“menunggu”
Kami suka dan senang mengikuti dan mendengarkan acara “Orang Muda dan atau yang Merasa Muda”, dari sebuah Stasiun Radio di Ibukota. Tentu kegemaran yang satu ini dapat menimbulkan,
berbagai pertanyaan anda bukan?. Mengapa orang yang berusia hampir Enam Puluhan,
masih suka mengikuti cara berpikir dan berprilaku Orang Muda. Mungkin juga rekan berprasangka,
penulis kurang bahagia di masa muda. Atau boleh jadi anda mengatakan, penulis
menyesal, terlalu cepat menjadi tua. Serta Seribu Satu image maupun alasan. Sepenuhnya kesimpulan dan penilaian
itu kami serahkan, kepada peminat dan
pencinta Majalah Berita Keselamatan ini.
Siang
itu “ pernyataan dan pertanyaan “ Sang Host, justru menarik perhatian
kami. Sesungguhnya sesuatu yang tidak luar biasa dan ringan-ringan saja. Tidak
terlalu mahal dan juga tidak terlalu murah, kata pedagang Kaki Lima suatu
ketika. Bagian dari dinamika yang ada dalam keseharian. Bahkan mungkin tidak terlalu kita
perhatikan, karena sepele masalahnya. Namun tidak disadari substansi itu, mampir dalam kehidupan setiap insan di dunia ini. Terlepas apapun status
sosial, pendidikan, jenis kelamin, dan berapa usianya. Lebih menarik lagi persoalan yang diangkat itu, melintasi batas atau sekat: Suku, Agama, Ras
dan Aliran. Persoalan yang tidak mengenal,
Partai, Bendera, Simbol Ormas tertentu. Pekerjaan atau job baru yang begitu menarik, bagi berbagai kalangan di Negeri kita, dekade belakangan ini. Apa dan bagaimana kalangan ini
tidak sabar lagi menunggu, sampai ber
akhir kepemimpinan yang lagi bercokol dewasa ini.
Muda-mudahan anda boleh menyisihkan,
sedikit waktu untuk mendiskusikan topik diatas .
Begini ringkas cerita nya. Siang ini topik bahasan kita mengenai, Satu
kata pendek dan ringkas saja. Hanya Delapan Huruf. Yaitu kata MENUNGGU. Sampaikan dan layangkan kepada kami “ Apa
yang lo Pikirkan, lo Rasakan, Lo Alami dan lo Interprestasikan ” dengan
kata menunggu itu. Apakah menyenangkan ?.
Atau mungkin menyebalkan?. Silahkan rekan Kaula Muda sampaikan pengalaman itu, langsung
ke Studio kami. Di Nomor sekian dan sekian. Atau
silahkan SMS kan di Nomor 0812 sekian sekian. Kata si Wanita yang berjiwa muda, pembawa acara siang
itu. Dengan alunan suara yang ringan dan rileks, dalam bahasa gaul orang muda
itu. Respon audience begitu banyak dan beragam. Puluhan dan mungkin ratusan. Pandangan anak muda dan atau para pendengar yang merasa
muda itu.
Bukankah orang bijak mengatakan: ” Ada 2 (dua) Perkara besar, yang paling tidak
mengenakan dalam hidup ini ”. Jika mungkin seyogyanya perkara itu dihindarkan saja. Tentu
anda sudah tahu dan sering mendengarkannya bukan ?. Yakni Pertama persoalan
yang berhubungan dengan Hutang. Kedua berkaitan dengan proses Menunggu. Apalagi
menunggu sesuatu, yang hal tidak pasti atau tidak jelas. Sedangkan bagaimana
dinamika “Punya Hutang”, saran penulis pada kesempatan berikut, giliran anda yang
mensharingkan di Majalah rohani
ini, kepada kita
ya ?.
Menunggu, seperti judul topik diatas,
berasal dari suku kata me dan tunggu. Tunggu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara
harafiah dapat diartikan sebagai: 1. Tinggal beberapa saat; 2. Dapat juga diartikan tinggal sementara; 3. Menunggu juga dapat berarti menantikan sesuatu yang akan datang atau
akan terjadi; 4. Menunggu dapat juga
dimaknai sebagai mengharap sesuatu. 5. Menunggu
dapat juga dimaksudkan mendiami.
Selanjutnya
penulis mengelompokkan, pandangan berbagai pihak terhadap persoalan
menunggu itu. Pandangan Pertama mereka yang melihat, Menunggu sebagai Pekerjaan Negatif. Bagi komunitas ini memandang menunggu, adalah suatu
pekerjaan yang membosankan. Pekerjaan yang sia-sia. Perilaku yang membuat orang, menjadi
bodoh atau stagnan. Pekerjaan buang-buang waktu dan atau kesempatan. Itulah sebabnya di negeri ini, ada kalangan
politisi, kurang sabar dan tidak sabar lagi, menunggu hingga tahun 2014. Kelompok ini ingin Tahun
2014, dipotong dan atau didiscount saja. Intinya mereka menyimpulkan menunggu persoalan
yang satu itu, membuat kalangan itu gregetan, kecewa frustrasi, bernafsu dan tidak sabaran lagi.
Pandangan kedua, justru sikap kebalikannya.
Menunggu adalah sesuatu proses. Sesuatu bentuk latihan yang membuat kita, menjadi menjadi penyabar. Menunggu
adalah bentuk lain dari kemampuan seseorang, untuk mampu menahan diri dan perasaan. Menunggu
adalah ujian rutin dalam
hidup ini. Menurut pandangan mereka, menunggu, adalah sesuatu keharusan dalam
hidup. Menunggu dapat dimaknai sebagai, gambaran utuh keaslian pribadi seseorang.
Bahkan Orang Muda yang bercinta mengatakan:
“Menunggu adalah bagian dari proses
penyesuaian diri dan
karakter, dari kedua insan yang berbeda jenis kelamin.
Sebelum keduanya dipersatukan dalam pernikahan resmi dan kudus”.
Pandangan ketiga, adalah kelompok yang melihat
menunggu, adalah sesuatu keniscayaan. Hal yang tidak mungkin dihindarkan, atau
disisihkan begitu saja dalam kehidupan ini. Mereka sebagai warga yang
berpandangan moderat, atau sekurang-kurangnya kelompok netral. Bagi kelompok
terakhir ini, Mennggu dan ditunggu adalah mainan hidup. Mereka menyikapi proses menunggu, dengan
cara yang lebih elegant. Menunggu harus
disikapi dengan berbagai cara. Misalnya memanfaatkan waktu menunggu itu, dengan
Merokok, Menghayal
dan atau Ber angan-angan. Sambil merokok
seseorang, dapat berhayal, tentang banyak
hal. Walaupun tanpa disadari akan menghabiskan, sebungkus atau berbatang-batang Sigaret itu. Serta dapat merusak dan menodai tubuh jasmani seseorang,
dengan ribuan racun yang dapat bercampur dengan darah dalam tubuh Nya.
Didalam kelompok pandangan terakhir ini, ada yang memanfaatkan menunggu
itu dengan ber HP Ria, Ber Ipad Ria. Ber Black Berry Ria dan Ria-ria lainnya
dalam Dunia Maya itu. Juga dapat dimanfaatkan untuk berintraksi,
dengan rekan bisnis dan atau bawahannya. Tidak kurang dari mereka secara sadar
melakukan sesuatu. Misalnya dalam menunggu itu, diguna untuk tidur, dan atau istirahat. Sambil
mendengarkan, menikmati Musik di Radio Mobil. Kalangan Supir biasa
dengan sesama, bermain Kartu Gaple dan atau main Catur.
Tetapi yang paling elegant misalnya, dengan “Membaca Buku”. Sepanjang yang penulis
amati dan coba mengikuti aliran yang terakhir ini. Sangat bermanfaat dan membuat diri kita, tidak merasa
tersiksa. Bahkan proses menunggu itu menjadi mengasikkan. Itulah sebabnya kalangan ini sangat menganjurkan, jika bepergian “biasakan” membawa Satu, Dua buku bacaan. Karena bila kita ketemu dengan
situasi yang
memaksa kita harus menunggu, sudah dapat di antisipasi dengan membaca.
Kalangan yang (merasa) Profesional, Akademisi dan Intelektual, Cerdik Pandai
dan sebutan lainnya, paling sering melakukan kebiasaan yang satu ini. Mereka
terbiasa berdiri dan atau duduk duduk berjam-jam. Assik membaca sambil menunggu,
sesuatu rencana perjalanan mereka. Hal ini dapat kita temukan di berbagai Bandara,
Pelabuhan, di Terminal Bus Antar Kota, Stasiun Kereta Api dan Fasilitas Umum lain.
Mereka dengan spontan mengisi waktu dengan membaca. Apabila rencana perjalanan dan atau
pertemuan mereka, di tunda atau didelay
untuk jangka waktu tertentu. Sudah barang tentu anda, punya banyak cara dan atau tips lain, untuk
mengatasi persoalan menunggu itu bukan ?.
Untuk melengkapi diskusi kita kali
ini, coba kita amati bagaimana Kitab Suci memandang
proses menunggu itu. Sekurang-kurangnya tertulis sebanyak 10 (Sepuluh) kali, kata menunggu di goreskan dalam Alkitab. Kata menunggu dapat kita
temui dan baca, dalam PL maupun dalam PB. Benar Kata menunggu tidak sebanyak kata: Janji, Kasih,
Anugerah, Dosa, Sukacita, Roh, dan kata kata lain yang
bernuansa Teologis. Tetapi
sesungguhnya dengan substansi dinamika dan proses menunggu, sangat ditekankan dalam Kitab Pegangan Hidup umat Nasrani itu.
Dalam Alkitab banyak hal dikisahkan, terkait dengan
persoalan
menunggu. Kita
boleh simak bagaimana Abraham dan Sara, menunggu janji Tuhan. Untuk mendapatkan
Ishak, sebagai Anak Perjanjian itu. Anak yang lahir setelah usia mereka berdua senja,
alias setelah menjadi Opa dan Oma. Lalu bagaimana Jacob menunggu Tujuh tahun
lagi, untuk mendapatkan “Rahel” Puteri Laban Pamannya itu. Kemudian bagaimana Orang
Israel berada di Tanah
Perbudakan di Mesir. Bani Tuhan itu berputar-putar
di Padang Pasir
dan baru sampai ke Tanah Perjanjian. Setelah Empat Puluh tahun kemudian. Kita juga bisa membaca
bagaimana “suka duka” bangsa pilihan Tuhan itu Terbuang di Tanah Babilonia. Bagaimana Hana
isteri Elkana menunggu, janji Tuhan baru diberi anak. Dalam proses
menunggu itu, ternyata Tuhan tidak saja memberi Samuel
kepada pasangan ini.
Tetapi Allah melengkapi
lagi pasangan itu, tiga orang anak Lelaki dan
2 orang anak Perempuan. [I.Sam
2 ayat 21}. Gambaran Kisah-kisah diatas, adalah bagian dari proses dan dinamika menunggu itu sendiri.
Bukan hanya
itu kita bisa membaca dan
mengamati, bagaimana
Tuhan menekankan proses menunggu, dalam kehidupan umat kristiani masa kini. Justru klimak proses menunggu di
tekankan, dalam semua Kitab Injil, Surat-Surat Para Rasul dan Kitab Wahyu. Kesemua yang terdapat dan tercantum dalam Kitab Perjanjian Baru. Adalah juga bagian dari
proses dan dinamika menunggu. Menanti kedatangan
Tuhan Yesus, kali kedua. Untuk
menyemput “Orang yang percaya”. Paralel dengan waktu yang sama, akan menghakimi, “Orang yang tidak
percaya”.
Pertanyaan Pamungkas
dari topik diatas,
apakah kita (Anda dan saya) akan
tetap setia dan taat menunggu kedatangan Tuhan Yesus untuk kedua
kalinya, Sang
Juru Selamat sebagaimana yang sama-sama kita yakini dan nantikan itu?. Di dalam menjalani dinamika kehidupan, di dunia yang fana ini. Bagaimana
pandangan Saudara ?. Sukses untuk anda. {NAINGGOLAN Nurdin Kristian}.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar