TOILET
RP 2 MILLIAR
Suatu pagi rekan saya Pak Rene, iseng-iseng
mempertanyakan kepada saya, tentang mekanisme penentuan besaran biaya dari sesuatu Proyek Pemerintah.
Pertanyaan itu di tanyakan ke saya , karena kebetulan saya adalah satu dari sedikit,
dari Group kecil kami yang bekerja di Sektor Pemerintah. Secara spsifik yang
bekerja di jajaran Departemen Pohon Beringin. Departemen yang membidangi
berbagai aspek penyelenggaraan dijajaran Pemerintah Daerah. Karena pertanyaan
ini, pertanyaan biasa dan standard, maka saya jawablah secara standard juga.
Saya coba menjelaskan bagaimana
mekanisme dan pengajuan suatu kegiatan atau proyek. Dengan kata yang kita kenal
dengan kegiatan masa kini, di rancang dari sejak awal. Namanya Rapat Koordinasi
Pembangunan. Nama yang lebih terkenal
dengan akronin Rakorbang. Tentu dimulai dari yang paling rendah. Dimulai dari
Tingkat Desa atau kelurahan. Lalu naik tingkat
Kecamatan. Dari Tingkat kecamatan, naik lagi ke tingkat Kabupaten atau Kota . Dari Tingkat ini terus
naik lagi ke Tingkat Regional yang lazim disebut Rakorbang Tingkat Propinsi.
Terakhir titik puncaknya ada pada Rakorbang tingkat Nasional. Seterusnya saya
gambarkan, bagaimana proses Pembahasan di Tingkat DPRD Kabupaten Kota . Serta bagaimana pembahasan
di Tingkat Regional Propinsi, jika kegiatan itu menjadi porsi Regional itu.
Tentu sedikit tentang Mekanisme yang
dilakukan di Tingkat Nasional, sampai proses pembahasan di Gedung Dewan yang
terhormat di Senayan sana ,
untuk tingkatan Nasional. Nasional dalam arti di programkan dan dibiayai didalam
APBN.
Dari
apa yang saya jelaskan pagi itu,ternyata teman-teman olah raga saya itu kurang
puas. Bahkan terkesan ada yang ngedumal. Tidak puas, karena di
amatan saya ada sesuatu yang saya menyembunyikan kepada mereka.
Lalu P, Herry langsung mengatakan ke
saya begini: Bukan mekanisme perencanaan atau tahapan anggaran sesuatu proyek
di setujui, maksud kami katanya menyanggah penjelasan saya itu. Tetapi
pertanyaan kami, mengapa biaya pembangunan Paket Toilet, di sebelah sana katanya, sambil nunjuk
arah Toilet yang di bangun di bawah tanah. Toilet yang ada didalam Taman Monas itu. Kok Biaya pembangunannya
begitu mahal. Kok sampai 2(dua) miliar rupiah. Biaya pembangunan sebuah toilet saja, kata mereka serentak. Suatu sikap curiga dan ngeledek saya. Dari sikap dan pandangan
rekan-rekan itu, Seolah-olah saya dapat komisi atau SHU dari Proyek Toilet di
Taman Monas itu. Boleh jadi mereka menganggap saya bagian dari perilaku korupsi
aparat di negeri ini. Termasuk Pembangunan Sarana kelengkapan Taman Kebanggaan
Warga Kota Jakarta itu. Saya sendiri tidak dan kurang mengerti tentang besaran biaya itu. Dan dari mana mereka tahu dan mengerti, besaran
biaya pembangunan 2(dua) Paket Toilet, di sebelah Barat Taman Monas itu. Yang
saya mengerti Toilet itu, telah dibangun hampir Tujuh tahun silam.
Memang di dalam berbagai diskusi kami
sehari –hari jika ada prilaku Birokrasi yang kurang pas, maka ke saya lah
mereka lampiaskan, perasaan kurang tepat itu. Bagi mereka saya adalah
personalikasi, perilaku aparat negara yang kurang berkenan di hati sahabat-sahabat
saya itu. Kami kan orang-orang profesional dan bisnis kata pak Gunawan menimpali. Secara ekonomis
kami bisa menghitung biaya pembangunan fisik dari ke 2(dua) Toilet 2(dua) M itu
katanya, menyakinkan saya. Konon katanya sewaktu di bangun Toilet itu paket
biayanya Rp 2(dua) M per satu paket. Jadi 2(dua) paket Toilet itu biaya nya Rp
4(empat) M. Itulah sebabnya nama Toilet itu hingga kini di beri sejumlah Warga yang
Olah Raga tetap ke Taman Monas, menyebut Tolilet 2(dua) M. Lalu rekan saya Pak
Julius yang konglomerat itu, mengatakan betapa tinggi nya biaya Mark –Up, Proyek-proyek
pemerintah itu ya, katanya dengan agak sinis. Lalu ada diantara teman olah raga
itu mengatakan, mungkin anda juga dapat bagian dari biaya siluman. Untuk
mengolkan proyek itu katanya dengan enteng. Sebagai birokrat yang telah matang dan
hampir busuk, saya katakan kepada mereka terlepas itu ada sinyalemen rekan-rekan.
Tetapi kami punya mekanisme untuk menilai sesuatu pembiayaan suatu proyek kata
saya membela diri. Di birokrasi ada prosedur tetap dalam menentukan dan
menetapkan kelayakan suatu proyek. Saya melihat wajah rekan-rekan semakin tidak puas dari dengan penjelasan saya itu. Khususnya
mengapa nilai Toilet sebegitu saja, ber milluar rupiah.
Kemudian untuk memecahkan suasana yang kurang
sehat itu. Rekan saya dr Labarons, mengalihkan topik diskusi ke soal yang lain.
Rupanya dokter sahabat kami ini, mengerti jalan pikiran saya. Karena dia agak
mengerti mainan Birokrasi sehari-hari. Karena Dokter konsultan hari-hari kami
ini, adalah pensiunan Kepala Dinas Kabupaten. Dimasa lalu di satu Daerah di Propinsi Bangka Kepulauan sekarang. Dia punya
pengalaman yang luas melihat permainan dan mainan, birokrasi dilapangan. Sehingga
pagi itu saya terhindar dari bulan-bulanan, rekan yang mempunyai titik pandang
yang berbeda dengan titik pandang kami selaku birokrasi. Bagaimana pandangan
anda?. Sukses untuk anda.{Nainggolan Nurdin}.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar