Sabtu, 18 April 2015

Menunggu


“menunggu”
                         
               Kami suka dan senang  mengikuti dan mendengarkan acara “Orang Muda dan atau yang Merasa Muda, dari sebuah Stasiun Radio di Ibukota. Tentu kegemaran yang satu ini dapat menimbulkan, berbagai pertanyaan anda bukan?. Mengapa orang yang berusia hampir Enam Puluhan, masih suka mengikuti cara berpikir dan berprilaku Orang Muda. Mungkin juga rekan berprasangka, penulis kurang bahagia di masa muda. Atau boleh jadi anda mengatakan, penulis menyesal, terlalu cepat menjadi tua. Serta Seribu Satu image maupun  alasan. Sepenuhnya kesimpulan dan penilaian itu kami serahkan, kepada peminat dan pencinta Majalah Berita Keselamatan ini.
              Siang itu “ pernyataan dan pertanyaan “ Sang Host, justru menarik perhatian kami. Sesungguhnya sesuatu yang tidak luar biasa dan ringan-ringan saja. Tidak terlalu mahal dan juga tidak terlalu murah, kata pedagang Kaki Lima suatu ketika. Bagian dari dinamika yang ada dalam keseharian. Bahkan mungkin tidak terlalu kita perhatikan, karena sepele masalahnya. Namun tidak disadari substansi itu,  mampir dalam kehidupan setiap insan di dunia ini. Terlepas apapun status sosial, pendidikan, jenis kelamin, dan berapa usianya. Lebih menarik lagi persoalan yang diangkat itu, melintasi batas atau sekat: Suku, Agama, Ras dan Aliran. Persoalan yang tidak mengenal,  Partai, Bendera,  Simbol Ormas tertentu. Pekerjaan atau job baru yang begitu menarik, bagi berbagai kalangan di Negeri kita, dekade  belakangan ini. Apa dan bagaimana kalangan ini tidak sabar lagi menunggu, sampai  ber akhir kepemimpinan yang lagi bercokol dewasa ini.
             Muda-mudahan anda boleh menyisihkan, sedikit waktu untuk mendiskusikan topik diatas .  Begini ringkas cerita nya. Siang ini topik bahasan kita mengenai, Satu kata pendek dan ringkas saja. Hanya Delapan Huruf. Yaitu kata  MENUNGGU. Sampaikan dan layangkan kepada kami “ Apa yang lo Pikirkan, lo Rasakan, Lo Alami dan lo Interprestasikan ” dengan kata menunggu  itu. Apakah menyenangkan ?. Atau mungkin menyebalkan?. Silahkan rekan Kaula Muda sampaikan pengalaman itu, langsung ke Studio  kami. Di Nomor sekian dan sekian. Atau silahkan SMS kan di Nomor 0812 sekian sekian. Kata si Wanita yang berjiwa muda, pembawa acara siang itu.  Dengan alunan suara yang ringan dan rileks, dalam bahasa gaul orang muda itu. Respon audience begitu banyak dan beragam. Puluhan dan mungkin ratusan. Pandangan anak muda dan atau para pendengar yang merasa muda  itu.
           Bukankah orang bijak mengatakan: ” Ada 2 (dua) Perkara besar, yang paling tidak mengenakan dalam hidup ini ”. Jika mungkin seyogyanya perkara itu dihindarkan saja. Tentu anda sudah tahu dan sering mendengarkannya bukan ?. Yakni Pertama persoalan yang berhubungan dengan Hutang. Kedua berkaitan dengan proses Menunggu. Apalagi menunggu sesuatu, yang hal tidak pasti atau tidak jelas. Sedangkan bagaimana dinamika Punya Hutang”, saran penulis pada kesempatan berikut, giliran anda yang mensharingkan  di Majalah rohani ini, kepada kita ya ?.  
               Menunggu, seperti judul topik diatas, berasal dari suku kata me dan tunggu. Tunggu  menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara harafiah dapat diartikan sebagai: 1. Tinggal beberapa saat; 2. Dapat juga diartikan tinggal sementara; 3. Menunggu juga dapat berarti menantikan sesuatu yang akan datang atau akan terjadi; 4. Menunggu dapat juga dimaknai sebagai mengharap sesuatu. 5. Menunggu dapat juga  dimaksudkan mendiami.  
              Selanjutnya penulis mengelompokkan, pandangan berbagai pihak terhadap  persoalan  menunggu itu. Pandangan Pertama mereka yang melihat,  Menunggu sebagai Pekerjaan Negatif.  Bagi komunitas ini memandang menunggu, adalah suatu pekerjaan yang membosankan. Pekerjaan yang sia-sia. Perilaku yang membuat orang, menjadi bodoh atau stagnan. Pekerjaan buang-buang waktu dan atau kesempatan. Itulah sebabnya di negeri ini, ada kalangan politisi, kurang sabar dan tidak sabar lagi, menunggu hingga tahun 2014. Kelompok ini ingin Tahun 2014, dipotong dan atau didiscount saja. Intinya mereka menyimpulkan menunggu persoalan yang satu itu, membuat kalangan itu gregetan, kecewa frustrasi, bernafsu  dan tidak sabaran lagi.
              Pandangan kedua, justru sikap kebalikannya. Menunggu adalah sesuatu proses. Sesuatu bentuk latihan yang membuat kita, menjadi menjadi penyabar. Menunggu adalah bentuk lain dari kemampuan seseorang, untuk mampu menahan diri dan perasaan. Menunggu adalah ujian rutin dalam hidup ini. Menurut pandangan mereka, menunggu, adalah sesuatu keharusan dalam hidup. Menunggu dapat dimaknai sebagai, gambaran utuh keaslian pribadi seseorang. Bahkan Orang Muda yang bercinta mengatakan: “Menunggu adalah bagian dari proses penyesuaian diri dan karakter, dari kedua insan yang berbeda jenis kelamin. Sebelum keduanya  dipersatukan dalam pernikahan resmi dan kudus”.  
                Pandangan ketiga, adalah kelompok yang melihat menunggu, adalah sesuatu keniscayaan. Hal yang tidak mungkin dihindarkan, atau disisihkan begitu saja   dalam kehidupan ini. Mereka sebagai warga yang berpandangan moderat, atau sekurang-kurangnya kelompok netral. Bagi kelompok terakhir ini, Mennggu dan ditunggu adalah mainan hidup. Mereka menyikapi proses menunggu, dengan cara yang lebih elegant. Menunggu  harus disikapi dengan berbagai cara. Misalnya memanfaatkan waktu menunggu itu, dengan Merokok, Menghayal dan atau Ber angan-angan. Sambil merokok seseorang, dapat berhayal,  tentang banyak hal. Walaupun tanpa disadari akan menghabiskan, sebungkus atau berbatang-batang  Sigaret itu. Serta dapat  merusak dan menodai tubuh jasmani seseorang, dengan ribuan racun yang dapat bercampur dengan darah dalam tubuh Nya.  
              Didalam kelompok pandangan terakhir ini, ada yang memanfaatkan menunggu itu dengan ber HP Ria, Ber Ipad Ria. Ber Black Berry Ria dan Ria-ria lainnya dalam Dunia Maya itu.  Juga dapat dimanfaatkan untuk berintraksi, dengan rekan bisnis dan atau bawahannya. Tidak kurang dari mereka secara sadar melakukan sesuatu. Misalnya dalam menunggu itu, diguna  untuk tidur, dan atau istirahat. Sambil mendengarkan, menikmati  Musik di Radio Mobil. Kalangan Supir biasa dengan sesama, bermain Kartu Gaple dan atau main Catur.                  
              Tetapi yang paling elegant misalnya, dengan “Membaca Buku. Sepanjang yang penulis amati dan coba mengikuti aliran yang terakhir ini.  Sangat bermanfaat dan membuat diri kita, tidak merasa tersiksa. Bahkan proses menunggu itu menjadi mengasikkan. Itulah sebabnya kalangan ini sangat menganjurkan, jika bepergian biasakan membawa Satu, Dua buku bacaan. Karena bila kita ketemu dengan situasi yang memaksa kita harus menunggu, sudah dapat di antisipasi dengan membaca.
             Kalangan yang (merasa) Profesional, Akademisi dan Intelektual, Cerdik Pandai dan sebutan lainnya, paling sering melakukan kebiasaan yang satu ini. Mereka terbiasa berdiri dan atau duduk duduk berjam-jam. Assik membaca sambil menunggu, sesuatu rencana perjalanan mereka. Hal ini dapat kita temukan di berbagai Bandara, Pelabuhan, di Terminal Bus Antar Kota, Stasiun Kereta Api dan Fasilitas Umum lain. Mereka dengan spontan mengisi waktu dengan membaca. Apabila rencana perjalanan dan atau pertemuan  mereka, di tunda atau didelay untuk jangka waktu tertentu. Sudah barang tentu  anda, punya banyak cara dan atau tips lain, untuk mengatasi persoalan menunggu itu  bukan ?.
           Untuk melengkapi diskusi kita kali ini, coba kita amati bagaimana Kitab Suci  memandang proses menunggu itu. Sekurang-kurangnya tertulis sebanyak 10 (Sepuluh) kali, kata menunggu di goreskan dalam Alkitab. Kata menunggu dapat kita temui dan baca, dalam PL maupun dalam PB.  Benar Kata menunggu tidak sebanyak kata: Janji, Kasih, Anugerah, Dosa, Sukacita, Roh, dan kata kata lain yang bernuansa Teologis. Tetapi sesungguhnya dengan substansi dinamika dan proses menunggu, sangat ditekankan dalam Kitab Pegangan Hidup umat Nasrani itu.
             Dalam Alkitab banyak hal dikisahkan, terkait dengan persoalan menunggu. Kita boleh simak bagaimana Abraham dan Sara, menunggu janji Tuhan. Untuk mendapatkan Ishak, sebagai Anak Perjanjian itu. Anak yang lahir setelah usia mereka berdua senja, alias setelah menjadi Opa dan Oma. Lalu bagaimana Jacob menunggu Tujuh tahun lagi, untuk mendapatkan “Rahel” Puteri Laban Pamannya itu.   Kemudian bagaimana Orang Israel berada di Tanah Perbudakan di Mesir. Bani Tuhan itu  berputar-putar di Padang Pasir dan baru sampai ke Tanah Perjanjian. Setelah Empat Puluh tahun kemudian. Kita juga bisa membaca bagaimana suka duka bangsa pilihan Tuhan itu Terbuang di Tanah Babilonia. Bagaimana Hana isteri Elkana menunggu, janji Tuhan baru diberi anak. Dalam proses menunggu itu, ternyata Tuhan tidak saja memberi Samuel kepada pasangan ini. Tetapi Allah melengkapi lagi pasangan itu, tiga orang anak Lelaki  dan 2 orang anak Perempuan. [I.Sam 2 ayat 21}. Gambaran Kisah-kisah   diatas, adalah bagian dari proses dan dinamika menunggu itu sendiri. 
             Bukan hanya itu kita bisa membaca dan mengamati, bagaimana Tuhan menekankan proses menunggu, dalam kehidupan umat kristiani masa kini. Justru klimak proses menunggu di tekankan, dalam semua Kitab Injil, Surat-Surat Para Rasul dan Kitab Wahyu. Kesemua yang   terdapat dan tercantum  dalam Kitab Perjanjian Baru. Adalah juga bagian dari proses dan dinamika menunggu. Menanti  kedatangan Tuhan Yesus, kali kedua. Untuk menyemput “Orang yang percaya”. Paralel dengan waktu yang sama, akan   menghakimi, “Orang yang tidak percaya”.
             Pertanyaan Pamungkas dari topik diatas, apakah kita (Anda dan saya) akan tetap setia dan taat menunggu kedatangan Tuhan Yesus untuk kedua kalinya, Sang Juru Selamat sebagaimana yang sama-sama kita yakini dan nantikan itu?. Di dalam menjalani dinamika kehidupan, di dunia yang fana ini. Bagaimana pandangan Saudara ?. Sukses untuk anda. {NAINGGOLAN Nurdin Kristian}.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar