GAYUS & RUHUT
HALAK BATAK YANG “HEBAT”.
Oleh:
NAINGGOLAN Nurdin M.Min **
Kalau ada pertanyaan yang agak
nyeleneh, mengklarifikasikan kepada sesama halak Batak: Siapakah kira-kira
orang Batak (Tapanuli) di
dekade awal abab dua puluh satu ini, yang paling hebat. Sangat mungkin jawabannya
2 (dua) orang. Pertama Lae Gayus Holomoan Tambunan. Pegawai Direktorat
Jenderal Pajak Departemen Keuangan. Kedua
Tulang Ruhut Sitompul. Politisi
handal “Juru omong” Fraksi Partai Demokrat, Dewan Perwakilan Rakyat di Gedung Senayan
sana.
Tentu
imajinasi ini, bukan sekadar mengada-ada. Tetapi memang begitulah adanya. Mereka berdua memang sungguh “hebat” dalam
hidup ini. Hebat dalam berbagai hal, dalam mengisi ruang-ruang kehidupan ini.
Pertanyaannya lanjutannya apa dan dimana saja, unsur-unsur yang membuktikan kehebatan
ke dua orang Batak ini?. Jawab kehebatannya mereka berdua, memang diatas rata-rata halak hita
lainnya. Saudara Gayus adalah pegawai golongan III/a, pejabat fungsional
pada Direktorat Jenderal Pajak. Pengabdian dan masa kerjanya, belum
genap sepuluh tahun. Usianya pun masih relatif muda, baru masuk Kepala Tiga
kata orang. Gayus alumni STAN (Sekolah
Tinggi Akutansi Negara). Sekolah Kedinasan yang begitu populer, dimata
anak-anak muda negeri ini. Tetapi walaupun
masih rendah golongan dan muda usianya, Gayus
sudah begitu hebat prestasinya. Gayus sangat dipercaya melakukan ini dan itu. Oleh
semua atasan dan atau majikannya, di Institusi Pusat Perpajakan itu. Mulai dari
Kepala Seksi, Kepala Sub Direktorat, Direktur dan Direktur Jenderal percaya seratus persen kepadanya.
Bung Gayus, diberi mandat dan kewenangan yang luar bisa. Bahkan cenderung tidak
terbatas. Untuk menangani, menentukan dan menyelesaikan banding Pajak. Bagi sejumlah besar Perusahaan
Multi Nasional dan BUMN. Serta Perusahaan dan Investor Asing yang ber-operasi di negeri ini. Apa kata Gayus tentang
kewajiban Pajak, itulah yang jadi. Bayar sekian dan dibebaskan segini, itu
adalah scope kewenangannya. Bahkan ada pameo dikalangan wajib Pajak di Ibukota, mengatakan kewajiban membayar
dan tidak membayar pajak, dari banyak perusahaan raksasa di negeri ini, sangat
tergantung apa maunya Pak Gayus saja. Dia bisa “mengatur dan merekayasa” masalah
Pajak. Apakah itu menjadi kewajiban, dan
atau tidak kena Pajak kata rumor itu lagi.
Tentu dampak ikutan dari jabatan bergengsi itu, sulit dibayangkan.
Sehingga dalam waktu yang relatif singkat, Gayus menjadi
birokrat yang hebat. Gayus ternobatkan menjadi salah satu Pegawai Negeri, yang kaya di negeri ini. Kekayaannya
seperti cerita mimpi, didalam hikayat seribu
satu malam. Dia memiliki rumah bernilai miliar rupiah. Letaknya juga dikawasan elite Kelapa Gading. Perumahan kalangan
konglomerat kelas Kakap di Ibukota. Bukan itu saja Gayus juga memiliki sejumlah
mobil mewah. Fasilitas yang lazim digunakan, para Pengusaha dan Professional kelas
wahid. Lebih fantastis lagi dia juga memiliki, emas murni batangan berkilogram beratnya. Disempurnakan
lagi dengan meraup uang kontan seratus miliard lebih. Baik dalam bentuk rupiah
murni, maupun dalam bentuk mata uang Dollar. Pokoknya
sangat pantas Gayus digelari di bona pasogit, sebagai anak ni damang dohot
dainang, na sukses di tano pangarantoan.
Tentu
semua “berkat hamoraon” yang besar itu, bukan berasal dari titisan ompungnya di huta. Bukan juga limpahan dari “hamoraon”
orangtuanya. Juga bukan merupakan “hibah”,
dari bapak mertua. Karena kita mengerti, orangtua isteri gayus juga, bukanlah
orang kaya alias Toke Besar sebelumnya. Hampir tiap bulan pada hari-hari
tertentu Gayus dan isteri dan anak-anaknya ber weedend ria ke negeri tetangga.
Baik ke singapura maupun ke Malaysia. Kalau pelesir ke negeri lain, penulis
belum dapat infonya. Tetapi begitulah sejatinya realita penghidupan Bung Gayus
Tambunan itu.
Gayus didalam dunia ber-relasi, juga tidak
kalah hebat. Sangat mungkin sulit ditandinggi, orang Batak lainnya. Sejumlah
Oknum aparat Lembaga Penegak Hukum, dinegeri ini menjadi sobat kentalnya. Hubungan
kemitraan ini tentu berkorelasi dengan “silent mission” nya itu. Bukan hanya sekelas Ajun Komisaris dan Perwira
Berbunga Melati Tiga dipundak, menjadi relasinya. Tetapi sejumlah Perwira Polisi
“Berbintang”, dekat dengannya. Secara berkala mereka biasa bertemu, di sejumlah
hotel berbintang disekitar Jakarta. Serta terbiasa makan siang bersama, di berbagai Rumah makan bergengsi di
Ibukota.
Begitu
juga para Jaksa, menjadi dongan dan ale-alenya sehari-hari. Tentu kedekatan ini
dalam “merekaya” berbagai mainannya. Tidak
disitu saja, Gayus dapat mengatur Ketua Pengadilan Negeri. Dia dengan gampang ber
SMS ria, dengan Ketua Pengadilan Negeri. Untuk mengatur sandiwara, vonis bebas
murni bagi dirinya. Termasuk menyakinkan sejumlah Hakin dan Panitera, yang
menangani mainannya itu.
Dia
juga mampu membayar mahal jasa Pengacara. Tenaga konsultan untuk mengatur,
seraya mengamankan kekayaannya yang
berlimpah ruah itu.Begitulah kemampuan sindikat lae Gayus, dalam mengendalikan dan mengatur para pejabat APH
di negeri ini. Semua prestasi diatas Bung Gayus itu membuat orang Batak
lainnya, sulit untuk mendekati kehebatannya.
Diluar
sejumlah kehebatan diatas, masih ada lagi bonus kehebatan Gayus. Ternyata nama
Gayus, sudah mengindonesia raya. Nama yang dikenal dan diketahui, hampir
seluruh penghuni negeri ini. Mulai dari anak-anak, orang dewasa hingga orang
yang sudah lanjut usia. Secara khusus di
Ibukota, ada terjadi perubahan yang signifikan tentang sebuah nama. Yaitu
perubahan sebuah nama halte atau shelter,
tempat pemberhentian angkutan dalam Kota. Di lokasi dimana persis Kantor Lae kita itu
berdiri kokoh. Di jalan protokol atau utama di Ibukota. Dirubah nama sebelumnya
dari sebutan Halte Ditjen Pajak
menjadi Halte Gayus.
Penyebutan nama yang secara aklamasi, diakui dan diamini warga Jakarta. Para
pengguna jasa angkutan umum, yang lalu lalang di depan Kantor Lae kita yang
hebat itu sehari-hari.
Konon
rumornya nama dan sebutan baru itu, diberikan dan disodorkan oleh seorang halak Batak juga. Seorang Kondektur
Angkutan Kota, yang secara rutin lewat disana. Sangat mungkin bentuk dan wujud
dari kekaguman atas kebebatan, hula-hula, dongan tubu, dongan sahuta dohot
ale-ale kita itu.
Bagaimana
lanjutan kehebatan Lae Gayus, kita tunggu saja hasil dari bagian sandiwara. Sekenario
yang lagi dimainkan, di Pengadilan
Negeri di Ibukota. Muda-mudahan kebolehan
abang Gayus tetap hebat. Begitu lah pesan seorang dongan, yang rajin mengikuti episade
kehebatan Lae Gayus itu.
Sementara itu lain lagi kehebatan,
mantan pengacara Bung Ruhut Sitompul. Hebatnya
lagi Ruhut juga pernah masing-masing melakoni dunia panggung. Ruhut pernah berprofesi
juga sebagai komedian, di satu media televisi swasta. Sesuatu pekerjaan yang
tidak kalah hebatnya, dibanding profesi adu debat itu. Semula banyak orang
mengenal Tulang Ruhut, sebagai kaum intelektual. Pemikir muda di Partai Golkar di era lalu.
Tetapi
sejalan dengan era reformasi, bang Ruhut juga mereformasi idealismenya. Menurut
jalan pikirannya dia bukan kutu atau bajing loncat. Ruhut masuk dan melebur diri
menjadi warga anyar di Partai Baru. Partai yang saat ini berkuasa di negeri
ini. Hebatnya lagi Bung Ruhut menjadi kader handal. sekaligus Pengurus Pusat Partainya
Presiden SBY itu. Ruhut dipercayai memegang satu Departemen, di Pengurus Pusat
Partai barunya itu.
Ruhut
menjadi sumber berita, yang tidak pernah habis-habisnya. Ibarat mata air
pemikirannya, mengalir deras di kalangan
media massa. Dia menjadi sumber berita hangat di Gedung DPR. Ibarat Sari Roti Fresh
From the Oven. Ucapan dan omongan
Bung Ruhut, menjadi issue yang menarik untuk diulas dan dijual. Ruhut terbiasa berbicara
dan berpikir dengan caranya sendiri. Sehingga tidak jelas lagi batasannya. Mana
opini pribadi, mana gagasan atas nama Partai. Bung Ruhut menjadi fenomena, yang
begitu menarik di Gedung Parlemen.
Gagasannya
membuat banyak kalangan tersentak, tersengat, emosi dan marah. Kadangkala
pikiran Ruhut seringkali “alarkit”, alias agak lari sedikit, kata seorang
pengamat. Ada juga yang menuduh Ruhut itu “lantidang” Jalan Seperti Udang.
Alias mundur kebelakang, sementara orang lain maju ke depan. Justru tampil
berbeda itulah, kehebatan Bung Ruhut itu. Disana lah ikon Bung gayus kata
seorang pemburu berita, di Gedung Parlemen ala Indonesia itu.
Sebagaimana
kebanyakan orang Batak, Ruhut adalah ahli berdebat. Cakap dan piawai dalam
silang pendapat. Harap dimaklumi Ruhut lama berprofessi, sebagai pokrol Bambu
di dunia kepengacaraan. Bagaimana Ruhut menjelma
untuk atas nama Partai. Menjadi corong untuk berpidato, tanpa batas di
fraksinya. Dalam bahasa ilmiah teologia Ruhut menjadi Martir,
untuk Pembina Utama Partainya. Sehingga tidak mengherankan Bung Ruhut
begitu getolnya, membela habis-habisan, Pembina Partainya. Suara lantangnya dalam Kasus Bank Century yang menghebohkan
itu. Mengatakan : Bank Century tidak bermasalah. Walaupun berdasarkan
hasil audit Investigasi BPK, menyimpulkan terjadi kecurangan dalam kebijakan,
dunia perbankan yang satu itu.
Ruhut
pasang badan untuk Boss Besarnya. Juga dalam membela berbagai substansi materi,
Pidato Kenegaraan Presiden SBY. Di depan Sidang Paripurna DPR RI, dalam
menyongsong 65 tahun negeri ini merdeka.
Dari kritik dan kecaman berbagai
elemen masyarakat. Para pengamat dan cerdik pandai yang kurang sepaham. Dengan
target dan sasaran yang dicanangkan oleh Anggota Kabinet SBY jilid II itu.
Tidak
berhenti disitu saja. Bung Ruhut mengajak warga negeri ini, untuk mundur lagi kebelakang.
Dengan cara merubah dan mengandemen kembali
UUD Tahun 1945. Sebagai mana kita marfun UUD itu, sudah tiga kali di amandemen.
Nafsu syahwat Ruhut untuk memberi
peluang kepada mandor besarnya . Presiden
SBY untuk naik tahta ke III kalinya di negeri ini. Kata pengamat Komunikasi Politik dari UI Prof Tjipta Lesmana, Bung
Ruhut, mau merubah dan memutar kembali
arah jam reformasi.
Ruhut
getol melawan arus berpikir anak negeri ini. Dalam kasus yang terakhir ini,
membuat banyak kalangan menjadi marah dan kesal serta jengkel kepada jalan
pikirannya. Tetapi bukan Ruhut namanya, kalau dia tidak ngotot dan kekeh jalan
pikirannya sendiri. Ruhut masa bodoh dengan berbagai cibiran, elemen masyarakat
negeri ini. Ruhut yakin dia bukanlah type seorang penjilat. Atau seseorang yang
suka cari muda ke boss besarnya. Tetapi sebagai penyalur aspirasi para
kontituennya?.
Bung Ruhut
rupanya dengan kehebatan otaknya itu, tidak mau melihat kebelakang. Belajar
kepada pengalaman pahit berbangsa dan bernegara di era lalu. Mungkin Ruhut sudah
lupa diri, karena tahta dan jabatan. kalau diawal reformasi, Ruhut termasuk yang
terteriak, perlu adanya batasan masa Jabatan Presiden. Sebagai satu obat
penawar yang jitu, dalam era Pemerintahan yang demokratis. Sangat mungkin Ruhut lupa rumus universal menyimpulkan:
Manusia itu pada dasarnya haus dan dahaga terus, dengan yang
namanya kekuasaan itu.
Anda
masih ingin mengikuti terus kiprah dan kehebatan Bung Ruhut?. Tentu anda tidak
dan belum ketinggalan. Di prediksi masih banyak kehebatan lain, yang akan di
wacanakan mantan Juragan Minyak itu. Masih
ada waktu hingga 2014, melihat dan memandang kehebatan Bung Ruhut. Sangat
mungkin Ruhut yang nama sinetronnya Bang Poltak itu, masih bermimpi dan
bermimpi terus dengan berbagai kehebatannya.
Mumpung berjaya di era reformasi, melakukan berbagai kehebatan. Meskipun
kebebatannya itu, belum tentu semua orang Batak dapat menerimanya.
Akhirnya biarkan lah Lae Gayus dan
Tulang Ruhut, berjalan menurut kehebatannya. Sementara Amangboru,
Namboru, Uda dan Inanguda, tentu hebat juga, menjalankan kehidupan yang serba
hebat ini. Bagaimana pandangan Saudara?. Sukses untuk anda. Horas-mauliate. Acc 26/08/2010.
** Penulis adalah alumni Pascasarjana
STT Jakarta, Pensiunan Birokrat berdomisili di pinggiran Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar