Sabtu, 18 April 2015

Gayus & Ruhut


GAYUS & RUHUT
HALAK BATAK YANG “HEBAT”.
Oleh:
NAINGGOLAN Nurdin M.Min **

             Kalau ada pertanyaan yang agak nyeleneh, mengklarifikasikan kepada sesama halak Batak: Siapakah kira-kira orang  Batak (Tapanuli) di dekade awal abab dua puluh satu ini, yang paling hebat. Sangat mungkin jawabannya 2 (dua) orang.  Pertama Lae Gayus Holomoan Tambunan. Pegawai Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan. Kedua Tulang  Ruhut Sitompul. Politisi handal  “Juru omong” Fraksi Partai  Demokrat, Dewan Perwakilan Rakyat di Gedung Senayan sana.
            Tentu imajinasi ini, bukan sekadar mengada-ada. Tetapi memang begitulah  adanya.  Mereka berdua memang sungguh “hebat” dalam hidup ini. Hebat dalam berbagai hal, dalam mengisi ruang-ruang kehidupan ini. Pertanyaannya lanjutannya apa dan dimana saja, unsur-unsur yang membuktikan kehebatan ke dua orang Batak ini?. Jawab kehebatannya mereka berdua, memang  diatas rata-rata  halak hita lainnya. Saudara Gayus adalah pegawai golongan III/a, pejabat  fungsional  pada Direktorat Jenderal Pajak. Pengabdian dan masa kerjanya, belum genap sepuluh tahun. Usianya pun masih relatif muda, baru masuk Kepala Tiga kata orang.  Gayus alumni STAN (Sekolah Tinggi Akutansi Negara). Sekolah Kedinasan yang begitu populer, dimata anak-anak muda negeri ini.  Tetapi walaupun masih rendah golongan dan muda usianya,  Gayus sudah begitu hebat prestasinya. Gayus sangat dipercaya melakukan ini dan itu. Oleh semua atasan dan atau majikannya, di Institusi Pusat Perpajakan itu. Mulai dari Kepala Seksi, Kepala Sub Direktorat, Direktur dan Direktur  Jenderal percaya seratus persen kepadanya.
             Bung  Gayus, diberi mandat dan kewenangan  yang luar bisa. Bahkan cenderung tidak terbatas. Untuk menangani, menentukan dan menyelesaikan  banding Pajak. Bagi sejumlah besar Perusahaan Multi Nasional dan  BUMN.  Serta Perusahaan dan Investor Asing   yang  ber-operasi di negeri ini. Apa kata Gayus tentang kewajiban Pajak, itulah yang jadi. Bayar sekian dan dibebaskan segini, itu adalah scope kewenangannya. Bahkan ada pameo dikalangan wajib Pajak di Ibukota, mengatakan kewajiban membayar dan tidak membayar pajak, dari banyak perusahaan raksasa di negeri ini, sangat tergantung apa maunya Pak Gayus saja. Dia bisa “mengatur dan merekayasa” masalah Pajak. Apakah itu menjadi kewajiban,  dan atau tidak kena Pajak kata rumor itu lagi.
            Tentu dampak ikutan dari jabatan bergengsi itu, sulit dibayangkan. Sehingga  dalam  waktu yang relatif singkat, Gayus menjadi birokrat yang hebat. Gayus ternobatkan menjadi salah satu  Pegawai Negeri, yang kaya di negeri ini. Kekayaannya seperti cerita mimpi, didalam hikayat  seribu satu malam. Dia memiliki rumah bernilai miliar rupiah. Letaknya juga dikawasan  elite Kelapa Gading. Perumahan kalangan konglomerat kelas Kakap di Ibukota. Bukan itu saja Gayus juga memiliki sejumlah mobil mewah. Fasilitas yang lazim digunakan, para Pengusaha dan Professional kelas wahid. Lebih fantastis lagi dia juga memiliki, emas murni  batangan berkilogram beratnya. Disempurnakan lagi dengan meraup uang kontan seratus miliard lebih. Baik dalam bentuk rupiah murni, maupun dalam bentuk mata uang Dollar.            Pokoknya sangat pantas Gayus digelari di bona pasogit, sebagai anak ni damang dohot dainang, na sukses di tano pangarantoan.
             Tentu semua “berkat hamoraon” yang besar itu, bukan berasal dari titisan  ompungnya di huta. Bukan juga limpahan dari “hamoraon” orangtuanya. Juga bukan merupakan “hibah”, dari bapak mertua. Karena kita mengerti, orangtua isteri gayus juga, bukanlah orang kaya alias Toke Besar sebelumnya. Hampir tiap bulan pada hari-hari tertentu Gayus dan isteri dan anak-anaknya ber weedend ria ke negeri tetangga. Baik ke singapura maupun ke Malaysia. Kalau pelesir ke negeri lain, penulis belum dapat infonya. Tetapi begitulah sejatinya realita penghidupan Bung Gayus Tambunan itu.  
         Gayus didalam dunia ber-relasi, juga tidak kalah hebat. Sangat mungkin sulit ditandinggi, orang Batak lainnya. Sejumlah Oknum aparat Lembaga Penegak Hukum, dinegeri ini menjadi sobat kentalnya. Hubungan kemitraan ini tentu berkorelasi dengan “silent mission” nya itu.  Bukan hanya sekelas Ajun Komisaris dan Perwira Berbunga Melati Tiga dipundak, menjadi relasinya. Tetapi sejumlah Perwira Polisi “Berbintang”, dekat dengannya. Secara berkala mereka biasa bertemu, di sejumlah hotel berbintang disekitar Jakarta. Serta terbiasa makan siang  bersama, di berbagai Rumah makan bergengsi di Ibukota.
           Begitu juga para Jaksa, menjadi dongan dan ale-alenya sehari-hari. Tentu kedekatan ini dalam “merekaya” berbagai mainannya. Tidak disitu saja, Gayus dapat mengatur Ketua Pengadilan Negeri. Dia dengan gampang ber SMS ria, dengan Ketua Pengadilan Negeri. Untuk mengatur sandiwara, vonis bebas murni bagi dirinya. Termasuk menyakinkan sejumlah Hakin dan Panitera, yang menangani mainannya itu.
             Dia juga mampu membayar mahal jasa Pengacara. Tenaga konsultan untuk mengatur, seraya  mengamankan kekayaannya yang berlimpah ruah itu.Begitulah kemampuan sindikat lae Gayus, dalam  mengendalikan dan mengatur para pejabat APH di negeri ini. Semua prestasi diatas Bung Gayus itu membuat orang Batak lainnya, sulit untuk mendekati kehebatannya.    
            Diluar sejumlah kehebatan diatas, masih ada lagi bonus kehebatan Gayus. Ternyata nama Gayus, sudah mengindonesia raya. Nama yang dikenal dan diketahui, hampir seluruh penghuni negeri ini. Mulai dari anak-anak, orang dewasa hingga orang yang sudah lanjut usia.  Secara khusus di Ibukota, ada terjadi perubahan yang signifikan tentang sebuah nama. Yaitu perubahan sebuah nama halte atau shelter, tempat pemberhentian angkutan dalam Kota.  Di lokasi dimana persis Kantor Lae kita itu berdiri kokoh. Di jalan protokol atau utama di Ibukota. Dirubah nama sebelumnya dari sebutan Halte Ditjen Pajak menjadi Halte Gayus. Penyebutan nama yang secara aklamasi, diakui dan diamini warga Jakarta. Para pengguna jasa angkutan umum, yang lalu lalang di depan Kantor Lae kita yang hebat itu sehari-hari.
             Konon rumornya nama dan sebutan baru itu, diberikan dan disodorkan oleh seorang halak Batak juga. Seorang Kondektur Angkutan Kota, yang secara rutin lewat disana. Sangat mungkin bentuk dan wujud dari kekaguman atas kebebatan, hula-hula, dongan tubu, dongan sahuta dohot ale-ale kita itu.    
           Bagaimana lanjutan kehebatan Lae Gayus, kita tunggu saja hasil dari bagian sandiwara. Sekenario yang lagi dimainkan, di Pengadilan Negeri di Ibukota.  Muda-mudahan kebolehan abang Gayus tetap hebat. Begitu lah pesan seorang dongan, yang rajin mengikuti episade kehebatan Lae Gayus itu.
               Sementara itu lain lagi kehebatan, mantan pengacara  Bung Ruhut Sitompul. Hebatnya lagi Ruhut juga pernah masing-masing melakoni dunia panggung. Ruhut pernah berprofesi juga sebagai komedian, di satu media televisi swasta. Sesuatu pekerjaan yang tidak kalah hebatnya, dibanding profesi adu debat itu. Semula banyak orang mengenal Tulang Ruhut, sebagai kaum intelektual. Pemikir muda di Partai Golkar  di era lalu.
              Tetapi sejalan dengan era reformasi, bang Ruhut juga mereformasi idealismenya. Menurut jalan pikirannya dia bukan kutu atau bajing loncat. Ruhut masuk dan melebur diri menjadi warga anyar di Partai Baru. Partai yang saat ini berkuasa di negeri ini. Hebatnya lagi Bung Ruhut menjadi kader handal. sekaligus Pengurus Pusat Partainya Presiden SBY itu. Ruhut dipercayai memegang satu Departemen, di Pengurus Pusat Partai barunya itu.
             Ruhut menjadi sumber berita, yang tidak pernah habis-habisnya. Ibarat mata air pemikirannya, mengalir deras  di kalangan media massa. Dia menjadi sumber berita hangat di Gedung DPR. Ibarat Sari Roti  Fresh From the Oven.  Ucapan dan omongan Bung Ruhut, menjadi issue yang menarik untuk diulas dan dijual. Ruhut terbiasa berbicara dan berpikir dengan caranya sendiri. Sehingga tidak jelas lagi batasannya. Mana opini pribadi, mana gagasan atas nama Partai. Bung Ruhut menjadi fenomena, yang begitu menarik di Gedung Parlemen.
             Gagasannya membuat banyak kalangan tersentak, tersengat, emosi dan marah. Kadangkala pikiran Ruhut seringkali “alarkit”, alias agak lari sedikit, kata seorang pengamat. Ada juga yang menuduh Ruhut itu “lantidang” Jalan Seperti Udang. Alias mundur kebelakang, sementara orang lain maju ke depan. Justru tampil berbeda itulah, kehebatan Bung Ruhut itu. Disana lah ikon Bung gayus kata seorang pemburu berita, di Gedung Parlemen ala Indonesia itu.  
          Sebagaimana kebanyakan orang Batak, Ruhut adalah ahli berdebat. Cakap dan piawai dalam silang pendapat. Harap dimaklumi Ruhut lama berprofessi, sebagai pokrol Bambu di dunia kepengacaraan.  Bagaimana Ruhut menjelma untuk atas nama Partai. Menjadi corong untuk berpidato, tanpa batas di fraksinya.  Dalam bahasa ilmiah teologia Ruhut menjadi Martir,  untuk Pembina Utama Partainya. Sehingga tidak mengherankan Bung Ruhut begitu getolnya, membela habis-habisan, Pembina Partainya. Suara lantangnya  dalam Kasus Bank Century yang menghebohkan itu. Mengatakan : Bank Century tidak bermasalah. Walaupun berdasarkan hasil audit Investigasi BPK, menyimpulkan terjadi kecurangan dalam kebijakan, dunia perbankan yang satu itu.  
              Ruhut pasang badan untuk Boss Besarnya. Juga dalam membela berbagai substansi materi, Pidato Kenegaraan Presiden SBY. Di depan Sidang Paripurna DPR RI, dalam menyongsong 65 tahun negeri ini merdeka.  Dari kritik dan kecaman  berbagai elemen masyarakat. Para pengamat dan cerdik pandai yang kurang sepaham. Dengan target dan sasaran yang dicanangkan oleh Anggota Kabinet SBY jilid II itu.  
           Tidak berhenti disitu saja. Bung Ruhut mengajak warga negeri ini, untuk mundur lagi kebelakang. Dengan cara  merubah dan mengandemen kembali UUD Tahun 1945. Sebagai mana kita marfun UUD itu, sudah tiga kali di amandemen. Nafsu syahwat Ruhut  untuk memberi peluang  kepada mandor besarnya . Presiden SBY untuk naik tahta ke III kalinya di negeri ini. Kata pengamat Komunikasi  Politik dari UI Prof Tjipta Lesmana, Bung Ruhut,  mau merubah dan memutar kembali arah jam reformasi.
             Ruhut getol melawan arus berpikir anak negeri ini. Dalam kasus yang terakhir ini, membuat banyak kalangan menjadi marah dan kesal serta jengkel kepada jalan pikirannya. Tetapi bukan Ruhut namanya, kalau dia tidak ngotot dan kekeh jalan pikirannya sendiri. Ruhut masa bodoh dengan berbagai cibiran, elemen masyarakat negeri ini. Ruhut yakin dia bukanlah type seorang penjilat. Atau seseorang yang suka cari muda ke boss besarnya. Tetapi sebagai penyalur aspirasi para kontituennya?.
           Bung Ruhut rupanya dengan kehebatan otaknya itu, tidak mau melihat kebelakang. Belajar kepada pengalaman pahit berbangsa dan bernegara di era lalu. Mungkin Ruhut sudah lupa diri, karena tahta dan jabatan. kalau diawal reformasi, Ruhut termasuk yang terteriak, perlu adanya batasan masa Jabatan Presiden. Sebagai satu obat penawar yang jitu, dalam era Pemerintahan yang demokratis.  Sangat mungkin Ruhut lupa rumus universal menyimpulkan: Manusia itu  pada dasarnya haus dan dahaga terus, dengan yang namanya kekuasaan itu.
              Anda masih ingin mengikuti terus kiprah dan kehebatan Bung Ruhut?. Tentu anda tidak dan belum ketinggalan. Di prediksi masih banyak kehebatan lain, yang akan di wacanakan mantan Juragan Minyak itu. Masih ada waktu hingga 2014, melihat dan memandang kehebatan Bung Ruhut. Sangat mungkin Ruhut yang nama sinetronnya Bang Poltak itu, masih bermimpi dan bermimpi terus  dengan berbagai kehebatannya. Mumpung berjaya di era reformasi, melakukan berbagai kehebatan. Meskipun kebebatannya itu, belum tentu semua orang Batak dapat menerimanya.
              Akhirnya biarkan lah Lae Gayus dan Tulang Ruhut, berjalan menurut kehebatannya. Sementara Amangboru, Namboru, Uda dan Inanguda, tentu hebat juga, menjalankan kehidupan yang serba hebat ini. Bagaimana pandangan Saudara?. Sukses untuk anda. Horas-mauliate.  Acc 26/08/2010.

 ** Penulis adalah alumni Pascasarjana STT Jakarta, Pensiunan Birokrat berdomisili di pinggiran Jakarta.     


Tidak ada komentar:

Posting Komentar