Sabtu, 18 April 2015

Krisis Tanah Kuburan


“ KRISIS [TANAH] ? KUBURAN  ”

             Berbagai krisis telah, sedang dan akan terus melanda jagat raya ini.  Mulai dari krisis Pangan, krisis Energie, krisis Air Bersih, krisis Penyakit AIDS, krisis Kerusakan Lingkungan, antara lain bentuk krisis yang bersifat dan berskala Global.  Sementara Krisis Lapangan Pekerjaan, Krisis Kepemimpinan, Krisis Keteladanan,  Krisis Moral dan Etika, bentuk krisis yang bersifat dan berskala Nasional. Sementara Krisis Semen, krisis BBM, krisis Solar, krisis Pembantu,  adalah krisis dalam bersifat dan skala regional. Untuk Krisis Lokal anda boleh  memberi contohnya. Krisis yang  sementara terjadi secara lokal di Daerah saudara. Dikatakan lokal karena di tempat lain, belum tentu terjadi sesuatu krisis itu.
              Di Kota Balikpapan Tahun Sembilan Puluhan, info seorang rekan pernah terjadi suatu krisis. Situasi yang bersifat (agak) Lokal. Dalam bahasa Theologie disebut krisis Sekretarian. Khususnya Krisis  di Rumah Makan Manado dan Tapanuli, di kota perdagangan dan jasa itu.  Sulit ditemukan makanan khas ke Dua Suku itu. Panganan   kegemaran dan favorit, anak negeri yang berasal dari 2 {Dua} Pulau yang berbeda itu. Dalam teori ekonomi disebut, terjadi ketidak seimbangan antara suply dan demand.  Tentu anda bertanya-tanya, krisis apakah itu gerangan ?. Jawabnya Krisis Daging RW. Anda tahu nama makanan, yang berkata sandi  RW ?.  Makanan atau kuliner yang bahan baku utama bersumber, dari daging binatang peliharaan berkali Empat itu. {Krisis ini hanya Intermezo saja Red].
              Untuk topik diskusi kita kali ini, bukanlah  salah satu dari contoh berbagai krisis diatas. Tetapi krisis dalam versi lain. Krisis dalam siklus kehidupan : Lahir, Hidup dan Meninggal  di dalam dunia yang fana ini. Sesuatu dinamika kehidupan yang telah, sedang dan akan berproses terus dalam kehidupan ini. Yakni bagian yang tidak terpisahkan, dari persoalan kehidupan itu sendiri. Dalam Bahasa Warga Bala keselamatan, disebut Naik Kekemulian Tuhan. 
              Substansi yang yang telah, sedang dan akan terjadi kepada setiap kehidupan hampir setiap orang. Persoalan yang menarik dan sekaligus tidak menarik, untuk di bicarakan atau didiskusikan. Persoalan yang seolah-olah agak tabu, jika  dibicarakan secara terbuka. Sesuatu persoalan yang terkesan perlu dihindarkan, oleh setiap makluk hidup. Walaupun pada akhirnya, semua makluk hidup akan sampai juga kesana. Hanya saja kapan, dimana dan bagaimana cara datangnya, itu yang menjadi persoalannya. Rahasia dan hak proregatif Tuhan, dalam bahasa teologi nya. Dalam bahasa duniawi disebut misteri suatu  kehidupan.
                  Sebagai bagian dari masyarakat sosial, kita senantiasa diperhadapkan dengan persoalan yang namanya Kematian. Apakah itu kematian bagi mereka yang berusia Kanak-kanak. Kematian bagi warga yang sudah tua atau uzur. Baik itu terjadi  di Daerah Perkotaan, dan atau Pedesaan. Pastilah secara umum Jenazah mereka, akan di kuburkan. Kecuali bagi saudara kita penganut Agama Hindu. Dimana bentuk dan cara penyelesaian, terhadap orang mati dituntaskan dengan bentuk lain. Sesuai dengan ajaran dan keyakinan rekan kita itu. Seperti dikramasi atau diaben kata saudara kita dari Pulau Bali sana.
               Materi yang kita bicarakan kali ini, persis seperti judul artikel diatas, yakni: Krisis {Tanah}? Kuburan.  Untuk substansi krisis {Tanah} Kuburan inilah, penulis ingin minta pandangan dan sedikit waktu saudara. Ternyata amatan kami, dalam kurun dasa belakangan ini, permasalahan  Tanah Kuburan, menjadi tidak menarik dan sekaligus menarik untuk diamati dan dikaji. Mengangkat dan mempersoalankan kebutuhan {Tanah} Kuburan, terkesan kurang penting. Dibandingkan dengan kebutuhan Papan, Sandang dan Pangan. Dianggap kurang penting karena Kebutuhan akan Tanah Kuburan, memang bukan termasuk dalam kelompok kebutuhan 9 (Sembilan) Bahan Pokok.
               Menurut amatan penulis persoalan {Tanah} Kuburan, tetap menjadi urgent. Walau menurut rancangan bangun Rezim Orde Baru dan rezim Reformasi saat ini, bukan merupakan kebutuhan pokok. Tetapi  sudah saatnya, Negeri ini menjadikan skala prioritas Negara.  Kebutuhan yang seyogyanya menjadi pemikiran bersama anak Bangsa. Baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dengan Komunitas berbagai Agama. Permasalahan yang terkait dengan tanah Kuburan, selayaknya dibicarakan secara lugas. Diprogramkan secara terbuka serius, elegant, dan berkesinambungan. Tidak perlu disembunyikan dan atau dipolitisir. Mirip seperti membicarakan persoalan dana Bansos, dana PMPN Mandiri dan dana BOS atau dana Studi Banding DPR ke Luar Negeri itu. Penulis mengamati Krisis {Tanah} kuburan, sudah menjadi fenomena menarik. Untuk penduduk yang mati saja banyak warga kesulitan, untuk mencari {Tanah} perkuburan. Kesukaran  itu terkait dengan persoalan pilihan, bagi tempat peristirahatan sementara bagi orang yang dikasihi. Berdasarkan keyakinanan Agama dan kepercayaan yang dianut seseorang.
                Bahkan di Jakarta 4 (Empat) dekade yang lalu, Gubernur Ali Sadikin sudah berpikir ke arah itu. Gubernur DKI Ibukota ketika itu sudah memprediksi, Krisis {Tanah} Kuburan, menjadi salah satu persolan yang serius di Ibukota. Gubernur di era tahun Tujuh puluhan itu, pernah menawarkan berapa alternatif pilihan. Satu diantaranya bagaimana, kalau Jenazah atau Mayat orang meninggal itu di bakar saja. Biar tidak memakan dan menggunakan Tanah Perkuburan. Tentu anda mungkin masih ingat respons, dan pandangan berbagai kalangan ketika itu. Sejumlah Tokoh Lintas  Agama, Cerdik Pandai, Kalangan Ulama, menolak keras gagasan dan pemikiran Gubernur yang dipanggilan Bang Ali itu.
              Walau kalangan tersebut diatas menolak, Kenyataan hingga saat ini persoalan Tanah Kuburan di Jakarta, masih sangat relevan untuk dicarikan jalan keluarnya. Bukan hanya sekadar sulit, tetap menjadi lebih pelik lagi.dari waktu ke waktu. Persoalan Tanah untuk lahan perkuburan semakin terabaikan. Pada sisi lain manusia  semakin bertambah banyak, yang mencari peruntungan ke Jakarta. Ternyata bukan hanya di kawasan perkotaan krisis {Tanah} Kuburan ini terjadi. Di pedesaan juga sangat jamak terjadi. Bagaimana di Kota dan Desa anda ?.
              Penulis amati di suatu Desa di Sulawesi Tengah, terjadi juga hal yang sama atau mirip sama. Tanah perkuburan yang sudah ber usia hampir seabab itu, sudah penuh sesak. Mau diteruskan ke sebelah Barat, sudah kebentur dengan pinggiran Kali. Diarahkan ke Timur berbenturan dengan Sawah dan Ladang warga. Ditarik ke Selatan, kebentur  dengan Tanah berbukit Terjal. Diperluas ke Utara, sudah mepet ke pingkir Jalan Raya.  Begitu juga suatu ketika penulis mengikuti acara, pemakaman seorang krabat dekat, di daerah paling Ujung Utara Pulau Andalas. Di Satu Kota Kabupaten Kesan lokasi perkuburan itu, gersang dan kurang terurus. Daerah perkuburan itu menjadi kawasan, yang mirip daerah tidak bertuan. Di satu Kabupaten di Jawa Tengah, ada lokasi Pemakaman Umum, menjadi langganan dan bulan-bulanan Banjir. Di daerah lain ada lokasi Perkuburan terkesan basa, berair, berada  dipinggiran Pantai, yang senantiasa terancan akan pengikisan dan abrasi Laut.  
               Peluang Itulah mungkin dari pendekatan Bisnis dan Tanah Ruang Pemukiman dan Perkotaan, terjadi perubahan sikap, pandangan kalangan tertentu terhadap Tanah Perkuburan. Pertama-tama adanya trends berbagai Tanah Perkuburan, karena perkembangan Kota dan Tata Ruang, berubah dari Daerah pinggiran menjadi daerah yang strategis. Menjadi daerah Bisnis dan atau Perdagangan. Meningkat Nilai Jual Objek Pajak, Tanah dan peruntukannya. Dari hanya tempat peristirahan sementara orang meninggal. Menjadi lebih menarik jika dimodifikasi menjadi ajang bisnis dan perdagangan. Kedua Karena kebutuhan kehidupan, ada kalangan Pebisnis dan Konglomerat, yang melihat peluang ini. Kebutuhan {Tanah} Kuburan ini, sebagai hal yang menarik, jika dikelola secara Bisnis. Khususnya di kota Metropolitan Jakarta Raya, Surabaya, Bandung, Medan dan Makassar. Ke depan tentu di Kota-kota ini, semakin sulit dan mahal Tanah Perkuburan.
                Ketiga manusia semakin rasional, dalam melihat persoalan kuburan itu sendiri. Kalau era lalu perkuburan suatu yang dianggap seram dan mengerihkan. Kini manusia mencoba merancang bangun, Daerah Perkuburan menjadi daerah terbuka. Lokasi Perkuburan dipadukan, menjadi bagian dari paru-paru Kota. Sehingga konsep Perkuburan disulap, menjadi sejenis Taman Kota. Kedepan secara psikologis orang berkunjung ke kuburan, bukan hanya sekadar ziarah rutin. Tetapi sudah dan sementara dirancang Daerah Pemakanan itu, menjadi sejenis Daerah rekreasi  dan kawasan untuk mengirup udara sehat dan segar.
              Berdasarkan kalkulasi dan perhitungan rasional dan trends itulah Tanah Perkururan, menjadi suatu peluang bisnis yang menjanjikan dan mengiurkan. Sehingga segmen pasar yang satu ini,sudah mulai dilirik sejumlah pebisnis. Sejumlah Konglomerat tertarik menanamkan modal secara besar-besaran, untuk tanah Perkuburan Umum itu. Sesuatu peluang, sekaligus jadi tantangan  dan tawaran yang menjanjikan. Mirip seperti mengelola Bisnis Property, Bisnis Rumah Sakit dan Sekolah atau  Perguruan Tinggi.
               Anda pernah dengar dan tahu Perkuburan SANDIAGO HILL di Daerah Karawang  di Propinsi Jawa Barat itu ?. Suatu kawasan yang bertetangga dengan Ibukota. Daerah satelit Metropolitan Jakarta Raya. Di kawasan dan atau Wilayah Perbukitan itu, dirancang bangun Perkuburan Modern. Kawasan yang dikelola secara bisnis dan profesional. Untuk mengakomodasi Tanah Perkuburan, bagi kalangan kelas dan segmen atas. Untuk kalangan yang berselera tinggi.  Dimana untuk sebuah Kapling atau lokasi Perkuburan, di hargai dengan nilai Jutaan, Puluhan Juta dan mungkin Ratusan Juta Rupiah. Tergantung wilayah dan Lokasi, sesuai dengan selera dan atau pesanan si Calon, sebelum dia menghadap Tuhannya. Dan atau nilai tawar menawar antara keluarga yang berduka, dengan pihak Manajemen Pengelola Pemakaman kelas atas itu.  
             Hebatnya lagi kawasan Perkuburan ini, ditawarkan ke semua aliran agama. Serta berbagai kalangan ini, justru merespons secara positif. Di sisi lain semakin banyak kalangan konglomerat dan atau warga yang kaya raya serta Tokoh Masyarakat, yang diistiratkan disana. Mungkin anda tertarik..?. Cepat-cepat pesan dan wariskan keluarga anda. Jika suatu saat   anda mangkat, agar dibaringkan di perkuburan, yang dirancang bangun mirip Taman yang indah itu.  Anda tentu bisa berkumpul  bersama dengan sesama rekan Bisnis anda. Sahabat sehaluan, sealiran dan separtai, saat menikmati kehidupan di dunia ini.  Bersama dengan warga yang kelas kemampuan, dan status sosial dan ekonomi Nya   selevel dengan anda.  Konon rumornya di Bukit Sandigo Hill, yang indah dan menawan hati itu. Kalangan tertentu sudah banyak memesan dan membeli, dan membayar di muka Tanah Kapling, Rumah Masa Depan itu.
              Akhirnya seperti biasa sebelum mengakhiri diskusi kita kali ini, coba kita lihat bagaimana pandangan Alkitab tentang Perkuburan itu. Ternyata Kitab Suci Orang Nasrani itu, ada mencatat substansi yang terkait dengan persoalan Kuburan, sebanyak 62 (Enam Puluh Dua ) Kali. Baik itu dicatat di PL maupun di PB. Satu dari sejumlah ayat diatas bertuliskan: Ditempat dimana Yesus disalibkan, ada suatu Taman dan dalam Taman itu ada suatu Kubur baru, yang didalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. (Yoh 19.41).  
                Penulis tidak tahu persis bagaimana pandangan, pikiran dan hayalan saudara terhadap diskusi kita kali ini. Mungkin khayalan dan lamunan anda sangat jauh. Serta berupaya menghindarkan dari  bayangan dan pikiran yang terkait, dengan persoalan kuburan. Satu rangkaian persoalan dalam kehidupan yang di kaitkan dengan undangan kematian dan  misteri dalam kehidupan ini. Bagaimana pandangan Saudara?. Sukses untuk anda. {NAINGGOLAN Nurdin}. Acc.03.01.2012.      


Tidak ada komentar:

Posting Komentar