Sabtu, 18 April 2015

Krisis Guru SD


“TerItori KULAWI RAYA, krisis Guru {sd]”
Kita (Akan) berbuat apa ?

NAINGGOLAN Nurdin Kristian ***

PENDAHULUAN.
               Suatu Sore di bulan September 2013 yang lalu, kami menyempatkan diri mengunjungi Bapak Deus Nao BA {Om dari Isteri }. Di rumah kediaman yang asri dan teduh  di Jalan Dr. Sutomo No 13 Kota Palu. Awalnya sebagai bagian dari keluarga, pembicaraan kami sekitar dinamika kehidupan kami saja. Kemudian berkembang kearah lain. Soal klasik dan kronis dalam Dunia Pendidikan, Khususnya di Desa Kantewu Negeri kelahiran Om dan Ibu dari anak-anak kami itu. Bagian dari kenangan masa lalu dan cerita minat serta Dunia Kehidupan Om Deus. Ternyata hingga kini Desa Kantewu, masih tetap Desa Tertinggal dan Terpencil, Rahadi Ramelan,2008]. Kampung yang memiliki catatan sejarah panjang, tentang perkembangan Kristen (Bala Keselamatan) di Gunung dan Lembah Pipikoro. Dikemudian hari berkembang ke arah Palu dan  sekitarnya.  Republik ini sudah hampir 70 tahun Negeri ini Merdeka, kata Om diawal pembicaraan. Tetapi persoalan Tenaga Guru di Dataran Pipikoro dan sekitarnya tidak pernah berubah. Dahulu dan kini kondisinya relatif sama. Tetap saja Satu Dua Guru, disetiap SD. Maksud Om Deus Pengadaan dan Ketersediaan Tenaga Guru, ternyata belum ikut Merdeka. Sekali lagi kawasan Pipikoro belum ikut Merdeka, dan di Merdekakan dari kebutuhan Tenaga Guru. Pahlawan Tanpa Jasa dengan gelar tambahan Umar Bakri itu.
               Demikian ungkapan jujur dan apa adanya, dari  Pendidik yang dikenal sebagai Guru,  yang tulus dan penuh dedikasi itu. Dalam keseharian Guru panutan yang menjalani hidup ini, seperti Air Mengalir. Pak Deus merupakan Guru Teladan Tingkat Nasional Angkatan Pertama, Utusan Propinsi Sulawesi Tengah. Penerima Penghargaan Satyalencana 30 Tahun. Dan Sebagai Pembina Pramuka di Kabupaten Donggala dari Presiden Soeharto itu. Serta sejumlah Penghargaan di Bidang Pendidikan dan  Kemasyarakatan. Yudi Latif, 2009}.  Guru Deus tercatat sebagai lulusan SR 6 Tahun Kantewu Tahun 1950. Tamatan SGB  Negeri Donggala Tahun 1955. Jebolan    SGA Negeri Manado Tahun 1958. dan Alumni IKIP Manado Tahun 1963. Mantan Direktur SPG Negeri Palu. Sekaligus mantan   Direktur Pendidikan Sekolah Guru  terlama di Bumi Tadulako. Guru Deus pernah merangkap sejumlah jabatan lain. Direktur  KPG, SMOA Negeri Palu dan SPG Bala Keselamatan Kulawi. Serta sejumlah SPG dan KPG Swasta di Palu dan Sekitarnya.Soemarno Soedarsono, 2009}.  Ditutup menjadi Pengawas Bidang Keguruan, Kantor Wilayah Departemen P dan K Sulawesi Tengah. Pensiun dengan Pangkat terakhir sebagai Pembina Utama Muda (Gol IV/c).

Keterpaksaan  versus PANGGILAN (jiwa).  
                Ketika di era anak-anak [Kelas 1 SD], Ompung atau Opa  bercerita mengapa Tulang {Adik Ibu} menjadi Guru. Ringkas cerita: ketika paman di kelas VI SR, dia bermimpi berdiri didepan kelas jadi Guru. Mengajar seperti layaknya seorang Guru benaran. Didasarkan assumsi  mimpi itu, setahun kemudian Ompung mendaftarkan Paman, melanjutkan ke Sekolah Guru {SGB} di Ibukota Kabupaten di Negeri kami. Kini Paman dan isterinya sesama mantan Pendidik, menghabiskan masa purnanya di Kampung kami.  Satu kebanggaan keluarga di usia tua ini orang sekampung, dan yang mengenal paman, masih tetap memanggil beliau, dengan sebutan GURU ALDEN  PANDJAITAN. Andrias Harefa, 2000].  Pengakuan  atas profesi yang dilakoni, dikaitkan dengan nama Babtis, adik almarhum ibu kami itu.
              Kedua, ketika kami di Kelas 3 SD di Tahun Enam Puluhan, kami terkesan kepada seorang Ibu Guru. Namanya Ibu Siburian. Ibu Guru yang galak yang memaksakan kami bukan hanya sekadar tahu, Perkalian Satu sampai dengan Perkalian Sepuluh. Tetapi kami didorong lebih dari itu. Secara bergiliran diharuskan tampil didepan kelas, untuk melafalkan Perkalian 3 ½ dan Perkalian 4 ½. Siapa yang tidak lancar  (Luar Kepala), maka Kaki atau Kepala, akan di pukul pakai Penggaris. Atau Bu Guru Isteri CPM itu, akan  Cubit Perut kami, seraya ditarik ke Atas. Dengan cara begitu terpaksa,kami  menjadi mahir dan hafal  Perkalian yang rada aneh itu. St.Kartono, 2009].
               Ketiga  di era duduk di kelas Satu SMP, tidak terlupakan  cara Guru kami Pak P.S. Sianturi, mengajarkan Ilmu Ukur. Dengan metoda ajar yang khas, membuat kami muda memahami, bagian dari Ilmu Matematika itu. Serta yang menarik lagi, Guru yang satu ini, selalu necis dalam berbusana. Keempat, Ketika lulus SMP tahun 1970, almarhum Ibu meminta  kami melanjut saja  ke SPG. Biar jadi Guru seperti Paman- adik laki-laki Ibu kami. Anjuran yang disepelekan. Kami lebih memilih masuk SMA, mengikuti trends rekan sebaya. Kini kami menyesali diri. Mengapa tidak sejak dari awal, mengikuti anjuran  almarhumah Ibu. Daoed  Joesoeff,  2006].  Kelima  dikala duduk di kelas Satu SMA, seorang Guru yang kami sulit dilupakan. Oleh karena “antik” cara mengajar dan panjang akalnya. Namanya Pak Munir Pulungan. Sesungguhnya Bidang Studi Guru yang Satu ini  Bahasa Inggris {Pernah mengikuti Program Colombo Plan, ke Negeri Kiwi yang kita kenal dengan sebutan New Zealand itu}. Sejalan  Bidang studinya Dia mengajar Bahasa Inggris  di Kelas Tiga. Tetapi khusus untuk Kelas Satu, beliau dipercaya Kepala Sekolah: “Mengajar Ilmu Menggambar”.   Karena bukan bidang studi keahliannya. Dia menyuruh kami menggambar Bungkus Rokok,  Kotak Korek Api. Songkok {Kopiah} dan atau Tas Kulit, miliknya,, yang sengaja diletakkan diatas Meja Guru, untuk kami gambar. Hingga selesai Jam Mata Pelajaran kewajiban tambahan itu. Sementara Guru Munir duduk santai dan tenang sambil membaca, sejumlah buku berbahasa Inggris. Buku yang selalu ada dalam Tas Hitamnya.
              Keenam Ketika masa remaja kami mengenal Kakak Kelas {Wanita}. Pelajar maha pintar menurut ukuran kami. Namanya Mutiara, kami panggil sebagai Kak Tiara.  Mutiara selalu juara di SMA kami. Dengan kemampuan diatas rata-rata, Kak Tiara bercita-cita jadi Dokter. Tetapi Tuhan mengatur lain, ketika  Naik kelas Dua, Ayahandanya Naik Kekemulian Tuhan. Akhirnya impian Kak Tiara, kandas di tengah jalan. Pendek cerita begitu lulus SMA, dia mengambil jalan pintas. Dia daftar Ikatan Dinas melalui Program PGSLP {ketika itu}. Kak Tiara Lambat tapi realistis,serta  tekun menjalami professi Guru. Dia berupaya mencintai Profesi itu. Pekerjaan yang semula, bukan merupakan  cita-citanya. Muhamad Nurdin, 2008]. Setelah sekian lama mengabdi, terpilih menjadi Guru Teladan. Dia berkata ke kami: “Aku boleh tidak pernah jadi Dokter. Tetapi murid-murid ku, harus banyak menjadi Dokter”. Demikian pengakuan Guru Mutiara,  dalam acara reuni Alumni SMA kami di Jakarta itu.
               Ketujuh ketika kami kuliah di Program Strata Satu Administrasi Negara. Kami mengenal seorang Dosen, Alumni S2 dari AMRIK. Waktu test persiapan ke LN, dia tidak Lulus Bahasa Inggiris. Kurang Nilai TOEFL. Tetapi dengan jitu dia merespons kegagalan itu. Seraya berkata ke Orang Bule yang ikut menguji: “ Tujuan utama saya ke Negeri Anda, Mau Belajar Administrasi Negara. Bukan Belajar Bahasa Inggris”. Protesnya dalam Bahasa Inggris yang kurang perfeck. Dikemudian hari beliau menjadi, salah Satu Dosen Favorit di Kampus Sekolah Tinggi Kedinasan itu Kedelapan dimasa mengikuti Program Strata Dua, kami terkenang dengan seorang Dosen di STT Jakarta. Namanya Doktor  Theo Kobong perawakan  Kecil dan Pendek. Theolog Alumni Universitas Leiden Negeri Belanda {Seingat kami almarhum pernah menjadi Ketua Sinode Gereja Toraja}. Atas saran Dosen Senior itu kami mengikuti Ulangan Perbaikan Nilai {Remedial}. Tetapi Dosen killer itu  tetap saja, tidak merubah Nilai yang kami peroleh. Sekadar Upah Tulis saja  tidak beliau diberikan. Sangat mungkin ketika memberi nilai itu Dia (Lupa Diri) sebagai Hamba Tuhan. Ketut Timonuli, 1990]. Bukankah Rumus Umum “Hamba Tuhan” itu mengajarkan dan mempraktekkan Cinta Kasih kepada Ummatnya?.
              Pasti anda bertanya-tanya, apa yang tersirat dengan “Sejumlah Testimoni” di atas. Sejujurnya Kami  tidak pernah belajar, di Sekolah Pendidikan Guru formal. Baik di Tingkat Menengah, dan atau Perguruan Tinggi. Kami hanya belajar kepada alam luas dilapangan. Dan atau  diajari oleh Pengalaman Hidup, Situasi, Kondisi Stress, dan Keterpaksaan semata. Tetapi didalam menapak karier, {birokrat} kurun waktu 35 tahun dan 2 bulan. Ternyata lebih dari Dua Pertiga masa pengabdian itu, kami habiskan untuk menekuni Dunia Pembelajaran, Anies Baswedan-Indonesia Mengajar 2011}.   Khususnya di Kantor kami bekerja. Baik di Kantor Pusat, maupun dijajaran Pemerintah Daerah.  Semua Ibukota Propinsi dan lebih dari Setengah Kabupaten dan Kota di Nusantara ini, kami sudah kunjungi. Oleh karena dan untuk mengajar dan mengajar. {Termasuk 14 Kali} ke Timor Timur. Negeri  yang kini kita kenal, dengan sebutan Timur Leste itu. Tiga Kali ke Wamena dan Dua kali masing-masing, ke Merauke dan Faktak di Bumi Papua itu. Untungnya lagi jika teman-teman dengan segala cara, mendekati dan meyakinkan Boss. Agar ditugaskan ke Satu Daerah {Bukan dalam konteks Mengajar}. Kami justru terlalu sering ditugaskan Pimpinan, untuk atas nama Institusi ke Daerah {Tanpa perlu meminta}.  Mengajar dan Melatih Aparatur Pemerintah Negara { Di Pusat, Propinsi, Kabupaten dan Kota}. Lebih dari itu hingga saat ini kami masih dipercaya KPT Bandung, untuk ikut Mendidik dan Mengajar Para Kadet {Calon Pendeta,} di Pusdiklat Bala Keselamatan Jakarta. Ahmad Rizali, Indra Djati Sidi, Satria Dharma, 2009].

KRISIS TENAGA GURU {SD}, DI KULAWI RAYA.
               Bapak Jore Pamey meminta kami  menyiapkan sejenis Makalah dan atau Kertas Kerja. Dan di undang sekalian dalam bermusyawarah Sore hari ini. Tetapi karena sesuatu hal, kami  tidak bisa secara face to face bertemu Bapak dan Ibu siang ini. Untuk itulah Kertas Kerja seadanya  ini dikirimkan. Sebagai wujud kepedulian, partisipasi dan concern kami. Dengan apa yang Bapak dan Ibu Gumuli akhir-akhir ini. Pak Guru Tua Pamey  minta kami memberi pandangan. Bagaimana cara menyelesaikan dan  mencari solusi terbaik. Terhadap persoalan yang kronis  dan tidak  pernah kunjung selesai di kawasan Kulawi Raya ini. Dimana sejak zaman awal Kemerdekaan, di rezim Orde Lama, di Pemerintahan Orde Baru, hingga di era Reformasi ini. Tentu penyelesaian yang bersifat permanen dan lugas. Secara spesifik di Empat Wilayah Kecamatan (Kulawi Induk, Lindu, Kulawi Selatan dan Pipikoro), Jansen Sinamo-Ethos, 2005]. Bagian Negeri   dimana Bapak dan ibu, berdomisili dan berasal. Niat dan Hasrat  yang Bapak dan Ibu bicarakan hari ini, seperti gayung bersambut.. Ternyata secara Nasional Negeri kita, saat ini kekurangan Tenaga Guru. Ketua PGRI beberapa Minggu lalu dalam Konfrensi Pers menyatakan: “INDONESIA DARURAT GURU SEKOLAH  DASAR”  Pernyataan Ketua  Umum   PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), Ketika Pengurus Pusat, menghadap Bapak Wakil Presiden {Detikcom 20 Maret 2015}.  Kalau krisis Guru di Seantero Negeri ini terjadi, biarlah Pengurus Besar PGRI, yang mencari jalan Keluar (Way out) untuk Tenaga Profesional berskala Nasional. Termasuk Kekurangan Tenaga Guru di berbagai “Tingkatan Sekolah” di Nusantara Raya ini. Bapak dan Ibu cukup berkonsentrasi, untu berbuat dan bertindak bagi kawasan Kulawi Raya saja.
                Untuk menyemangati Niat Mulia ini, Kami pinjam dan kutifkan untuk kita renungkan  Semboyan Pemda DKI Jakarta, dalam mengajak warga Ibukota ikut berpartisipasi membangun kota Metropolitan itu : Kalau Bukan kite, yang membangun kampung kite siapa lagi. Kalau bukan sekarang, kapan lagi. Semboyan, Himbauan, Ajakan dan Panggilan itu, terkesan ringkas dan sederhana. Tetapi syarat dan penuh makna. Hemat kami tidak salah dan tidak keliru, jika Pak Guru Jore Pamey “Menginisiasi Pertemuan Dalam Bingkai Kekeluargaan Siang hari ini. Untuk kita meluangkan waktu, bermusyawarah dan bertukar pikiran, sesama yang Peduli Pendidikan di kawasan ini. Kebetulan hari ini  tanggal 1 Mei, Besok tanggal 2 Mei. Hari yang kita kenal dan fahami sebagai Hari Pendidikan Nasional.  Pertanyaan Pamungkasnya   Hari ini dan Besok hari , Apa yang akan Bapak dan Ibu perbuat ?. Untuk mengatasi dan mencari solusi Krisis Tenaga Guru {SD) di Dataran ini?.
                   Perkenankan kami menyampaikan  Pemikiran sbb: A}. Guru adalah Aktor Utama, dalam Dunia Pendidikan {Khususnya di Sekolah Dasar), dibanding Aktor dan Elemen pendukung lainnya. Karena di level inilah Anak-anak, akan di Ubah dan Berubah dari Kehidupan Sebelumnya. Dari Anak Tidak Tahu menjadi Tahu. Dari berprilaku Biasanya, menjadi Tidak Biasa. Dari tidak harus, menjadi harus dan lain-lain. B}. Bapak dan Ibu harus berpikir dan bersepakat peluang Guru {Baru} yang kita butuhkan, seyogyanya berasal dari formasi CPNS. C}. Sebaiknya  calon yang akan direkruit, ialah anak-anak kita sendiri. Sekurangnya punya hubungan emosional dengan kawasan ini. Persis seperti semboyan Orang Betawi diatas. Kalau Orang lain yang kita rekrut, sangat pasti tidak dan belum tentu menjadi solusi permanen. {Bukan dan tidak bermaksud bicara Rasis atau SARA}, tetapi realita dan kenyataan dilapangan. “Serupa tetapi tidak sama” dengan Kebijakan Pemerintah, dalam  Penempatan Tenaga Medis (Dokter Umum dan Dokter Gigi serta Tenaga Medis Lainnya). Pengamatan kami selama ini, dari berbagai kasus Penempatan {Guru Baru}, di berbagai Daerah di Nusantara ini. Cendrung dan identik hanya numpang Formasi Pengangkatan saja. Andrea Hirata-Laskar Pelangi, 2005]. Dua, Tiga dan Empat Tahun kemudian, Guru-guru itu akan berupaya untuk mutasi. Dan atau pindah kembali  ke Daerah Asal atau Kota. Setidak-tidaknya dekat dengan Ibukota: Propinsi,  Kabupaten dan Kota. Tentu saja dengan Seratus Satu Alasan, dan Seribu Satu Upaya, serta Sejuta Argumentasi.

BERPOLITIK DEMI MENDAPATKAN CPNS (GURU SD).
                 Kebetulan akhir tahun 2015 Pasangan Bupati, di Teritori ini akan berakhir priode Kepemimpinannya. Kiranya moment kali  ini Bapak dan Ibu, tangkap sebagai Kesempatan Emas. Untuk dan berbuat sesuatu, demi Dunia Pendidikan di dataran ini. Peluang yang baik dan tepat, untuk  mendapat Guru Muda (SD) yang Frest.  Kali ini kami anjurkan Bapak dan Ibu Berpolitiklah. Demi dan masa depan anak-anak kita. Lakukan negoisasi, dan deal-deal dengan Calon Pasangan Bupati yang akan maju 5 Tahun ke depan.  Untuk bersedia dan siap mendukung apa yang Bapak dan Ibu, bicarakan sepanjang hari ini. Dan rencana yang akan di ikrarkan besok hari. Dalam rangka menyambut hari Pendidikan Nasional diatas. Tolong dinegoisasi dengan tepat, dengan Pasangan Calon yang ingin mendapatkan suara dan dukungan Warga Kita. Berpolitik juga bagian dari satu cara untuk mendapatkan, dan memperoleh yang diinginkan dalam konteks berbangsa dan bernegara. Termasuk didalmnya Pengaruh, Pemusatan Pemikiran dan Kehidupan luas dalam konteks Lokal, Regional dan Nasional Miriam Budiardjo, 1998]. Bukan rahasia umum lagi Pesta Demokrasi di era reformasi ini, terjadi dan dijadikan Ajang Jual dan Beli. Alias Dagang Sapi, (Dalam Bahasa Politis disebut sebagai “Bargaining Position”). Mari Bapak dan Ibu manfaatkan Barter  Kekuatan Pengaruh Kali ini. Dengan apa yang diinginkan Calon Pasangan Bupati  yang akan berkompetisi. Untuk dan demi kemaslahatan dan atas nama masa depan, anak-anak dan generasi muda kawasan ini. Tuntaskan  Tawar Menawar dengan Calon Pasangan Bupati yang Bapak dan Ibu Negoi. Lalu lanjutkan pertemuan dengan ke 4 (Empat) Camat di Teritori ini. Kemudian diteruskankan lagi Pertemuan Politis, dengan para  Anggota Dewan dari “Daerah Pemilihan” Kawasan Kulawi Raya di DPRD Kabupaten Sigi. Kemudian Dilanjutkan lagi pembicaraan ke sejumlah  Tokoh Masyarakat dan Kalangan Intektual {Kalangan yang Peduli Masalah Pendidikan},  yang berpengaruh dan berasal dari teritori ini  berdomisili  di Kota Palu.Gede Prama, 2002}. Terakhir   semua tahapan dan langkah konkrit Rencana Mulia ini, “disosialisasikan” kepada Stateholder dilapangan. (Kepada Kepala Desa, Kepala Dusun dan Tua-tua di Desa). Untuk seia sekata mendukung Pasangan Calon Bupati, yang concern, Komit dan Peduli, Pada Hari H yang ditetapkan, berdasarkan peraturan perundang-undangan. Untuk “Memilih dan Menusuk” Tanda Gambar dari Pasangan Bupati, yang Bapak dan Ibu Kondisikan dalam kurun waktu berjuang, untuk mendapafkan apa yang hingga  Besok, Bapak dan Ibu Ikrarkan.
                 Jangan sampai terlupa untuk jaminan akan komitmen itu, seyogyanya Bapak dan Ibu. menyodorkan “Janji dan Kontrak Politik Tertulis” kepada Calon Pasangan Bupati yang akan disepakati. Sebagai dasar Bapak dan Ibu berjuang dan memperjuangkan, untuk dan atas Nama Rakyat Kulawi Raya ini. Sekaligus tanda dan wujud keseriusan, Pasangan Bupati yang akan Bapak dan Ibu dukung.  Untuk siap melaksanakan kebijakan Strategis, dan Mendasar. Untuk kurun waktu 5 (Lima) Tahun ke depan. Sangat benar Gereja tidak secara pakam mengatakan, ummat Boleh dan Tidak Boleh berpolitik. Bagi dan dalam kehidupan orang Kristen, dalam bernegara dan berbangsa. Richard Daulay, 2013]. Tetapi sejumlah ayat Alkitab bisa ditafsirkan, sebagai bagian dari cara berpolitik Santun warga Nasrani. Sangat kontras dan berbeda dengan saudara kita, Kaum Muslimin dan Muslihat,  berpolitik bagi saudara dan tetangga kita itu, diberi peluang yang lebih terbuka dan transfaran  Taufik Al Mubarok, 2009]. Pemikiran pada Subs Judul Kertas Kerja diatas, masih sejalan dan seirama, dengan Kebijakan Nasional Pemerintah Pusat. Dalam membuka dan mengisi Formasi CPNS. Bagi Tenaga Pendidik (Termasuk) Guru SD dan Tenaga Kesehatan. Sementara untuk formasi CPNS Bidang lain, Pemerintah mungkin saja  melakukan Kebijakan Zero Grouth, dan atau Moratorium).

P  E  N  U T  U P.
             Mengakhiri Kertas Kerja sederhana ini, kami bermimpi dan  berandai-andai secara sederhana: Kalau Setiap Kecamatan di Kawasan Kulawi Raya ini, mendapat Formasi CPNS [Tenaga Guru] antara 5 s/d 10 orang saja. Berarti untuk kurun waktu Satu Priode {Lima Tahun}. Kecamatan di Kulawi Raya, akan mendapat formasi Tenaga Pendidik [Guru Baru] sbb: 4 (Kecamatan) x 5 (Lima orang Formasi CPNS Guru SD)  x 5 (Lima Tahun)  = 100 Orang  dan boleh jadi : 4 x 10 x 5 = 200 Orang.  Tentu secara benar Rasio hitung-hitungannya, Bapak dan Ibu lebih Paham dari Kami. Dengan memperbandingkan Rasio Jumlah Murid, Jumlah Kelas, Jumlah Gedung Sekolah dan Jumlah Desa. Dikaitkan dengan Kebutuhan Guru Kelas. Lalu diassumsikan dengan Formasi CPNS (Guru SD) yang   direncanakan Pemda Sigi. Dengan Total Formasi yang dialokasikan Kementerian PAN dan RB 5 (Lima)  Tahun Terakhir. Kemudian dipersandingkan dengan Rencana Formasi CPNS Tenaga Pendidik (Guru SD), 5 (Lima) Tahun ke depan. Mari kita catat Musyawarah hari ini, sebagai Sejarah dan Upaya Panjang dan Terukur dalam mendapatkan Tenaga Guru (SD)  di Kawasan ini. Selamat Bermusyawarah,  di Hari Pendidikan Nasional ini. Horas.
***Kertas Kerja disajikan dalam Musyawarah: “PEMBENTUKAN FORUM PEDULI PENDIDIKAN  KULAWI RAYA”, hari Jum’at tanggal 1 Mei 2015   Di BOLAPAPU Kulawi, Kabupaten Sigi.
**Pemakalah  Mantan Birokrat, Pengajar, Penulis Lepas,  Pengamat Sosial Kemasyarakatan dan Pendidikan,  Alumni Strata 1 STIA LAN, dan Pascasarjana STT Jakarta. Dapat dihubungi di Email: monas_ku@yahoo.co.id. Dan Blog:: Horasgolan.bologspot.com. HP: 0812 9844 460  Acc 06.04.2015 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar