantap. Om Julius melanjutkan lagi
informasinyanya. “ Sepanjang yang saya dengar sendiri, dan amati Keluarga Besar kita,
suka dan senang serta menaruh rasa hormat dengan Papa Tara.. Itu terlihat dari
respons dan komentar mereka, dengan tulisan dan pandangan Papa Tara, yang
secara rutin disampaikan di Majalah Bala kita itu, sambungnya lagi.” Kalau boleh Papa Tara bantu saya , untuk Rencana
Besar Tahun 2014 yang akan datang itu. katanya dengan penuh harap.
Untuk
merespons keinginan Saudara isteri kami itu, sejenak kami berdiam diri. Seraya
memandang wajah serius dari Om Julius, Dimana 10 Tahun belakang ini Om Julius, bagi kami pribadi bukan hanya sekadar Saudara
semata lagi. Tetapi Om Julius sudah menjadi kolega dan atau mitra, dalam
berdiskusi dan bertukar pikiran. Lalu kami katakan begini: Pak Julius saya ini
sudah lama, jadi Golongan Putih alias GOLPUT. Yaitu sejak era awal Reformasi
lalu. Saya tidak tertarik lagi melihat Perpolikan di Negeri kita ini. Tetapi
untuk menjadi Tim Sukses dan sejenis Konsultan untuk Pak Julius kami siap. Kami akan “All–Out” untuk membantu Pak Julius.
Berdoa saja kita akan bahu membahu,
untuk mengantar Pak Julius menjadi Wakil
Rakyat itu. Kata kami dengan mantap. Mendengar respons yang positif itu, Terlihat
Wajah Pak Julius senang sekali. Kurang lebih sama dengan ceria wajahnya,
saat dia mentraktir kami Makan Ikan Bakar, puluhan tahun seperti tertulis
dibagian awal Obituari ini. Kalau begitu mulai awal tahun 2013 yang
akan datang, kita susun dan atur strategi sahut kami, untuk menyenangkan hati Om Julius yang notabene kemanakan Papa Mertua
kami itu.
KEDELAPAN, diawal bulan
Maret lalu, tiba-tiba saja Om Julius menelepon kami. Intinya
menanyakan: Apakah Rumah Sakit Pusat Persahabatan, Jauh dari Ciledug itu,
katanya bertanya dari sebelah sana. Belum kami jawab maksud pertanyaan itu, Om
Julius melanjutkan pembicaraannya dengan mengatakan: Saya dirujuk oleh Dokter
di Palu ini. Untuk berobat lanjut ke Rumah Sakit Persahabatan itu. “ Dokter mendiagnosa saya, Sakit pada bagian
Paru-Paru ” Katanya seraya berhenti berbicara. Untuk memberi kami
kesempatan menjawab, dan mengklarifikasi Pertanyaan awal itu. Kami katakan Rumah Sakit Pusat Persahabatan, ada di bagian
Timur Jakarta. Sementara kami tinggal di wilayah Barat Ibukota, kata kami
seadanya. Lalu dari sebelah sana Om Julius
mengatakan, kalau begitu saya berobat lanjut ke Makasar saja.
Katanya menutup permbicaraan kami per
telepon Pagi itu. KESEMBILAN, diawal Bulan Mei lalu kami datang lagi ke Palu. Seperti
biasa Sekalian kami sempatkan mengunjungi
Om Julius di Rumah ini. Dalam pertemuan seharian itu Om Julius mengatakan:
Kalau dia sudah menjalani operasi di
Palu ini. Tidak jadi ke Makassar dan hasilnya cukup memuaskan katanya. Kini
saya tinggal dalam proses penyembuhan
dan Kontrol rutin. Untuk menyakinkan kami. Dia tunjukan bagian tertentu
ditubuhnya, bekas yang di operasi dokter itu.
Oleh karena
saat kunjungan kami kali itu, masa-masa
menyusunan Daftar Calon Legislatif, yaitu Tahapan Penyusunan Daftar Calon
Sementara (DCS), dalam kesempatan itu Om Julius sepintas mengatakan begini: “Saya
sudah melapor ke Pak Longky, kalau saya mundur dan istirahat saja dari proses
pencalonan Anggota DPRD itu”. Saya akan berkonsentrasi saja untuk proses
pemulihan kesehatan saya, kata Om Julius polos tanpa ada beban. Apa respons Pak
Gub Tanya kami penasaran. Baiklah Pak Julius berkonsentrasi saja, urus dan jaga
Kesehatan pesan Beliau. Untuk menghibur Saudara kita itu kami katakan : “
Hidup tak selalu seperti yang diinginkan manusia , karena yang baik dan buruk
selalu datang silih berganti , namun semua itu telah diatur oleh Tuhan dengan
yang Indah ”. Sudah Pak Julius
sambut kami, mari kita gunakan sisa
hidup ini berbuat sesuatu. untuk kebahagian Keluarga. Lalu kita perbanyak waktu,
untuk Memuliakan Tuhan, dalam pelayanan di Gereja. Ya benar itu sambung Om
Julius spontan. Hingga saat ini saya masih terdaftar, sebagai Penasehat di PKP
di Korps Dua, katanya mengakhiri pembicaraan kami.
Sebelum
pamit dan pulang sore itu ke “Markas”
kami di BOMBA LEBANU, tidak lupa pertemuan kami hari itu, menjadi
begitu lengkap dan sempurna. Oleh karena diakhiri dengan makan bersama dengan “ Menu
yang lezat dan Nikmat ”, yang disajikan dan dihidangkan, oleh Mama Grace Sore hari itu. Ternyata hari itu begitu istimewa dan penuh
kenangan, oleh karena Tuhan, atur sedemikian rupa, bagi kami boleh bertemu
terakhir kali, dengan Om Julius saudara Mama Tara itu, untuk berdiskusi dan
bicarakan banyak hal tentang hidup dan kehidupan yang penuh misteri ini.. Horas ma dihita sudena..
DDN Ciledug TANGERANG, Rabu 27 November 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar