Kamis, 13 Maret 2014

OM JULIUS DALAM KENANGAN

             Sejumlah SMS dari Palu pagi itu masuk ke Ponsel kami, yang isinya mengabarkan  pada Hari Sabtu Pagi tanggal 26  Oktober 2013, Bapak Julius Landu telah Naik kekemulian Tuhan di Rumah Sakit Stella Maris Makasar. Tentu saja berita dukacita itu sangat mengejutkan kita semua. Khususnya yang pernah mengenal dan punya hubungan kekerabatan dan emosional  dengan almarhum dimasa hidupnya.

            Sebagai Isteri dan Ibu Rumah Tangga, tentu Ibu Julius mempunyai kenangan yang indah dan menyenangkan, serta termasuk masa-masa sulit bersama   Bapak Julius Landu.  Begitu juga ke Tiga Puteri  dan Mantu serta Cucu, punya kenangan yang indah dengan Orang Tua, Opa  idola mereka. Kami pikir begitu pun kita yang hadir, pada acara Peringatan untuk mengenang 40 hari ”  Beliau Naik Kekemulian Tuhan Sore ini. Kita juga rasa-rasanya akan sependapat, dan  juga memiliki seuntai  kenangan  yang indah dan atau yang mengesankan, bersama Om Julius selama berintraksi  dengan beliau dimasa lalu.

              Sebagai bagian dari Keluarga kami juga punya hubungan persahabatan, yang relatif lama dengan Om Julius.  Untuk itu perkenankan kami pribadi, menggoreskan pandangan dan mengutarakan sepintas, dengan   apa yang terpendam dan tersimpan di dalam benak kami,  tentang Siapa dan bagaimana Bapak Julius Landu. Khususnya selama kami pribadi kenal dan berintraksi dengan Om Julius. Pertama-tama  di awal Delapan Puluhan beberapa tahun, setelah kami Menikah dengan  Zuster Sofia Gana. (Dikemudian hari dilingkungan keluarga, Ibu Sofia, dikenal dengan panggilan Tina Tara). Suatu hari Orang Rumah kami itu, menerima sepucuk surat lewat Pos. Ternyata surat itu dikirim oleh Om Julius. Menarik dan unik karena surat itu ditulis tidak dalam bahasa Indonesia, sebagaimana biasa yang kita lakukan. Tetapi dalam “Prancis” atau asing bagi kami ketika itu, yakni Bahasa Daerah. Bahasa Uma bahasa Ibu dan pergaulan di daerah asal Tina Tara dan Om Julius.

             Pertanyaan kami tentu sama dengan klarifikasi saudara sekalian, yang hadir di acara Sore hari ini. Surat itu memang sengaja ditulis dalam bahasa Uma dan ditujukan kepada Tina Tara. Karena Om Julius belum dan tidak mengenal kami sebelumnya. Begitu juga kami tidak tahu,  kalau Om Julius itu saudara dekat Tina Tara. Surat itu isinya relatif panjang, yang intinya meminta kami untuk mengikuti dan membantu Proses Pengangkatan CPNS Om Julius. Berkas Om Julius  termasuk dalam usul rombongan, yang ketika itu  dikenal, dengan sebutan Pegawai HONDA (Honor Daerah). Dokumen itu dibawa oleh Pejabat Biro Kepegawaian Kantor Gubernur. Ke Biro Kepegawaian Departemen Dalam Negeri, institusi dimana kami bekerja. Berkas Om Julius termasuk dalam  dokumen usul Pengangkatan Pegawai Honor Dinas Pekerjaan Umum.  (Menurut pengakuan Om Julius hampir Delapan Tahun, dia menjadi  Honorer di Dinas PU Propinsi).

                     Pendek cerita dengan bantuan rekan di Biro Kepegawaian DDN, berkas pengusulan Om Julius termasuk yang terangkat di Putaran Pertama. Sahabat yang menangani di DDN itu, memberi kami “ Foto Copy Persetujuan Kepala BAKN lengkap dengan NIP ”. Sebagai bukti bahwa Om Julius sudah sah dan resmi menjadi, CPNS Pemda Tingkat I Sulawesi Tengah. Dengan demikian hanya tinggal penetapan formalnya saja, yakni dengan  Surat Keputusan Gubernur. Ternyata sebulan kemudian baru teman-teman Om Julius seusulan, mendapafkan  informasi kalau berkas mereka juga, sudah disetujui Oleh BAKN, yang  kini sebutannya  Badan Kepegawaian Negara.
             Kedua, kebetulan beberapa bulan kemudian, kami Dinas ke Palu. Karena perasaan Sukacita yang besar, Pak Julius mengajak dan meneraktir kami, “ Makan Ikan Bakar ”. (Seingat kami di sebuah lapangan terbuka, dekat Kantor CPM lama). Dua hari kemudian sebelum kami kembali ke Jakarta, rupanya Pak Julius dan masih “merasa penasaran dan kurang puas”, untuk sekadar mentraktir makan malam itu. Perasaan Sukacitanya masih tetap bergelora terus. Dia menitipkan lagi SebuahBingkisan Terbungkus Rapi ”, untuk Tina Tara, teman masa kecilnya itu. Dengan pesan “ jangan dibuka dan disampaikan saja ke Tina Tara ”. Katanya dengan wajah yang sumringah.  Benar hingga kini kami tidak pernah tahu persis, apa sesungguhnya yang dikirimkan oleh Om Julius ke saudaranya itu. Karena mereka berdua sudah tidak lagi bersama dengan kita. Biar “ teka-teki ” itu menjadi bagian kecil dari kenangan, yang kita boleh ingat dari kedua bersaudara itu.          

              Sejak pertemuan pertama itu hubungan kami dengan Om Julius semakin intens. Jikalau ada kesempatan dinas dan atau kunjungan ke Palu. Begitu juga jikalau Om Julius yang ke Jakarta, dia berupaya menemui kami. Seingat kami beberapa kali Om Julius singgah, dan datang  ke Pondok kami di pinggiran Jakarta itu. KETIGA, dalam pertemuan berikutnya, baik waktu kami dinas atau ada urusan keluarga di Palu, maupun waktu Om Julius datang dan Dinas ke Jakarta, kami tidak lupa untuk membicarakan hal-hal yang terkait dengan Pelayanan di Gereja. Kebetulan Om Julius dan kami  sama:sama Prajurit Bala. Juga aktifis di Gereja kami masing-masing. Banyak dan bahkan ber seri dan berbabak  topik pembicaraan kami berdua. Terkait dengan Dinamika Pelayanan Rohani di Bala Kita, yang kita cintai itu kami bahas dan diskusikan. Kadang kami berdua sampai lupa waktu, kalau sudah ketemu dan berdiskusi soal dan dinamika pelayanan Bala Kita itu.    
              KEEMPAT diakhir tahun Sembilan Puluhan, kami bertemu lagi. Om Julius bercerita kalau dia sambil bekerja, Kuliah dan selesai kuliah (?). Atas keberhasilan itu kami sarankan, agar Om Julius pindah dan mutasi saja, ke Kabupaten Donggala. Dengan pertimbangan agar lebih dekat dan dapat berbuat banyak, untuk Daerah Tumpah Darah, mereka dengan Tina Tara di kawasan Kecamatan kulawi. Tetapi dengan halus dia menolak tawaran kami itu. Sepintas dia katakan kalau  dia masih di percaya, oleh Pimpinan di  Dinas PU Propinsi,  untuk tetap menjadi Pemimpin Proyek  dan atau Bendahara Proyek  dana APBN ?. Sejalan  dengan perjalanan waktu dikemudian hari, seirama  dengan era otonomi Daerah, kami dengar dan tahu belakangan Om Julius, sudah menjadi Camat  di Kulawi Selatan. “ Kecamatan Anyar ” dari 3 (Tiga) Kecamatan baru, yang dimekarkan  dari Kecamatan Kulawi Induk.

               KELIMA. waktu selesai menjadi Camat dengan status Pensiun,  dia bercerita lagi ke kami, Kalau Pak SEKDA mantan atasannya mendukung Om Julius,  untuk maju sebagai Calon Anggota KPU Daerah Kabupaten Sigi. Mewakili unsur Birokrat dan sekaligus menjadi representasi, unsur Nasrani, dari Lima Orang Calon Anggota KPU itu, Begitu saran dan pendapat Pak Sekda katanya. Namun  di dalam proses perjalanan, Pak Julius di Salib dan Tersaliboleh kandidat lain. Dia merasa kecewa. Sebagai bagian dari keluarga kami hibur Om Julius, dengan ungkapan yang sering kita dengarkan “ Dunia adalah Panggung Permainan ”. Kita yang memainkan atau dimainkan, disitu saja bedanya kata kami menghibur Om Julius. KEENAM, salah satu bentuk kompensasi dari pengalaman pahit diatas, Om Julius memutuskan untuk berpolitik saja. Sehingga dia masuk ke salah Satu Partai, dari sekian Partai yang memang lagi tumbuh dan berkembang di negeri kita ini.  Seingat kami Om Julius menjadi salah Satu Kepercayaan Pak Longki Djanggola, selaku Pengurus Daerah Partai Gerindra di Propinsi. Untuk itu Om Julius dikondisikan Pak Longkie, menjadi salah Satu Pengurus Inti, Partai Gerindra di Kabupaten Sigi.

               KETUJUH, pada Tahun 2010 yang lalu, kami ketemu lagi dengan Om Julius di OO Parese. Pak Julius dan Mama Grace hadir di dalam acara “ Peringatan 40 Hari Bapak Mertua Kami ”. Papa Sofi demikian panggilan Keluarga Besar, kami untuk orang Tua itu. Kegiatan yang sama persis, dengan kehadiran Kita Sore hari ini. Didalam pembicaraan kami dari Pagi hingga Makan Siang, kami berdiskusi tentang banyak hal. Khususnya untuk mengisi masa tua kami. Ada 2 (Dua) hal pokok yang kami bicarakan. Begini Papa Tara katanya:  “ Pasangan Longky Djanggola-Soedarto ”, kalah di Kecamatan bekas wilayah Kerja Saya ini. Katanya sambil memperbaiki posisi duduknya. Saya malu melihat Pak Longki, Boss besar Partai kami sambungnya lagi.  Pasangan ini   “ Sukses Besar ”. Di Pipikoro, Lindu dan Kulawi Induk. Pokoknya semua kecamatan di Kabupaten Sigi, Pasangan ini menang telak. Kecuali di kawasan Kulawi Selatan. Katanya sambil menahan nafas, dengan mimik wajah yang kurang puas.

            Lalu kami tanyakan, kepada Saudara kita itu: “Tentu ada yang bermain ?”. Klarifikasi kami dengan nada bertanya. Siapa yang bermain itu Tanya kami lagi. Si Anu dan Si Anu katanya dengan suara  agak pelan. Kan beliau-beliau itu saudara kita juga kata kami. Lalu Om Julius menjawab :Itulah sebabnya saya begitu kecewa, justru karena Saudara kita sambungnya, dengan mimik serius. Lalu kami merespons kegelisahan Om kita itu. Kami katakan sangat mungkin, mereka berdua tidak mengerti dan tidak faham peta perpolitikan, dan sinyal-sinyal arah suara serta tidak membaca Tanda-tanda Zaman. Kata kami seperti berkotbah. Untuk membela dan mengobati rasa kecewa  Om Julius itu. Apakah beliau-be;iau  tidak  jauh-jauh hari, mempelajari dan mengamati trens dinamika dan pergeseran pilihan Rakyat Sulawesi Tengah. Sambung kami lagi. Hal itu yang saya tidak faham, Kata Om Julius dengan menahan nafas.

             Kemudian topik pembicaraan kami bergeser, ke hal yang kedua. Yaitu rencana Om Julius, ingin mencalonkan diri  menjadi Anggota DPRD. Sambungnya membuka pembicaraan kami episode berikutnya. Dia melanjutkan keinginannya untuk maju menjadi Wakil Rakyat Priode 2014 - 2019 yad. Bagaimana pandangan dan pertimbangan, Papa Tara, klarifikasi Saudara kita itu, dengan mimik wajah yang serius. Tentang bagaimana sikap dan jalan pikiran kami.  Lalu kami bertanya lagi.   Bagaimana kira-kira peluang menurut hitung-hitungan Pak Julius. Terutama rival dan atau kandidat dari Partai Lain. Kan ada rumus matematisnya kata kami lagi, mengikuti keinginan Om Julius. Misalnya saja Satu Dapil  hanya berkuota 5 orang Calon Jadi.” Jikalau setiap Partai, rata-rata 5 Orang saja Kandidatnya. Itu kan berarti lawan dan Kompetitor kita,  sudah menjadi 50 Orang.  Dari  sejumlah itu, mungkin sekali ada rekan, kenalan, dan Saudara kita kata kami lagi.  Itulah sebabnya saya ingin tahu dan yang meminta, bagaimana pandangan Papa Tara. Katanya sambil memperbaiki posisi duduknya. Seraya meminum Kopi yang ada dalam  gelasnya . Sebagai orang yang mengerti soal-soal Politik Praktis, Papa Tara tentu  punya pandangan katanya dengan suara yang mantap.  Om Julius melanjutkan lagi informasinyanya. Sepanjang yang saya dengar sendiri, dan amati Keluarga Besar kita, suka dan senang serta menaruh rasa hormat dengan Papa Tara.. Itu terlihat dari respons dan komentar mereka, dengan tulisan dan pandangan Papa Tara, yang secara rutin disampaikan di Majalah Bala kita itu, sambungnya lagi.”  Kalau boleh Papa Tara bantu saya , untuk Rencana Besar Tahun 2014 yang akan datang itu. katanya dengan penuh harap.
          
  Untuk merespons keinginan Saudara isteri kami itu, sejenak kami berdiam diri. Seraya memandang wajah serius dari Om Julius, Dimana 10 Tahun belakang ini Om Julius,  bagi kami pribadi bukan hanya sekadar Saudara semata lagi. Tetapi Om Julius sudah menjadi kolega dan atau mitra, dalam berdiskusi dan bertukar pikiran. Lalu kami katakan begini: Pak Julius saya ini sudah lama, jadi Golongan Putih alias GOLPUT. Yaitu sejak era awal Reformasi lalu. Saya tidak tertarik lagi melihat Perpolikan di Negeri kita ini. Tetapi untuk menjadi Tim Sukses dan sejenis Konsultan  untuk Pak Julius kami siap.  Kami akan “All–Out” untuk membantu Pak Julius.  Berdoa saja kita akan bahu membahu, untuk mengantar Pak Julius  menjadi Wakil Rakyat itu. Kata kami dengan mantap. Mendengar respons yang positif itu, Terlihat Wajah Pak Julius senang sekali. Kurang lebih sama dengan ceria wajahnya, saat dia mentraktir kami Makan Ikan Bakar, puluhan tahun seperti tertulis dibagian awal Obituari ini. Kalau begitu mulai awal tahun 2013 yang akan datang, kita susun dan atur strategi sahut kami, untuk menyenangkan hati  Om Julius yang notabene kemanakan Papa Mertua kami itu.  

              KEDELAPAN,  diawal bulan Maret lalu, tiba-tiba   saja Om Julius menelepon kami. Intinya menanyakan: Apakah Rumah Sakit Pusat Persahabatan, Jauh dari Ciledug itu, katanya bertanya dari sebelah sana. Belum kami jawab maksud pertanyaan itu, Om Julius melanjutkan pembicaraannya dengan mengatakan: Saya dirujuk oleh Dokter di Palu ini. Untuk berobat lanjut ke Rumah Sakit Persahabatan itu.  “ Dokter mendiagnosa saya, Sakit pada bagian Paru-Paru ” Katanya seraya berhenti berbicara. Untuk memberi kami kesempatan menjawab, dan mengklarifikasi Pertanyaan awal itu. Kami katakan  Rumah Sakit Pusat Persahabatan, ada di bagian Timur Jakarta. Sementara kami tinggal di wilayah Barat Ibukota, kata kami seadanya. Lalu dari sebelah sana Om Julius  mengatakan,  kalau  begitu saya berobat lanjut ke Makasar saja. Katanya menutup  permbicaraan kami per telepon Pagi itu. KESEMBILAN, diawal Bulan Mei lalu kami datang lagi ke Palu. Seperti biasa Sekalian kami sempatkan  mengunjungi Om Julius di Rumah ini. Dalam pertemuan seharian itu Om Julius mengatakan: Kalau  dia sudah menjalani operasi di Palu ini. Tidak jadi ke Makassar dan hasilnya cukup memuaskan katanya. Kini saya  tinggal dalam proses penyembuhan dan Kontrol rutin. Untuk menyakinkan kami. Dia tunjukan bagian tertentu ditubuhnya, bekas yang di operasi dokter itu.  

           Oleh karena saat kunjungan   kami kali itu, masa-masa menyusunan Daftar Calon Legislatif, yaitu Tahapan Penyusunan Daftar Calon Sementara (DCS), dalam kesempatan itu Om Julius sepintas mengatakan begini: “Saya sudah melapor ke Pak Longky, kalau saya mundur dan istirahat saja dari proses pencalonan Anggota DPRD itu”. Saya akan berkonsentrasi saja untuk proses pemulihan kesehatan saya, kata Om Julius polos tanpa ada beban. Apa respons Pak Gub Tanya kami penasaran. Baiklah Pak Julius berkonsentrasi saja, urus dan jaga Kesehatan pesan Beliau. Untuk menghibur Saudara kita itu kami katakan : “ Hidup tak selalu seperti yang diinginkan manusia , karena yang baik dan buruk selalu datang silih berganti , namun semua itu telah diatur oleh Tuhan dengan yang Indah ”.  Sudah Pak Julius sambut kami, mari  kita gunakan sisa hidup ini berbuat sesuatu. untuk kebahagian Keluarga. Lalu kita perbanyak waktu, untuk Memuliakan Tuhan, dalam pelayanan di Gereja. Ya benar itu sambung Om Julius spontan. Hingga saat ini saya masih terdaftar, sebagai Penasehat di PKP di Korps Dua, katanya mengakhiri pembicaraan kami.

             Sebelum pamit dan pulang sore itu  ke “Markas”  kami di BOMBA LEBANU, tidak lupa pertemuan kami hari itu, menjadi begitu lengkap dan sempurna. Oleh karena diakhiri dengan makan bersama dengan “ Menu yang lezat dan Nikmat ”, yang disajikan dan dihidangkan, oleh  Mama Grace Sore hari itu.  Ternyata hari itu begitu istimewa dan penuh kenangan, oleh karena Tuhan, atur sedemikian rupa, bagi kami boleh bertemu terakhir kali, dengan Om Julius saudara Mama Tara itu, untuk berdiskusi dan bicarakan banyak hal tentang hidup dan kehidupan yang penuh misteri ini.. Horas ma dihita sudena..


 DDN Ciledug TANGERANG, Rabu 27 November 2013. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar