“ KRISIS [TANAH] ? KUBURAN
”
Berbagai
krisis telah, sedang dan akan terus melanda jagat raya ini. Mulai dari krisis Pangan, krisis Energie, krisis
Air Bersih, krisis Penyakit AIDS, krisis Kerusakan Lingkungan, antara lain
bentuk krisis yang bersifat dan berskala Global. Sementara Krisis Lapangan Pekerjaan, Krisis
Kepemimpinan, Krisis Keteladanan, Krisis
Moral dan Etika, bentuk krisis yang bersifat dan berskala Nasional. Sementara Krisis
Semen, krisis BBM, krisis Solar, krisis Pembantu, adalah krisis dalam bersifat dan skala regional.
Untuk Krisis Lokal anda boleh memberi
contohnya. Krisis yang sementara terjadi
secara lokal di Daerah saudara. Dikatakan lokal karena di tempat lain, belum
tentu terjadi sesuatu krisis itu.
Di Kota Balikpapan Tahun Sembilan Puluhan, info
seorang rekan pernah terjadi suatu krisis. Situasi yang bersifat (agak) Lokal. Dalam
bahasa Theologie disebut krisis Sekretarian. Khususnya Krisis di Rumah Makan Manado dan Tapanuli,
di kota perdagangan dan jasa itu. Sulit
ditemukan makanan khas ke Dua Suku itu. Panganan kegemaran
dan favorit, anak negeri yang berasal dari 2 {Dua} Pulau yang berbeda itu. Dalam
teori ekonomi disebut, terjadi ketidak seimbangan antara suply dan demand. Tentu anda bertanya-tanya, krisis apakah itu gerangan
?. Jawabnya Krisis Daging RW. Anda tahu nama makanan, yang berkata sandi RW ?. Makanan
atau kuliner yang bahan baku utama bersumber, dari daging binatang peliharaan
berkali Empat itu. {Krisis ini hanya Intermezo
saja Red].
Untuk
topik diskusi kita kali ini, bukanlah salah
satu dari contoh berbagai krisis diatas. Tetapi krisis dalam versi lain. Krisis dalam siklus kehidupan : Lahir,
Hidup dan Meninggal di dalam dunia yang
fana ini. Sesuatu dinamika kehidupan yang telah, sedang dan akan berproses
terus dalam kehidupan ini. Yakni bagian yang tidak terpisahkan, dari persoalan kehidupan
itu sendiri. Dalam Bahasa Warga Bala keselamatan, disebut Naik Kekemulian Tuhan.
Substansi
yang yang telah, sedang dan akan terjadi kepada setiap kehidupan hampir setiap
orang. Persoalan yang menarik dan sekaligus tidak menarik, untuk di bicarakan
atau didiskusikan. Persoalan yang seolah-olah agak tabu, jika dibicarakan secara terbuka. Sesuatu persoalan yang
terkesan perlu dihindarkan, oleh setiap makluk hidup. Walaupun pada akhirnya,
semua makluk hidup akan sampai juga kesana. Hanya
saja kapan, dimana dan bagaimana cara datangnya, itu yang menjadi persoalannya.
Rahasia dan hak proregatif Tuhan, dalam bahasa teologi nya. Dalam bahasa
duniawi disebut misteri suatu kehidupan.
Sebagai bagian dari masyarakat sosial, kita senantiasa diperhadapkan
dengan persoalan yang namanya Kematian. Apakah itu kematian bagi mereka yang
berusia Kanak-kanak. Kematian bagi warga yang sudah tua atau uzur. Baik itu terjadi
di Daerah Perkotaan, dan atau Pedesaan.
Pastilah secara umum Jenazah mereka, akan di kuburkan. Kecuali bagi saudara kita
penganut Agama Hindu. Dimana bentuk dan cara penyelesaian, terhadap orang mati
dituntaskan dengan bentuk lain. Sesuai dengan ajaran dan keyakinan rekan kita
itu. Seperti dikramasi atau diaben kata saudara kita dari Pulau Bali sana.
Materi
yang kita bicarakan kali ini, persis seperti judul artikel diatas, yakni: Krisis {Tanah}? Kuburan. Untuk substansi krisis {Tanah} Kuburan inilah,
penulis ingin minta pandangan dan sedikit waktu saudara. Ternyata amatan kami,
dalam kurun dasa belakangan ini, permasalahan
Tanah Kuburan, menjadi tidak menarik dan sekaligus menarik untuk diamati
dan dikaji. Mengangkat dan mempersoalankan kebutuhan {Tanah} Kuburan, terkesan
kurang penting. Dibandingkan dengan kebutuhan Papan, Sandang dan Pangan. Dianggap kurang penting karena Kebutuhan
akan Tanah Kuburan, memang bukan termasuk dalam kelompok kebutuhan 9 (Sembilan)
Bahan Pokok.
Menurut
amatan penulis persoalan {Tanah} Kuburan, tetap menjadi urgent. Walau menurut
rancangan bangun Rezim Orde Baru dan rezim Reformasi saat ini, bukan merupakan
kebutuhan pokok. Tetapi sudah saatnya, Negeri
ini menjadikan skala prioritas Negara. Kebutuhan yang seyogyanya menjadi pemikiran
bersama anak Bangsa. Baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dengan Komunitas berbagai
Agama. Permasalahan yang terkait dengan tanah Kuburan, selayaknya dibicarakan secara
lugas. Diprogramkan secara terbuka serius, elegant, dan berkesinambungan. Tidak
perlu disembunyikan dan atau dipolitisir. Mirip seperti membicarakan persoalan dana
Bansos, dana PMPN Mandiri dan dana BOS atau dana Studi Banding DPR ke Luar
Negeri itu. Penulis mengamati Krisis {Tanah} kuburan, sudah menjadi fenomena menarik.
Untuk penduduk yang mati saja banyak warga kesulitan, untuk mencari {Tanah}
perkuburan. Kesukaran itu terkait dengan
persoalan pilihan, bagi tempat peristirahatan sementara bagi orang yang
dikasihi. Berdasarkan keyakinanan Agama dan kepercayaan yang dianut seseorang.
Bahkan
di Jakarta 4 (Empat) dekade yang lalu, Gubernur Ali Sadikin sudah berpikir ke
arah itu. Gubernur DKI Ibukota ketika itu sudah memprediksi, Krisis {Tanah}
Kuburan, menjadi salah satu persolan yang serius di Ibukota. Gubernur di era tahun
Tujuh puluhan itu, pernah menawarkan berapa alternatif pilihan. Satu
diantaranya bagaimana, kalau Jenazah atau Mayat orang meninggal itu di bakar
saja. Biar tidak memakan dan menggunakan Tanah Perkuburan. Tentu anda mungkin
masih ingat respons, dan pandangan berbagai kalangan ketika itu. Sejumlah Tokoh
Lintas Agama, Cerdik Pandai, Kalangan Ulama,
menolak keras gagasan dan pemikiran Gubernur yang dipanggilan Bang Ali itu.
Walau kalangan tersebut diatas menolak, Kenyataan hingga saat ini persoalan Tanah
Kuburan di Jakarta, masih sangat relevan untuk dicarikan jalan keluarnya. Bukan
hanya sekadar sulit, tetap menjadi lebih pelik lagi.dari waktu ke waktu. Persoalan
Tanah untuk lahan perkuburan semakin terabaikan. Pada sisi lain manusia semakin bertambah banyak, yang mencari
peruntungan ke Jakarta. Ternyata bukan hanya di kawasan perkotaan krisis
{Tanah} Kuburan ini terjadi. Di pedesaan juga sangat jamak terjadi. Bagaimana
di Kota dan Desa anda ?.
Penulis
amati di suatu Desa di Sulawesi Tengah, terjadi juga hal yang sama atau mirip
sama. Tanah perkuburan yang sudah ber usia hampir seabab itu, sudah penuh
sesak. Mau diteruskan ke sebelah Barat, sudah kebentur dengan pinggiran Kali.
Diarahkan ke Timur berbenturan dengan Sawah dan Ladang warga. Ditarik ke Selatan,
kebentur dengan Tanah berbukit Terjal.
Diperluas ke Utara, sudah mepet ke pingkir Jalan Raya. Begitu juga suatu ketika penulis mengikuti
acara, pemakaman seorang krabat dekat, di daerah paling Ujung Utara Pulau
Andalas. Di Satu Kota Kabupaten Kesan lokasi perkuburan itu, gersang dan kurang
terurus. Daerah perkuburan itu menjadi kawasan, yang mirip daerah tidak
bertuan. Di satu Kabupaten di Jawa Tengah, ada lokasi Pemakaman Umum, menjadi
langganan dan bulan-bulanan Banjir. Di daerah lain ada lokasi Perkuburan
terkesan basa, berair, berada dipinggiran
Pantai, yang senantiasa terancan akan pengikisan dan abrasi Laut.
Peluang Itulah mungkin dari pendekatan Bisnis dan Tanah Ruang Pemukiman
dan Perkotaan, terjadi perubahan sikap, pandangan kalangan tertentu terhadap
Tanah Perkuburan. Pertama-tama adanya trends berbagai Tanah Perkuburan,
karena perkembangan Kota dan Tata Ruang, berubah dari Daerah pinggiran menjadi daerah
yang strategis. Menjadi daerah Bisnis dan atau Perdagangan. Meningkat Nilai Jual
Objek Pajak, Tanah dan peruntukannya. Dari hanya tempat peristirahan sementara
orang meninggal. Menjadi lebih menarik jika dimodifikasi
menjadi ajang bisnis dan perdagangan. Kedua Karena kebutuhan kehidupan,
ada kalangan Pebisnis dan Konglomerat, yang melihat peluang ini. Kebutuhan
{Tanah} Kuburan ini, sebagai hal yang menarik, jika dikelola secara Bisnis. Khususnya
di kota Metropolitan Jakarta Raya, Surabaya, Bandung, Medan dan Makassar. Ke
depan tentu di Kota-kota ini, semakin sulit dan mahal Tanah Perkuburan.
Ketiga manusia semakin rasional, dalam
melihat persoalan kuburan itu sendiri. Kalau era lalu perkuburan suatu yang dianggap
seram dan mengerihkan. Kini manusia mencoba merancang bangun, Daerah Perkuburan
menjadi daerah terbuka. Lokasi Perkuburan dipadukan, menjadi bagian dari
paru-paru Kota. Sehingga konsep Perkuburan disulap,
menjadi sejenis Taman Kota. Kedepan secara psikologis orang berkunjung ke
kuburan, bukan hanya sekadar ziarah rutin. Tetapi sudah dan sementara dirancang
Daerah Pemakanan itu, menjadi sejenis Daerah rekreasi dan kawasan untuk mengirup udara sehat dan
segar.
Berdasarkan
kalkulasi dan perhitungan rasional dan trends itulah Tanah Perkururan, menjadi suatu
peluang bisnis yang menjanjikan dan mengiurkan. Sehingga segmen pasar yang satu
ini,sudah mulai dilirik sejumlah pebisnis. Sejumlah Konglomerat tertarik menanamkan
modal secara besar-besaran, untuk tanah Perkuburan Umum itu. Sesuatu peluang, sekaligus
jadi tantangan dan tawaran yang
menjanjikan. Mirip seperti mengelola Bisnis Property, Bisnis Rumah Sakit dan
Sekolah atau Perguruan Tinggi.
Anda pernah dengar dan tahu Perkuburan SANDIAGO HILL di Daerah
Karawang di Propinsi Jawa Barat itu ?. Suatu kawasan yang bertetangga dengan
Ibukota. Daerah satelit Metropolitan Jakarta Raya. Di kawasan dan atau Wilayah Perbukitan
itu, dirancang bangun Perkuburan Modern. Kawasan yang dikelola secara bisnis
dan profesional. Untuk mengakomodasi Tanah Perkuburan, bagi kalangan kelas dan
segmen atas. Untuk kalangan yang berselera tinggi. Dimana untuk sebuah Kapling atau lokasi
Perkuburan, di hargai dengan nilai Jutaan, Puluhan Juta dan mungkin Ratusan
Juta Rupiah. Tergantung wilayah dan Lokasi, sesuai dengan selera dan atau
pesanan si Calon, sebelum dia menghadap Tuhannya. Dan atau nilai tawar menawar
antara keluarga yang berduka, dengan pihak Manajemen Pengelola Pemakaman kelas
atas itu.
Hebatnya
lagi kawasan Perkuburan ini, ditawarkan ke semua aliran agama. Serta berbagai
kalangan ini, justru merespons secara positif. Di sisi lain semakin banyak kalangan
konglomerat dan atau warga yang kaya raya serta Tokoh Masyarakat, yang diistiratkan
disana. Mungkin anda tertarik..?. Cepat-cepat pesan dan wariskan keluarga anda.
Jika suatu saat anda mangkat, agar dibaringkan
di perkuburan, yang dirancang bangun mirip Taman yang indah itu. Anda tentu bisa berkumpul bersama dengan sesama rekan Bisnis anda.
Sahabat sehaluan, sealiran dan separtai, saat menikmati kehidupan di dunia
ini. Bersama dengan warga yang kelas
kemampuan, dan status sosial dan ekonomi Nya selevel dengan anda. Konon rumornya di Bukit Sandigo Hill, yang
indah dan menawan hati itu. Kalangan tertentu sudah banyak memesan dan membeli,
dan membayar di muka Tanah Kapling, Rumah Masa Depan itu.
Akhirnya
seperti biasa sebelum mengakhiri diskusi kita kali ini, coba kita lihat
bagaimana pandangan Alkitab tentang Perkuburan itu. Ternyata Kitab Suci Orang Nasrani
itu, ada mencatat substansi yang terkait dengan persoalan Kuburan, sebanyak 62
(Enam Puluh Dua ) Kali. Baik itu dicatat di PL maupun di PB. Satu dari sejumlah
ayat diatas bertuliskan: Ditempat dimana
Yesus disalibkan, ada suatu Taman dan dalam Taman itu ada suatu Kubur baru, yang
didalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. (Yoh 19.41).
Penulis tidak tahu persis bagaimana
pandangan, pikiran dan hayalan saudara terhadap diskusi kita kali ini. Mungkin khayalan
dan lamunan anda sangat jauh. Serta berupaya menghindarkan dari bayangan dan pikiran yang terkait, dengan
persoalan kuburan. Satu rangkaian persoalan dalam kehidupan yang di kaitkan
dengan undangan kematian dan misteri dalam kehidupan ini. Bagaimana
pandangan Saudara?. Sukses untuk anda. {NAINGGOLAN
Nurdin}. Acc.03.01.2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar