Senin, 17 Maret 2014

PAGAR BESI

      “ PAGAR BESI

           
Jikalau ada pertanyaan tentang Taman Monas seperti ini: Siapa Gubernur DKI, yang paling suka buat  usil warganya di sana ?. Siapa Gubernur yang melakukan sesuatu, yang sulit di terima akal pikiran Warga di taman kota itu ?. Lalu kalau ada pertanyaan lain, siapa Gubernur DKI Jakarta yang tidak memikirkan, kemauan warganya. Dan seribu pertanyaan lain yang mencerca, jalan pikiran Gubernur Jakarta periode lalu. Sangat mungkin jawabannya ialah Gubernur SUTIYOSO. Gubernur Ibukota yang dikenal dengan sapaan Bang Yos itu. Tetapi sebaliknya  kalau ada juga pertanyaan yang rada membela.  Siapakah Gubernur  yang membuat  Taman Monas,  nyaman dan menyenangkan bagi warganya. Siapa Gubernur yang berpikir sesuatu yang tidak dan belum dipikirkan warganya, tentang Taman Monas? Jawabnya juga kembali, adalah Gubernur Sutiyoso.
          Gubernur Sutiyoso adalah Gubernur yang kontroversi, sekaligus fenomenal dimata warga, kata seorang pengamat Otonomi Daerah dalam artikelnya. Ketika tertentu Sutiyoso menggaruk dan meporakporandakan, mata pencaharian warganya. Dia mengusur ini dan itu, diberbagai belahan ibukota. Mengusur Pedagang Kaki Lima (PKL) dari satu lokasi, tanpa memberi penampungan alternatif. Tetapi jangan lupa, Bang Yos juga yang berpikir, bagaimana menyongsong kehidupan Jakarta di abad XXI ini. Sebagaimana tuntutan kota internasional lainnya.  Obsesi besarnya, tentang angkutan massal. Seperti Monorel, Subway dan Bus Way itu. Banyak kebijakan  diawalnya, di tentang habis-habisan oleh warganya. Pemikiran Bang Yos yang tidak sehat, demikian pandangan sinis warganya. Tetapi ketika tertentu dimata Sutiyoso, justru berpikir, warganya yang kurang waras. Sehingga perlu diterapi, dengan resep  dan ala Sutiyoso.
          Sebagai bagian dari komunitas Monas di pagi hari, perkenankan saya, menyampaikan apa yang kami peroleh dan nikmati di Taman Kota itu. Tentang berbagai gagasan Bang Yos, di Taman ikon ibukota itu. Taman yang sudah dikenal hampir seluruh rakyat negeri ini. Satu diantara Gagasan Gila, Mantan PANGDAM JAYA itu, ialah memagari Taman Monas. Lazimnya  yang kita tahu Pagar Taman, biasanya  dibuat dari jenis2 pohon. Baik pohon tahunan yang besar2 maupun yang jenisnya sedang. Kalau tidak dari berbagai jenis bunga atau pohon kembang  lainnya. Tetapi Bang Yos dengan gagasan kontroversialnya, membuat pagar Monas itu lain dari yang lain. Dia buat  dari  Besi Bulat. Bukan sembarangan besi. Tetapi Besi Baja padat.  Dengan ukuran dua kali induk jari jempol kaki orang dewasa. Serta tingginya hampir dua kali lebih tinggi, dari ukuran rata-rata manusia Indonesia. Suatu gagasan dan pemikian yang melawan akal sehat dan sekaligus aneh dimata warganya.
           Tidak sehat menurut warganya.  Kok manusia diberi pagar batasan, tidak boleh keluar masuk taman, dengan kerangkeng besi segala. Seolah-olah Bang Yos menganggap warganya mirip binatang liar. Binatang buas yang seketika, dapat menerkam dan merobek-robek raga seseorang. Dimata  warganya, Bang Yos seakan-akan  menyamakan warga, buasnya dengan makluk Tuhan yang dikurung, di Kebun Binatang Ragunan itu . Sehingga kaum cerdik pandai ibukota sinis dan marah ke Bang Yos. Dimata warganya Bang Yos, menghilangkan estetika dan keindahan Taman Kota itu. Sementara disisi lain Taman itu  dipandangan warga, sebagai sarana untuk berekreasi dan mencari hiburan serta tempat mencari makan sekaligus.
            Sebaliknya di mata Bang Yos, warganya yang sudah justru sakit berat dan kronis.  Kok Taman kota dijadikan, tempat berjualan  untuk mencari sesuap nasi. Taman Monas juga dijadikan ajang  menggarong sesama warga. Karena ternyata dimata segelintir warga liar di ibukota, Taman Monas merupakan tempat yang begitu strategis untuk segala hal. Termasuk melakukan yang tidak, menyenangkan orang lain. Jalan pikiran yang telah berperilaku, mirip binatang buas. Memaksa dan memperkosa hak individual orang lain. Untuk dan atas kepentingan sendiri. Dengan kata lain Taman Monas, telah menjadi areal tak bertuan. Cocok untuk medan tarung merampas hak kemerdekaan orang lain. Taman Monas ketika itu, sudah kehilangan roh dan jati dirinya.
           Sangat mungkin berdasarkan realita yang compilicatep itulah, timbul gagasan orang Nomor Satu di Jakarta itu,  untuk melakukan sesuatu di Taman Kota itu. Memasang Pagar Taman Kota, dengan logam keras itu. Dimana Bagian ujung dari pagar besi itu, di buat seperti Bambu runcing. Mirip senjata rakyat negeri ini, diawal-awal kemerdekaan. Untuk mempertahan negeri ini dari caplokan kaum penjajah. Mungkin juga tujuan yang tersirat dari besi runcing itu, apabila ada warga yang memaksa masuk, dengan ala Ketek (Monyet). Biar sekalian perutnya terburai di ujung besi-besi tajam itu. Sangat mungkin cara itu perlu dilakukan sekali-kali, agar ada efek jerah dari warganya.
             Konsep pemagaran itu mulanya ditentang habis-habisan. Hampir semua elemen masyarakat protes. Mulai dari kalangan Pengamat Perkotaaan. Kalangan Perguruan Tinggi. Kaum Politisi, Media Massa, dan LSM. Pedangang Kaki Lima (PKL),Wanita Tuna Susila alias PSK. Para Tukang Beling dan Paguyupan Andong, juga  ikut protes. Tidak ketinggalan Saudara kita, Warga Madura (eknis yang dominan menjadi pedagang asongan, di Taman kota itu). Semua warga mencibir, atas kebijakan Bang Yos. Segala macam tuduhan di tumpakan kepadanya. Ada yang menuduh dia tidak manusiawi. Tidak mengerti keindahan Kota. Tidak  mampu  membuat warganya senang. Bahkan ada yang menuduh dia kafir segala. Tetapi Bang Yos tetap tidak bergeming. Bukan Sutiyoso namanya, kalau dia tidak berpegang teguh, dengan apa yang diyakini benar.
Sebagai mantan Perwira Baret Merah, dia  berprinsip teguh. Orang boleh tidak sepaham dengannya. Tetapi niat baik tetaplah dia lakukan. Sepanjang diyakininya benar, demi kepentingan khalayak ramai. Taman Monas adalah milik bersama warga Jakarta. Logika berpikir Bang Yos, Taman Monas harus dikembalikan  ke habitatnya.  Bang Yos punya obsesi Taman Kota ini, harus diletakkan pada fungsi awalnya. Sebagaimana konsep founding father, Presiden Pertama almarhun Bung Karno itu. Kerinduannya menjadikan Taman Monas, menjadi sejenis Oase yang menyejukkan, ditengah kesesatan dan kerumitan Ibukota. Tempat dimana seketika rakyat boleh melepaskan, kelelahan dan kepenatan diri. Oleh karena itu Taman Monas, harus tertib, teduh dan menyenangkan bagi warganya. Semua aturan main disana,  harus ditegakkan kembali secara konsekwen.

            


Karena gagasannya itu Bang Yos  dibenci  oleh masyarakatnya. Bentuk kemarahan warga dilampiaskan,  dengan berbagai cara. Seperti mendemo Bang Yos  ke Kantornya di Merdeka  Selatan. Tiada hari tanpa jel-jel, yang tidak memprotes kebijakan Gubernur.  Ada yang membuat patung dirinya. Patung itu dibuat bukan untuk dipamerkan. Tetapi untuk dibakar di sekitar Kantor dan Taman kota itu. Bentuk ekspesi warga, menentang kebijakan itu. Ketika itu tiada hari tanpa berita Taman Monas, di berbagai Media Elektronik dan cetak di Jakarta. Hampir semua ulasan miring dan sinis tentang Kebijakan Gubernur yang bertahta dua periode itu .
  
           Bang Yos kokoh dan kekeh dengan apa yang diyakininya. Seturut dengan berjalannya waktu. Ternyata Dewi Fortuna berpihak kepadanya. Realitanya kebenaran berpihak kepada Bang Yos. Lambat dan pasti, apa yang dia lakukan menjadi kenyataan. Taman Monas menjadi sejenis oase, ditengah gurun kesulitan masyarakatnya. Taman Monas kembali  menjadi idaman,  berbagai elemen masyarakat. Termasuk komunitas kami, yang setiap pagi dengan setia, ber joging ria di sana. Taman Monas adalah segala-galanya bagi kami. Apa yang kami mimpikan disana menjadi kenyataan. Mudah2an anda juga sesana Warga Jakarta berpendapat sama, dengan mantan Orang Nomor Satu di Kota Jakaarta itu bukan ?. 
          Untuk melengkapi artikel ini saya mau bagikan juga pesan Bang Yos ke Komunitas kami di Taman Kota itu. Suatu ketika Bang Yos   melalui  pesan singkap kepada saya bertutur begini: ...Nggak ada masalah, bagi saya MONAS punya kenangan sendiri. Karena pada saat mau saya tertibkan dan pagar, setiap hari saya di demo, dan patung saya di bakar, dan sekarang anda semua yang menikmatinya. Itulah kepuasan saya. Itulah kata jujur yang keluar dari kalbu Bang Yos, mantan orang Nomor Wahid di Ibukota itu. Bagaimana pandangan Saudara?. Sukses untuk anda.{Nainggolan Nurdin}.     



Tidak ada komentar:

Posting Komentar