Senin, 17 Maret 2014

TOILET RP 2 MILLIAR

TOILET RP 2 MILLIAR

            Suatu pagi rekan saya Pak Rene, iseng-iseng mempertanyakan kepada saya, tentang mekanisme penentuan  besaran biaya dari sesuatu Proyek Pemerintah. Pertanyaan itu di tanyakan ke saya , karena kebetulan saya adalah satu dari sedikit, dari Group kecil kami yang bekerja di Sektor Pemerintah. Secara spsifik yang bekerja di jajaran Departemen Pohon Beringin. Departemen yang membidangi berbagai aspek penyelenggaraan dijajaran Pemerintah Daerah. Karena pertanyaan ini, pertanyaan biasa dan standard, maka saya jawablah secara standard juga.
          Saya coba menjelaskan bagaimana mekanisme dan pengajuan suatu kegiatan atau proyek. Dengan kata yang kita kenal dengan kegiatan masa kini, di rancang dari sejak awal. Namanya Rapat Koordinasi  Pembangunan. Nama yang lebih terkenal dengan akronin Rakorbang. Tentu dimulai dari yang paling rendah. Dimulai dari Tingkat Desa atau kelurahan. Lalu naik tingkat  Kecamatan. Dari Tingkat kecamatan, naik lagi ke tingkat Kabupaten atau Kota. Dari Tingkat ini terus naik lagi ke Tingkat Regional yang lazim disebut Rakorbang Tingkat Propinsi. Terakhir titik puncaknya ada pada Rakorbang tingkat Nasional. Seterusnya saya gambarkan, bagaimana proses Pembahasan di Tingkat DPRD Kabupaten Kota. Serta bagaimana pembahasan di Tingkat Regional Propinsi, jika kegiatan itu menjadi porsi Regional itu. Tentu sedikit tentang Mekanisme  yang dilakukan di Tingkat Nasional, sampai proses pembahasan di Gedung Dewan yang terhormat di Senayan sana, untuk tingkatan Nasional. Nasional dalam arti di programkan dan dibiayai didalam APBN. 
Dari apa yang saya jelaskan pagi itu,ternyata teman-teman olah raga saya itu kurang puas. Bahkan terkesan ada yang ngedumal. Tidak puas, karena di amatan saya ada sesuatu yang saya menyembunyikan kepada mereka.
           Lalu P, Herry langsung mengatakan ke saya begini: Bukan mekanisme perencanaan atau tahapan anggaran sesuatu proyek di setujui, maksud kami katanya menyanggah penjelasan saya itu. Tetapi pertanyaan kami, mengapa biaya pembangunan Paket  Toilet, di sebelah sana katanya, sambil nunjuk arah Toilet yang di bangun di bawah tanah. Toilet  yang ada didalam  Taman Monas itu. Kok Biaya pembangunannya begitu mahal. Kok sampai 2(dua) miliar rupiah. Biaya  pembangunan sebuah toilet saja, kata  mereka serentak. Suatu sikap curiga dan  ngeledek saya. Dari sikap dan pandangan rekan-rekan itu, Seolah-olah saya dapat komisi atau SHU dari Proyek Toilet di Taman Monas itu. Boleh jadi mereka menganggap saya bagian dari perilaku korupsi aparat di negeri ini. Termasuk Pembangunan Sarana kelengkapan Taman Kebanggaan Warga Kota Jakarta itu.   Saya sendiri tidak dan  kurang mengerti tentang besaran biaya itu.  Dan dari mana mereka tahu dan mengerti, besaran biaya pembangunan 2(dua) Paket Toilet, di sebelah Barat Taman Monas itu. Yang saya mengerti Toilet itu, telah dibangun hampir Tujuh tahun silam.
          Memang di dalam berbagai diskusi kami sehari –hari jika ada prilaku Birokrasi yang kurang pas, maka ke saya lah mereka lampiaskan, perasaan kurang tepat itu. Bagi mereka saya adalah personalikasi, perilaku aparat negara yang kurang berkenan di hati sahabat-sahabat saya itu. Kami kan orang-orang profesional dan bisnis  kata pak Gunawan menimpali. Secara ekonomis kami bisa menghitung biaya pembangunan fisik dari ke 2(dua) Toilet 2(dua) M itu katanya, menyakinkan saya. Konon katanya sewaktu di bangun Toilet itu paket biayanya Rp 2(dua) M per satu paket. Jadi 2(dua) paket Toilet itu biaya nya Rp 4(empat) M. Itulah sebabnya nama Toilet itu hingga kini di beri sejumlah Warga yang Olah Raga tetap ke Taman Monas, menyebut Tolilet 2(dua) M. Lalu rekan saya Pak Julius yang konglomerat itu, mengatakan betapa tinggi nya biaya Mark –Up, Proyek-proyek pemerintah itu ya, katanya dengan agak sinis. Lalu ada diantara teman olah raga itu mengatakan, mungkin anda juga dapat bagian dari biaya siluman. Untuk mengolkan proyek itu katanya dengan enteng. Sebagai birokrat yang telah matang dan hampir busuk, saya katakan kepada mereka terlepas itu ada sinyalemen rekan-rekan. Tetapi kami punya mekanisme untuk menilai sesuatu pembiayaan suatu proyek kata saya membela diri. Di birokrasi ada prosedur tetap dalam menentukan dan menetapkan kelayakan suatu proyek. Saya melihat wajah rekan-rekan semakin  tidak puas dari dengan penjelasan saya itu. Khususnya mengapa nilai Toilet sebegitu saja, ber milluar rupiah.

        Kemudian untuk memecahkan suasana yang kurang sehat itu. Rekan saya dr Labarons, mengalihkan topik diskusi ke soal yang lain. Rupanya dokter sahabat kami ini, mengerti jalan pikiran saya. Karena dia agak mengerti mainan Birokrasi sehari-hari. Karena Dokter konsultan hari-hari kami ini, adalah pensiunan Kepala Dinas Kabupaten. Dimasa lalu di satu Daerah  di Propinsi Bangka Kepulauan sekarang. Dia punya pengalaman yang luas melihat permainan dan mainan, birokrasi dilapangan. Sehingga pagi itu saya terhindar dari bulan-bulanan, rekan yang mempunyai titik pandang yang berbeda dengan titik pandang kami selaku birokrasi. Bagaimana pandangan anda?. Sukses untuk anda.{Nainggolan Nurdin}.             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar