“ PAGAR BESI ”
Jikalau ada pertanyaan tentang Taman Monas seperti ini: Siapa Gubernur DKI,
yang paling suka buat usil warganya di
sana ?. Siapa Gubernur yang melakukan sesuatu, yang sulit di terima akal
pikiran Warga di taman kota itu ?. Lalu kalau ada pertanyaan lain, siapa
Gubernur DKI Jakarta yang tidak memikirkan, kemauan warganya. Dan seribu
pertanyaan lain yang mencerca, jalan pikiran Gubernur Jakarta periode lalu.
Sangat mungkin jawabannya ialah Gubernur
SUTIYOSO. Gubernur Ibukota yang
dikenal dengan sapaan Bang Yos itu. Tetapi sebaliknya kalau ada juga pertanyaan yang rada
membela. Siapakah Gubernur yang membuat
Taman Monas, nyaman dan
menyenangkan bagi warganya. Siapa Gubernur yang berpikir sesuatu yang tidak dan
belum dipikirkan warganya, tentang Taman Monas? Jawabnya juga kembali, adalah Gubernur Sutiyoso.
Gubernur Sutiyoso adalah Gubernur
yang kontroversi, sekaligus fenomenal dimata warga, kata seorang pengamat
Otonomi Daerah dalam artikelnya. Ketika tertentu Sutiyoso menggaruk dan
meporakporandakan, mata pencaharian warganya. Dia mengusur ini dan itu,
diberbagai belahan ibukota. Mengusur Pedagang Kaki Lima (PKL) dari satu lokasi,
tanpa memberi penampungan alternatif. Tetapi jangan lupa, Bang Yos juga yang
berpikir, bagaimana menyongsong kehidupan Jakarta di abad XXI ini. Sebagaimana
tuntutan kota internasional lainnya.
Obsesi besarnya, tentang angkutan massal. Seperti Monorel, Subway dan
Bus Way itu. Banyak kebijakan diawalnya,
di tentang habis-habisan oleh warganya. Pemikiran Bang Yos yang tidak sehat,
demikian pandangan sinis warganya. Tetapi ketika tertentu dimata Sutiyoso,
justru berpikir, warganya yang kurang waras. Sehingga perlu diterapi, dengan
resep dan ala Sutiyoso.
Sebagai bagian dari komunitas Monas
di pagi hari, perkenankan saya, menyampaikan apa yang kami peroleh dan nikmati
di Taman Kota itu. Tentang berbagai gagasan Bang Yos, di Taman ikon ibukota
itu. Taman yang sudah dikenal hampir seluruh rakyat negeri ini. Satu diantara Gagasan Gila, Mantan PANGDAM JAYA itu,
ialah memagari Taman Monas. Lazimnya
yang kita tahu Pagar Taman, biasanya
dibuat dari jenis2 pohon. Baik pohon tahunan yang besar2 maupun yang
jenisnya sedang. Kalau tidak dari berbagai jenis bunga atau pohon kembang lainnya. Tetapi Bang Yos dengan gagasan
kontroversialnya, membuat pagar Monas itu lain dari yang lain. Dia buat dari
Besi Bulat. Bukan sembarangan besi. Tetapi Besi Baja padat. Dengan ukuran dua kali induk jari jempol kaki
orang dewasa. Serta tingginya hampir dua kali lebih tinggi, dari ukuran
rata-rata manusia Indonesia. Suatu gagasan dan pemikian yang melawan akal sehat
dan sekaligus aneh dimata warganya.
Tidak sehat menurut warganya. Kok manusia diberi pagar batasan, tidak boleh
keluar masuk taman, dengan kerangkeng besi segala. Seolah-olah Bang Yos
menganggap warganya mirip binatang liar. Binatang buas yang seketika, dapat
menerkam dan merobek-robek raga seseorang. Dimata warganya, Bang Yos seakan-akan menyamakan warga, buasnya dengan makluk Tuhan
yang dikurung, di Kebun Binatang Ragunan itu . Sehingga kaum cerdik pandai
ibukota sinis dan marah ke Bang Yos. Dimata warganya Bang Yos, menghilangkan
estetika dan keindahan Taman Kota itu. Sementara disisi lain Taman itu dipandangan warga, sebagai sarana untuk
berekreasi dan mencari hiburan serta tempat mencari makan sekaligus.
Sebaliknya di mata Bang Yos,
warganya yang sudah justru sakit berat dan kronis. Kok Taman kota dijadikan,
tempat berjualan untuk mencari sesuap
nasi. Taman Monas juga dijadikan ajang
menggarong sesama warga. Karena ternyata dimata segelintir warga liar di
ibukota, Taman Monas merupakan tempat yang begitu strategis untuk segala hal.
Termasuk melakukan yang tidak, menyenangkan orang lain. Jalan pikiran yang
telah berperilaku, mirip binatang buas. Memaksa dan memperkosa hak individual
orang lain. Untuk dan atas kepentingan sendiri. Dengan kata lain Taman Monas,
telah menjadi areal tak bertuan. Cocok untuk medan tarung merampas hak
kemerdekaan orang lain. Taman Monas ketika
itu, sudah kehilangan roh dan jati dirinya.
Sangat mungkin berdasarkan
realita yang compilicatep itulah, timbul gagasan orang Nomor Satu di Jakarta
itu, untuk melakukan sesuatu di Taman
Kota itu. Memasang Pagar Taman Kota, dengan logam keras itu. Dimana Bagian
ujung dari pagar besi itu, di buat seperti Bambu runcing. Mirip senjata rakyat
negeri ini, diawal-awal kemerdekaan. Untuk mempertahan negeri ini dari caplokan
kaum penjajah. Mungkin juga tujuan yang tersirat dari besi runcing itu, apabila
ada warga yang memaksa masuk, dengan ala Ketek (Monyet). Biar sekalian perutnya
terburai di ujung besi-besi tajam itu. Sangat mungkin cara itu perlu dilakukan
sekali-kali, agar ada efek jerah dari warganya.
Konsep pemagaran itu mulanya
ditentang habis-habisan. Hampir semua elemen masyarakat protes. Mulai dari
kalangan Pengamat Perkotaaan. Kalangan Perguruan Tinggi. Kaum Politisi, Media
Massa, dan LSM. Pedangang Kaki Lima (PKL),Wanita Tuna Susila alias PSK. Para
Tukang Beling dan Paguyupan Andong, juga
ikut protes. Tidak ketinggalan Saudara kita, Warga Madura (eknis yang dominan menjadi pedagang
asongan, di Taman kota itu). Semua warga mencibir, atas kebijakan Bang Yos.
Segala macam tuduhan di tumpakan kepadanya. Ada yang menuduh dia tidak
manusiawi. Tidak mengerti keindahan Kota. Tidak
mampu membuat warganya senang.
Bahkan ada yang menuduh dia kafir segala. Tetapi Bang Yos tetap tidak
bergeming. Bukan Sutiyoso namanya, kalau dia tidak berpegang teguh, dengan apa
yang diyakini benar.
Sebagai mantan Perwira Baret Merah, dia
berprinsip teguh. Orang boleh tidak sepaham dengannya. Tetapi niat baik
tetaplah dia lakukan. Sepanjang diyakininya benar, demi kepentingan khalayak
ramai. Taman Monas adalah milik bersama warga Jakarta. Logika berpikir Bang
Yos, Taman Monas harus dikembalikan ke
habitatnya. Bang Yos punya obsesi Taman
Kota ini, harus diletakkan pada fungsi awalnya. Sebagaimana konsep founding
father, Presiden Pertama almarhun Bung Karno itu. Kerinduannya menjadikan Taman
Monas, menjadi sejenis Oase yang menyejukkan, ditengah kesesatan dan kerumitan
Ibukota. Tempat dimana seketika rakyat boleh melepaskan, kelelahan dan
kepenatan diri. Oleh karena itu Taman Monas, harus tertib, teduh dan
menyenangkan bagi warganya. Semua aturan main disana, harus ditegakkan kembali secara konsekwen.
Karena gagasannya itu Bang Yos
dibenci oleh masyarakatnya.
Bentuk kemarahan warga dilampiaskan,
dengan berbagai cara. Seperti mendemo Bang Yos ke Kantornya di Merdeka Selatan. Tiada hari tanpa jel-jel, yang tidak
memprotes kebijakan Gubernur. Ada yang
membuat patung dirinya. Patung itu dibuat bukan untuk dipamerkan. Tetapi untuk
dibakar di sekitar Kantor dan Taman kota itu. Bentuk ekspesi warga, menentang
kebijakan itu. Ketika itu tiada hari tanpa berita Taman Monas, di berbagai
Media Elektronik dan cetak di Jakarta. Hampir semua ulasan miring dan sinis
tentang Kebijakan Gubernur yang bertahta dua periode itu .
Bang Yos kokoh dan kekeh dengan apa
yang diyakininya. Seturut dengan berjalannya waktu. Ternyata Dewi Fortuna berpihak kepadanya. Realitanya kebenaran
berpihak kepada Bang Yos. Lambat dan pasti, apa yang dia lakukan menjadi
kenyataan. Taman Monas menjadi sejenis oase, ditengah gurun kesulitan
masyarakatnya. Taman Monas kembali
menjadi idaman, berbagai elemen
masyarakat. Termasuk komunitas kami, yang setiap pagi dengan setia, ber joging
ria di sana. Taman Monas adalah segala-galanya bagi kami. Apa yang kami
mimpikan disana menjadi kenyataan. Mudah2an anda juga sesana Warga Jakarta
berpendapat sama, dengan mantan Orang Nomor Satu di Kota Jakaarta itu bukan
?.
Untuk melengkapi artikel ini saya mau
bagikan juga pesan Bang Yos ke Komunitas kami di Taman Kota itu. Suatu ketika
Bang Yos melalui pesan singkap kepada saya bertutur begini:
...Nggak
ada masalah, bagi saya MONAS punya kenangan sendiri. Karena pada saat mau saya
tertibkan dan pagar, setiap hari saya di demo, dan patung saya di bakar, dan
sekarang anda semua yang menikmatinya. Itulah kepuasan saya. Itulah
kata jujur yang keluar dari kalbu Bang Yos, mantan orang Nomor Wahid di Ibukota
itu. Bagaimana pandangan Saudara?. Sukses untuk
anda.{Nainggolan Nurdin}.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar